Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Dikejar Musuh
Raka melajukan mobilnya menuju bandara Kota Pangi. Tapi di perjalanan mobil mereka dikejar dua mobil tidak dikenal. Satu mobil berusaha mendahului mobil Raka dan berniat menghantamkan sisi mobil Raka. Tapi Raka terlebih dahulu melesat kencang menghindar.
"Bos, mobil kita dikejar," Raka melirik Alvaro dari balik kaca spion.
Alvaro menghubungi Carlo. Carlo sudah mengirimkan pengawalnya. Dari arah depan mobil SUV hitam tiba-tiba saja berhenti. Raka dengan gesit membanting setir ke sebelah kiri jalan.
Mereka masuk ke arah jalan besar. Alvaro dan Viona sedikit terpental dan terguncang mengikuti arah mobil.
"AAAGGGHHH!" Viona memegangi perutnya yang masih basah pasca operasi Caesar.
"Sayang, tahan sebentar," Alvaro memeluk Viona agar tidak terjatuh ke lantai mobil.
DORRR!
DORRR!
Raka, Alvaro dan Viona sedikit menunduk. Mobil SUV hitam di belakang mereka memberi salam dengan sebuah tembakan.
"Bos jawab salam mereka! Udah lama gak pegang senjata!" Raka masih fokus dengan setirnya.
Viona melebarkan matanya ketika mendengar Raka. Salam apa? Pegang senjata? Siapa sebenarnya Alvaro dan Raka? Apa mereka berdua anggota mafia? Viona menatap ke arah Alvaro suaminya.
"Sayang, maaf. Pejamkan matamu, berpegangan. Tahan sebentar ya," bisik Alvaro.
Raka membuka dasboard mobil mengambil pistol dan memberikannya kepada Alvaro. Alvaro membuka jendela mobil. Mobil SUV hitam di belakang mereka menyeruduk belakang mobil Raka.
Alvaro dan Viona terhentak. Raka meradang, Raka memperdalam pedal gasnya. Setelah cukup jauh, Raka membawa mobilnya keluar jalur dan mengendarai mobilnya dengan jalur yang berlawanan.
Viona merasa badannya terombang ambing terbawa arah mobil. Viona memberanikan diri membuka matanya. Mobil mereka berkelak-kelok dengan lincahnya menghindari tabrakan dengan mobil di depannya.
"Kak Raka, kita salah jalan, awasssssss!" teriak Viona.
DORRRRR!
DORRRRR!
Alvaro menembak dari jendela mobil. Dan tembakannya berhasil meledakkan ban depan satu mobil SUV. Mobil itu kehilangan kendali dan menabrak beberapa mobil di depan dan di belakangnya.
Raka kemudian membelokkan mobilnya ke persimpangan jalan. Dan pada saat itu rombongan mobil berwarna biru metalik menggunakan lambang bintang berinisal C, menutup jalan masuk.
Alvaro melambaikan tangannya kepada mereka tanda terima kasih. Mereka adalah pengawal yang dikirimkan Carlo untuk melindungi Alvaro.
Terdengar suara tembakan dan ledakan dari arah belakang sana. Alvaro menenangkan Viona yang Ketakutan. Alvaro membuang pistolnya ke kursi belakang mobil.
"Sayang, maaf. Aku hanya melindungi kita dari serangan kelompok orang itu," kata Alvaro.
Mereka akhirnya tiba di bandara. Raka membantu menurunkan kursi roda dari mobil. Alvaro pelan-pelan menggendong Viona dan mendudukkannya ke kursi roda. Alvaro mendorong kursi roda ke pesawat pribadi.
Mereka akhirnya masuk ke dalam pesawat pribadi yang disiapkan Carlo. Viona berbaring di pesawat. Dokter dan perawat yang dikirim Carlo memeriksa jahitan Viona yang terbuka karena benturan di dalam mobil.
"Lukanya terbuka, maaf tahan sedikit ya Bu Viona, saya akan menutup lukanya," kata Dokter.
Viona masih di bawah pengaruh obat bius. Viona terlelap. Alvaro berbaring di sebelah Viona. Raka, Dokter dan perawat juga beristirahat di tempat duduk mereka masing-masing. Mereka akhirnya terbang ke Kota Alang Raya.
🌑 Kota Alang Raya.
Keesokan harinya di dalam kamar yang baru, Viona mendengar suara tangisan bayi. Viona perlahan membuka matanya. Viona melihat Alvaro menggendong bayi mereka.
"Sayang, kamu sudah bangun, lihat Daffa di sini," Alvaro duduk di samping Viona.
Viona belum bisa duduk, Alvaro menaruh Daffa di atas dada Viona. Daffa seolah nyaman berada dekat dengan Viona. Kembali Viona meneteskan air mata haru.
"Kak, ini anak kita?" tatap Viona.
"Iya, ini anak kita. Daffa Alessandro. Apa kamu suka namanya?" tanya Alvaro.
Viona mengangguk. Daffa menangis, Viona kesulitan untuk duduk. Untung Carlo menyediakan hospital bed elektrik di dalam kamar Viona. Alvaro menaikkan bed elektronik agar Viona lebih leluasa duduk di atas tempat tidurnya.
Viona mencoba memberikan asi kepada Daffa. Daffa langsung menemukan asi Viona.
"Daffa, jangan banyak-banyak. Itu jatah Ayah," bisik Alvaro.
"Ih, sama anak sendiri cemburu," cubit Viona.
"Ayah sudah lama gak dapat jatah," goda Alvaro.
"Ih," Viona mencium pipi Alvaro.
"Oh iya sayang. Mungkin kamu agak asing dengan kamar ini. Ini rumah pemberian Papa. Kita aman di sini. Dan kabar baiknya, Mama, Bunda, Bima, Yumna pindah di sebelah rumah kita. Mereka menolak serumah dengan kita katanya takut ganggu."
"Ganggu?" Viona mengernyitkan keningnya.
"Kan kita masih pengantin baru," Alvaro mulai menggoda Viona.
Alvaro melahap bibir merah Viona. Sudah beberapa bulan Alvaro menahan hasratnya. Dan Alvaro menghentikan aksinya ketika Daffa menangis kencang.
"Nanti kita lanjut," Alvaro mencium pipi Viona dan meninggalkan Viona bersama Daffa di kamarnya.
Alvaro ke ruang tamu. Di sana sudah menunggu Carlo, Bima, Talita, Raka, Warda, Ena dan Yumna. Carlo memberi tahu mereka saat ini situasi tidak aman. Ada sekelompok orang yang masih mencari keberadaan Viona.
"Pa, mengapa mereka mengincar Viona?" tanya Talita.
"Menurut informasi yang Papa dapatkan, Viona telah membuat seseorang sakit hati."
"Setahu Alva, yang benci Viona selama ini adalah Syakira dan Nura," sahut Alvaro.
"Papa sudah menyelidiki mereka berdua. Tidak mungkin mereka. Karena kali ini yang mengincar Viona adalah sekelompok mafia," Carlo mengepalkan kedua tangannya.
Sontak semua yang ada di ruang tamu dibuat kaget dengan perkataan Carlo. Mengapa Viona bisa berhubungan dengan sekelompok mafia. Apa yang dilakukan Viona selama bersama Arya.
Banyak pertanyaan dari mereka yang tidak mungkin mereka tanyakan kepada Viona. Alvaro memberi tahu mereka saat berada di kampung rumah terapung. Saat itu Viona kehilangan semangat hidup karena Viona tidak menemukan siapa ayah kandung dari anaknya. Beruntung ada seorang ustaz yang membantu Alvaro sehingga sukma Viona mau kembali.
"Maaf semuanya kalau saya lancang bertanya, jadi siapa ayah kandung anak Viona?" tanya Bunda Ena.
"Ayah kandung Daffa Alessandro adalah ... adalah saya," jawab Alvaro lantang.
Bunda Ena membuka lebar mata dan mulutnya tak percaya. Ternyata Alvaro adalah ayah dari Daffa. Bunda Ena menatap ke semua orang, ternyata hanya dia yang tidak mengetahuinya.
Carlo, Talita, Alvaro setelah sekian lama, akhirnya secara resmi meminta maaf kepada Warda dan Bima atas semua yang terjadi. Mereka sangat menyesali semua yang terjadi terlebih Alvaro.
Terdengar suara langkah kaki berlari masuk ke dalam ruang tamu. Semua pandangan terarah kepada pengawal Carlo.
"Lapor Bos besar, rumah Tuan Alva didatangi sekelompok preman. Mereka mengobrak abrik rumah Tuan Alva."
"Kita ke sana," Carlo beranjak dari tempat duduknya.
"Kami ikut Pa," Alvaro dan Raka berdiri.
"Jangan, kalian tetap stay di sini. Jaga mereka. Beberapa pengawal akan berjaga di sini."
Carlo dan beberapa pengawalnya menuju rumah lama Alvaro. Mereka siap menghadapi sekelompok preman.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...