Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHASIA SANDY
"Katakan di mana kamu tinggal sekarang? Ayo ajak kami ke tempatmu!" ajak Sandy, begitu melihat penampilan sahabatnya yang sekarang berubah drastis.
"Biarkan aku bayar ini dulu..!" kata Bayu,dia mengeluarkan selembar uang lima ribuan lusuh dari saku celananya. Tak kuasa menahan diri melihat pemandangan di depannya, Sandy langsung meminta pemilik warung untuk memberikan apa saja yang Bayu butuhkan.
"Tolong berikan semua yang teman saya butuhkan, simpan uang kamu lagi, jangan menolak!" ucap Sandy sembari mengeluarkan beberapa uang berwarna merah. Netra Bayu seketika berkaca-kaca, tangannya hendak menahan ketika uang tersebut akan diserahkan kepada pemilik warung.
"Jangan menolak, aku mohon!" pinta Sandy. Suaranya terdengar sedikit kelu. Sandy meminta agar semua barang kebutuhan sehari-hari tercukupi, dan semuanya agar diantar ke tempat tinggal Bayu. Tanpa panjang lebar, kami langsung menuju tempat tinggal Bayu. Sesampainya di sana kami tertegun dengan pemandangan sebuah rumah kayu yang hanya sepetak, di dalamnya hanya ada satu dipan dan kasur kapuk tipis. Terbaring Ayah Bayu yang terkena stroke, di sebelahnya ada lemari baju dari plastik berisi pakaian, serta meja kecil untuk tempat menaruh makanan. Untuk mandi dan buang air mereka harus membayar di toilet umum. Tubuh Ayah Bayu terlihat kurus, sisa-sisa kejayaannya pun telah pudar.
"Kamu kemasi pakaianmu dan pakaian Ayah kamu sekarang..!" suruh Cakrawala, sebelumnya juga Bayu diminta untuk mengganti baju yang dikenakan Ayahnya. Aku dan Luna membantu menata bahan makanan yang baru saja sampai di rumah Bayu.
"Kita mau ke mana Kak?" tanya Bayu sedikit bingung, kami bahkan tidak bisa duduk karena tidak ada bangku di rumah tersebut.
Nampaknya Cakrawala sedang menelpon seseorang, dia meminta untuk segera mengirim ambulans dan kursi roda untuk memindahkan Ayah Bayu.
"Segera kirim ambulans ke alamat yang barusan aku kirim, kursi roda jangan lupa!" ucapnya di telepon. Lalu dia mendekati Ayah Bayu yang hanya bisa berkaca-kaca melihat aksi Cakrawala dan Sandy.
"Om, tidak usah khawatir, kita akan bawa Om ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut ya..!" kata Cakrawala menenangkan, Ayah Bayu hanya mengangguk pelan.
"Pakaianmu cuman ini Bay?" tanya Sandy memastikan, Bayu menaruh pakaiannya dan Ayahnya di sebuah kantong plastik hitam.Bayu hanya mengangguk, kami berempat sungguh merasa sedih melihat keadaan mereka seperti ini.
"Biar aku bawakan ke depan!" kataku sambil mengambil alih kantong plastik tersebut. Aku dan Luna keluar untuk mengecek bahan-bahan makanan yang tadi dikirim.
"Sementara ini cukup,aku sudah meminta asistenku untuk mencarikan lokasi tempat tinggal yang dekat dengan rumah sakit, jadi Bayu dan Ayahnya tidak perlu memikirkan apapun, biar fokus untuk pengobatan.." kata Luna, dia dan Cakrawala sama sibuknya dengan ponsel masing-masing. Aku masih mengamati Sandy dan Bayu yang sedang berbicara, tak berapa lama, mata kami bertemu, Sandy mencoba tersenyum, walau aku tahu dia sedang sedih.
Sandy keluar dari rumah Bayu dan menghampiriku, tangannya yang berotot menggenggam erat jemariku.
"Maafkan aku, kamu jadi terabaikan!" katanya penuh penyesalan. Dia mengelus kepalaku dengan lembut. Aku pun merasakan kesedihan yang sama.
"Tidak apa-apa, kita bantu sahabat kamu dulu, itu yang paling penting..!" kataku memcoba membuatnya nyaman.
...*****...
Selang dua jam, semua proses pemindahan Ayah Bayu pun selesai. Beliau di tempatkan di rumah sakit swasta ternama di kota ini, pelayanan nomer satu sesuai permintaan Cakrawala. Semua biaya perawatan dan obat-obatan akan ditanggung oleh keluarga Sandy,karena rumah sakit ini juga masuk dalam salah satu kekayaan keluarga Sandykala. Papanya adalah pemilik saham terbesar di RS ini.
"Aku antar kamu ke rumahmu yang baru. Hanya lima menit dari rumah sakit ini..!" ajak Sandy. Aku menemani Sandy mengantar Bayu. Sebuah unit apartemen mewah sudah disiapkan oleh asisten pribadi Luna.Bukan sewa melainkan membelinya.
Bayu hanya bisa terdiam dan terpana saat memasuki tempat yang akan jadi rumahnya kali ini.
"Aku sudah meminta Jimmy untuk membelikanmu beberapa pakaian, postur kalian hampir sama. Untuk pakaian Ayahmu akupun meminta bantuannya juga. Kamu bisa istirahat dulu nanti sebelum kembali ke rumah sakit..!" kata Sandy kepada Bayu. Bayu menitikkan air mata yang sedari tadi dia tahan.
"Jihan menemani Jimmy membeli pakaian, aku pun memintanya untuk membawa makanan. Kamu harus makan supaya tenagamu kembali.." ucapku. Aku ingin membantu juga, walau bukan bantuan yang besar. Setidaknya aku bisa mengurangi kesedihan Sandy.
"Makasih sayang!" balasnya, Sandy mulai agak ceria,walau aku yakin banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada Bayu.
"Ini..ini sangat berlebihan Sandykala, aku bahkan tidak enak menerimanya begitu saja..!" katanya sembari terisak.
"Ini tidak seberapa dengan apa yang sudah kamu lakukan untukku..." sanggah Sandy, dia justru akan makin sedih jika Bayu menolak bantuannya.
...*****...
Beberapa jam berlalu,Jimmy dan Jihan sampai di tempat kami berada. Sandy meminta Bayu untuk mandi dan berganti baju dengan pakaian yang dibelikan oleh Jimmy. Sementara aku dan Jihan menyiapkan makanan di meja makan. Apartemen ini sudah full furniture jadi semua sudah tersedia.
"Apa sudah cukup pakaian yang aku belikan? Aku cuman habis 57 juta tadi. Sepertinya saldo di kartumu tak berseri ya..!" kata Jimmy. Dia pun menyerahkan struk pembayaran belanjaan yang panjangnya hampir satu meteran.Sandy hanya mengambil kartu sambil nyengir.
"Thanks ya Jim, maaf merepotkanmu!" jawab Sandy. Jimmy yang melihat Sandy tidak seperti biasanya menjadi sedikit heran.
"Hei, kalau butuh bantuan lagi, aku siap, jangan sungkan. Temanmu adalah temanku juga..!" Jimmy pun bergabung dengan Jihan dan aku yang berada di ruang makan.
Selang 30 menit Bayu keluar dari kamar, setelah mandi dan berganti pakaian, wajahnya terlihat lebih segar. Kami pun memintanya bergabung untuk makan malam.
"Ayo duduklah, kita makan malam dulu!" ajak Sandy, Bayu pun duduk di sebelah Jimmy dan berhadapan dengan Sandykala.
"Oh ya, kenalkan yang di sebelahmu itu Jimmy, dia temanku beda sekolah, tapi sekarang kami satu fakultas di kampus, dan di sebelahnya itu Kak Jihan, kakaknya Jimmy..!" ujar Sandy memperkenalkan Jimmy dan Jihan.
"Salam kenal, aku Bayu, terima kasih bantuannya..!" ucap Bayu, dia pun menyalami Jimmy dan Jihan.
"Yang di sebelahku ini, pacarku, namanya Aruni!" kata Sandy memperkenalkan aku.
"Yah, kalau dia sudah pasti orang spesialmu, salam kenal, terima kasih sudah membantu..!" balas Bayu sembari menyalamiku kembali.
"Jangan sungkan, anggap saja kita teman sekarang.." jawabku.
Kami mulai memakan makanan yang terhidang. Ada menu nasi padang dan gulai kambing,tak lupa air mineral dan buah-buahan juga tersedia.
"Makan yang banyak Bay, besok baru kita ke RS lagi, setelah ini kamu istirahat dulu..!" pinta Sandy. Dilihatnya Bayu tidak begitu nafsu makan. Mungkin dia memikirkan kondisi Ayahnya.
"Jangan khawatir dengan kondisi Ayah kamu Bay, sudah ada yang memantau kondisi beliau, kami akan selalu diberitahu tentang perkembangan kondisi Ayah kamu.." kataku menenangkan, aku yakin dia gelisah memikirkan Ayahnya yang di RS.
"Besok kita ke RS, aku akan nemenin kamu!' kata Sandy lagi. Wajah Bayu berubah sedikit berbinar, ada secercah harapan baru di sana. Dia pun berusaha untuk menikmati makanannya.
Di saat kami sedang enak makan. Tiba-tiba Bayu mengatakan sesuatu yang membuat Sandykala terkejut bukan kepalang.
"Sann..sepertinya aku harus mengatakan ini, aku berencana untuk menyimpannya sendiri, tapi aku takut jika aku tidak bicara kepadamu, aku akan menyesal nanti.." kata Bayu terputus.
Sandy meletakkan sendoknya, dan mulai fokus kepada Bayu.
"Katakanlah Bay,saat ini kondisiku jauh lebih baik.." Sandy meyakinkan Bayu.
"Sewaktu Ayahku bertemu dengan rekan bisnis yang menipunya, aku melihat Tiara bersama pria tersebut. Pria yang membawa lari semua uang Ayahku.." jelas Bayu, dia merasa ada sesuatu yang membuatnya merasa bersalah.
"Apa maksudmu?"
"Tiara tidak ada di Rumah Sakit Jiwa, dia sudah hampir 2 tahunan berada di luar. Hasil tesnya dia dinyatakan sembuh..!" jawab Bayu.
"Lalu kenapa dia tidak mendatangiku? Kenapa justru malah mengganggu keluargamu?" tanya Sandy sedikit emosi.
"Jelas dia tidak akan bisa lagi mengganggumu. Karena itu dia sengaja menjebak Ayahku agar usahanya hancur. Dia tidak bisa membuat keluargamu bertekuk lutut kepadanya. Dia menargetkanku karena dia tahu selama ini, akulah yang selalu berpura-pura jadi dirimu.." jelas Bayu.
Sandy emosi, tangannya mengepal. Wajahnya merah padam, aku yang berada di sebelahnya khawatir. Aku coba menenangkannya. Jujur, aku baru kali ini melihatnya penuh emosi.
"Hei, tenangkan dirimu. Biarkan Bayu menyelesaikan ceritanya. Setelah itu kita cari jalan keluar bersama.." kataku lembut, aku memegang tanganya yang mengepal keras, perlahan tangan tersebut melonggar, dan tarikan nafas yang panjang terdengar darinya.
"Maaf sayang..!" jawabnya sambil memegang tanganku dengan lembut.
"Apa dia mantan pacarmu yang sangat terobsesi denganmu itu?" tanya Jimmy, karena pertanyaanya barusan,membuat Jihan menghadiahinya sebuah pukulan di kepala.
PLETAK!
"Aaahhh..kakak sakit tahu!" kata Jimmy meringis kesakitan.
"Jaga bicaramu bajingan kecil! Siapa yang menyuruhmu bertanya?" tanya Jihan dengan mata melotot penuh amarah.
"Maafkan aku Kak..!" Jimmy pun terdiam, dia kembali menikmati makanannya dengan kepala setengah pusing.
"Aku pikir semuanya sudah berakhir. Keluarganya pun sudah tidak ingin membahas masalah ini lagi. Mereka yang memohon agar masalah ini tidak sampai ke ranah hukum. Sejak itu Papa menyebar pengawal yang 24 jam memantauku baik di luar maupun di dalam rumah.." ucap Sandy. Dia menelungkupkan wajahnya di meja.
"Dia masih menyimpan video itu..dia punya salinannya!" kata Bayu tiba-tiba. Seketika wajah Sandy menjadi pucat pasi. Nafasnya tersengal, dan terlihat sulit untuk bernafas. Segera aku memeluknya. Aku panik, bingung, khawatir. Jihan lantas menelpon rumah sakit dan Jimmy membantuku untuk membawa Sandy ke ruang tamu.
"Sandy..sayang, lihat aku! Sandy..tenang..tenang..tenang!" kataku perlahan sambil terus menggenggam tangannya. Tanganku terasa sakit, cengkeramannya terlampau kuat.
Nafasnya masih tersengal, keringat dingin mulai membasahi badannya.
"Ji..tolong hubungi Om Hermawan, pakai HPku, ada di dalam tas!" kataku kepada Jihan. Aku berharap Sandy segera membaik.Jihan pun segera menghubungi Om Hermawan. Cakrawala dan Luna pasti sedang sibuk mengurusi Ayah Bayu, karenanya aku meminta Jihan untuk mengabari Om Hermawan terkait kondisi Sandy.