kehampaan dan kesempurnaan, ada seorang siswa SMP yang hidup dengan perlahan menuju masa depan yang tidak diketahui,"hm, dunia lain?hahaha , Hmm bagaimana kalau membangun sebuah organisasi sendiri, sepertinya menarik, namanya... TCG?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mult Azham, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEPERGIAN
...****************...
Lapangan Sepak Bola
Azam dan para petinggi TCG berdiri tegap, berhadapan langsung dengan tiga orang misterius yang telah mengusik organisasi mereka.
Salah satu dari mereka melangkah maju.
"Apa kamu Azam, pemimpin TCG?" tanyanya dengan suara dingin.
Azam mengangguk pelan, matanya tetap menatap lawan.
"Kenapa kalian melakukan semua ini?" tanyanya dengan nada tenang.
Orang itu menatap Azam tanpa ekspresi, lalu berkata datar,
"Bubarkan organisasi ini."
Ucapan itu terdengar begitu ringan.
Seakan TCG tak berarti apa-apa di mata mereka.
Azam tetap berdiri di tempat, tak terpengaruh.
Namun, di balik ketenangannya, matanya mulai dipenuhi amarah.
"Apa hanya itu?" tanyanya.
Orang itu mengernyit.
"Apa?"
Azam menatapnya tajam.
"Apa hanya itu yang ingin kalian katakan?"
Sebuah tekanan mengisi udara.
Orang itu terkejut.
'Apa ini? Aku... merinding? Takut? Takut pada manusia biasa?'
Rasa marah dan gengsi berkecamuk dalam pikirannya.
Tanpa berpikir panjang, dia langsung meluncur ke arah Azam dengan kecepatan tinggi!
BOOOM!
Sebuah pukulan dilepaskan!
Gelombang kejut (shockwave) menggema di seluruh lapangan saat serangan itu tertahan oleh telapak tangan Tetua Kamajaya.
"Ugh!"
Wajah Kamajaya menegang.
Rasa sakit yang luar biasa menjalar ke seluruh lengannya.
Tulangnya terasa hancur berkeping-keping!
Serpihan-serpihan kecil menusuk dagingnya dari dalam!
Namun dia tetap berdiri.
"Sial... kekuatan macam apa ini?" pikirnya.
Melihat Kamajaya terluka, Yorde langsung melesat!
Amarahnya memuncak saat Orang misterius itu langsung menyerang Azam
Tubuhnya dikelilingi HAJ yang bergejolak, lalu dia melayangkan pukulan mautnya—
"Dharma Strike!"
(Teknik khusus Yorde: Dharma Strike – pukulan yang menghentikan lawan sejenak dan menimbulkan rasa sakit luar biasa!)
Namun, sebelum pukulannya mengenai sasaran, salah satu dari tiga orang misterius itu—Ormis 2—berhasil menahannya
BHUAK!
Ormis 2 terpental ke belakang, menghantam Ormis 1 yang berdiri di belakangnya!
Tubuhnya menghantam tanah dengan keras, lalu terseret, meninggalkan jejak panjang di tanah. Saat mencoba bangkit... sesuatu terasa aneh.
Tubuhnya tak bisa bergerak.
Kaku. Beku.
Efek dari Dharma Strike.
"A-apa ini?!" pikir Ormis 2, panik.
Saat itulah, rasa sakit mulai menjalar.
Seperti ribuan jarum menembus sarafnya.
Menusuk. Mengoyak.
lalu Yorde meleset lagi kearah Ormis 2 yang sedang kaku
Ormis 1 langsung menyadari ada sesuatu yang tidak beres.
"CODE 1!" dia berteriak keras.
Semua orang TCG terkejut.
"Kode 1?" Mereka semua bertanya dalam hati.
Lalu…
Ormis ketiga bergerak.
Dari tubuhnya muncul kekuatan yang sangat dahsyat!
Udara di sekitar bergetar hebat!
BOOOONG!
Aura menggelegar di seluruh lapangan.
Tekanan menyesakkan dada, membuat tanah sedikit bergetar dan retak.
Third Soul Transcender...
Itulah yang ada di benak semua orang.
Seketika—
Sosoknya menghilang!
Dalam sekejap, dia sudah berada di hadapan Yorde!
Yorde reflek menyerang!
"THUK!"
Pukulan tidak tembus!
Ada penghalang tak terlihat, seperti dinding kaca bening yang melindungi lawan.
Musuh itu tersenyum tipis.
"Lalu, dengan santai, dia hanya... menggerakkan jarinya.
SUNG... SUNG...
Udara di depan jarinya bergetar, seperti riak di permukaan air.
Energi itu terkondensasi, terkumpul layaknya peluru yang siap dilepaskan—
SIUW!
GBBOOOM!"
Yorde terlempar keras!
Tubuhnya menghantam tembok di ujung lapangan.
Darah menetes di tanah.
Tidak sadarkan diri.
Hanya dengan satu serangan.
Lalu Ormis itu menatap Azam.
Para Guardian, Tetua, dan Wakil langsung bergerak!
Namun sebelum mereka bisa melakukan sesuatu—
"GRRRHHH!!!"
Farel menggertakkan giginya.
Napasnya berat, dadanya naik turun, amarahnya meledak!
"TIDAK AKAN KUBIARKAN!"
SSSSST!
Dari tubuhnya keluar asap panas!
Urat-uratnya menonjol, dagingnya menegang!
Yang sebelumnya bertubuh seperti powerlifter—
Kini perlahan berubah!
Lebih besar.
Lebih padat.
Lebih brutal.
Dari powerlifter menjadi bodybuilder tempur.
Kekuatan Mutlak: "Fisik Absolut"
Aura, sihir, atau teknik berbasis energi...
Tidak akan menyentuhnya.
Selama dia percaya pada kekuatan fisiknya—
Tidak ada yang bisa menembus pertahanannya.
Farel berjongkok.
Tangan terkepal, tubuh menegang, lalu—
"ERRRRAAAAAAGGGGHHHHH!!!"
GBBOOOM!!!
Kakinya menekan tanah, menghancurkan lapisan tanah di bawahnya!
GRRRSSSSSHHH!!!
Dalam sekejap, tubuhnya meluncur dengan kecepatan mengerikan!
SIIIIIWWWW!
Suara benturan udara menghantam gendang telinga!
BOOOM!!!
Pukulannya mengenai perisai lawan!
Retakan mulai menyebar.
"APA!?"
Ormis 3 langsung membentangkan tangan untuk memperkuat pertahanan.
Namun—
KRIING!
PERISAINYA PECAH!!!
Serangan Beruntun!
"GUBRAK!"
Tubuh Ormis 3 tersentak ke belakang!
Udara bergetar!
CUSSS!!!
Asap panas mengepul dari tubuh Farel!
Sebelum Ormis 3 bisa bereaksi—
"SSSSIIIIIIING!"
Farel melesat lagi!
"GUBRAK!!!"
Pukulan kedua menghantam dada Ormis 3.
"UGH!!!"
Lawan terhuyung, napasnya memburu!
Refleks, dia menyilangkan tangan untuk bertahan.
Namun—
"BHUK! BHUK! BHUK!"
Farel terus menghajar tanpa henti!
'Kenapa... kenapa setiap pukulannya terasa lebih berat!?'
Ormis 3 terkejut.
Dia berada di ranah Third Soul Transcender.
Tapi lawannya hanya seorang First Soul Transcender.
"Tidak mungkin...!"
Bagaimana mungkin seseorang dengan perbedaan dua ranah penuh...
...mampu membuatnya kewalahan!?
Azam tersenyum.
‘Inilah kekuatan sejati HAJ.'
Bukan sekadar tingkatan.
HAJ adalah keyakinan, tekad, dan kerja keras.
Jurus: Multiplicator
Multiplicator adalah teknik yang hanya bisa digunakan oleh mereka yang siap mengorbankan tubuh mereka sendiri.
Setiap pukulan memperkuat serangan berikutnya, menciptakan percepatan kekuatan yang luar biasa.
Tangan kanan → meningkatkan kekuatan secara linear (+1x setiap pukulan).
Tangan kiri → menggandakan efek pukulan sebelumnya dengan pangkat dua.
Efeknya brutal:
Pukulan pertama (kanan): 2× kekuatan dasar.
Pukulan kedua (kiri): (2×)² \= 4× kekuatan dasar.
Pukulan ketiga (kanan): 3× kekuatan dasar.
Pukulan keempat (kiri): (3×)² \= 9× kekuatan dasar.
Pukulan kelima (kanan): 4× kekuatan dasar.
Pukulan keenam (kiri): (4×)² \= 16× kekuatan dasar.
... dan terus berlanjut.
Setiap pukulan membawa rasa sakit yang lebih besar daripada sebelumnya.
Setiap serangan memaksa tubuhnya untuk melawan kehancuran.
Pukulan ke-5: Tendon mulai terkoyak.
Pukulan ke-10: Tulang mulai retak.
Pukulan ke-15: Sendi hampir hancur.
Pukulan ke-20: Otot robek total, tubuh hampir tidak bisa digerakkan.
Farel tahu ini.
Tapi dia tidak peduli.
"TIDAK MUNGKIN!!!”
Ormis 3 mulai panik.
BOOOM!!!
Setiap serangan menghancurkan tanah di sekitarnya.
Ormis 3 mulai kehilangan keseimbangan.
Dia harus menemukan cara menghentikan ini—sebelum terlambat.
Saat tekanan dari Ormis mulai berkurang, anggota TCG mulai bergerak!
Beberapa mencoba membantu Farel dengan menyembuhkan tubuhnya di tengah pertarungan.
Beberapa lainnya menyerang Ormis 1 dan 2!
Pertempuran semakin chaos.
Sekarang mereka paham... HAJ bukan sekadar tingkatan.
Ormis 3, yang sudah terpojok, mulai mengeluarkan kekuatan sejatinya—Blood Vow, teknik yang mengubah darah menjadi energi HAJ untuk meningkatkan kekuatan secara drastis. Namun, harga yang harus dibayar sangat tinggi: semakin lama digunakan, semakin besar pengorbanan yang diperlukan.
Darah yang keluar segera diubah menjadi HAJ.
Jika darah mengering sebelum diproses, ia tidak bisa digunakan sebagai HAJ lagi.
Setiap tetes Darah yang keluar meningkatkan kekuatan 1,5x lipat.
Setelah 5 tetes, peningkatan per tetes menurun menjadi 1,2x lipat.
Setelah 30 tetes, peningkatan hanya 1,1x lipat dan terus melemah.
Kelemahan utama kekuatan ini adalah durasinya yang terbatas:
Setiap tetes darah menambah durasi efek ini, tetapi semakin lama efek berjalan, semakin kecil tambahan waktunya:
1-10 tetes → +1 detik per tetes.
11-30 tetes → +0,5 detik per tetes.
31+ tetes → tambahan waktu hampir tidak signifikan.
Artinya, untuk mendapatkan peningkatan kekuatan dan memperpanjang efeknya, dibutuhkan lebih banyak darah.
Semakin lama menggunakan teknik ini, semakin besar pengorbanan yang diperlukan. Untuk terus mempertahankannya, Ormis 3 harus memiliki cadangan darah yang luar biasa banyak.
Booong!
Siuw!
GBOOM!
Farel terhantam begitu keras hingga tubuhnya melayang ratusan meter ke belakang! Tanah merekah di jalurnya sebelum ia akhirnya menembus tembok lapangan.
Farel mulai merasa lelah. Napasnya memburu, tubuhnya bergetar, tapi ia tidak ingin menyerah. Tekadnya masih menyala.
"AaAkuU… tIdak inGin SepeRti ini..."
"AaAh... AbAh daLAm BaHaya... ApA yaNg..."
Tiba-tiba, semua orang membeku di tempat.
Kecuali Azam.
Azam sudah menduga ini akan terjadi. Ia memahami betul sifat Haj. Haj memang bukan kekuatan yang bergantung pada ranah, tetapi itu tidak berarti ranah tidak berguna.
Mencapai ranah adalah bukti pengorbanan seseorang untuk memenuhi prinsip Kerja Keras—TEMPA.
Azam tidak tahu seberapa besar pengorbanan Ormis 3 untuk mencapai ranah Third Soul Transcender.
Orang itu menunjuk Azam.
Darah yang mengalir dari tubuhnya mulai bergerak.
Setetes, dua tetes… kemudian berkumpul dan membentuk jarum tajam.
"SSSSSST! SIIIIIING!"
Jarum-jarum itu berputar dengan kecepatan luar biasa, menciptakan pusaran merah yang mengerikan.
Kemudian—
Siuw!
!!
DRRAAKKKK!
CRAAACKESSSS!
Tanah merekah.
Batu-batu melayang, terlempar oleh getaran dahsyat.
Di depan Azam, seseorang telah berdiri.
Kamajaya.
Jenis kekuatannya: sihir.
Jurusnya —(Haj Weaving)— adalah sihir langka yang memungkinkan setiap helai rambut berubah menjadi benang energi Haj.
Begitu digunakan, rambut akan lenyap, berubah menjadi energi Haj murni.
Sekarang, 20 helai rambutnya telah digunakan untuk menahan kekuatan Ormis 3.
Itulah sebabnya ia memanjangkan rambutnya. Bukan hanya jumlah rambut yang penting, tetapi juga panjangnya. Semakin panjang rambutnya, semakin besar energi yang dapat ia hasilkan.
"Abah harus pergi dari sini."
Nada suara Kamajaya terdengar datar, tapi Azam tahu...
Saat ia menoleh, air mata mengalir dari mata Kamajaya.
Azam tersenyum. Senyuman penuh pemahaman.
Ia melangkah mendekat, lalu menepuk pundak Kamajaya dengan lembut.
"Kamajaya... tidak, haruskah Abah bilang... KAMAJAYA PUTRA?"
Azam tersenyum lebih lebar.
"KALAU KAMU BISA, MAKA AKU BISA."
Mata Kamajaya membelalak.
Ia melirik ke samping. Azam berjalan maju.
Helai demi helai rambut Kamajaya terkuras—20 helai setiap detik.
Azam sedikit menoleh ke belakang, menatap Kamajaya dari sudut matanya.
Di depan Kamajaya, wajah Azam terlihat tersenyum.
Di sisi wajah yang lain, ekspresinya dingin.
Dua ekspresi sekaligus.
Kemudian, dengan nada santai, Azam berkata, "Nanti rambut kamu botak, loh."
Saat itu juga, tangan kirinya meraih gumpalan energi dahsyat yang mengamuk di depannya.
GBOOOM!
Azam terlempar ratusan meter keluar lapangan.
Tubuhnya menghantam keras gedung di belakangnya, menciptakan retakan besar di dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah.
Debu beterbangan.
Suara reruntuhan menggema di udara.
Semua anggota TCG membeku.
Tak ada yang bisa mempercayai apa yang mereka lihat.
Di sisi lain, Ormis 3 mengerutkan dahi.
Kenapa?
Energi dahsyat yang tadi ada di depannya… menghilang begitu saja.
Yorde yang menyaksikan kejadian itu.
Dadanya terasa sesak.
Tangannya gemetar.
Tubuhnya...
Tubuhnya tidak bisa berhenti gemetar.
Apa ini?
Kenapa—kenapa air mata keluar begitu saja?
Suara Azam terngiang di benaknya.
"Yorde, bisakah kamu menjaga TCG selanjutnya?"
Yorde terkejut.
"Apa yang Abah katakan tiba-tiba? Tapi... kalau itu yang Abah inginkan, aku bisa kok. Jadi Abah tidak perlu mengkhawatirkannya."
Dengan penuh keyakinan, Yorde mengepalkan tangannya.
Ekspresi tulus terpancar di wajahnya.
"Aku berjanji akan membuat TCG lebih baik!"
Azam tersenyum. "Terima kasih."
"Apa yang Abah katakan? Ini bukan masalah bagiku!"
Azam menatapnya sebentar, lalu mengangguk pelan.
"Iya, Abah senang mendengarnya."
Hening sejenak.
Lalu, dengan suara lirih, Azam berkata:
"Kamu tahu kan, Yorde... kalau Abah tidak sebaik yang kamu kira?"
Yorde tersentak.
"Apa? Tidak, tidak! Apa yang Abah katakan? Abah sangat baik kepadaku selama ini!"
Azam menggelengkan kepalanya.
"Abah dari dulu tidak pernah percaya siapa pun... bahkan dirimu."
"Apa kamu masih menganggap Abah baik?"
Yorde menatap Azam.
Tangannya perlahan meraih tangan Azam yang terlihat begitu rapuh.
Dia selalu berhati-hati.
Dia tahu… tubuh Azam tidak memiliki energi Haj.
Dengan suara yang penuh ketulusan, Yorde berkata:
"Abah... tidak peduli bagaimana kamu menganggap dirimu sendiri..."
"Tapi aku..."
"Aku akan selalu menganggap Abah sebagai keluargaku."
Yorde tersenyum.
Senyum yang paling tulus…
Senyum yang tidak pernah Azam lihat seumur hidupnya.
"..., kamu, apa kamu pernah bermain film sebelumnya?"
Yorde terkejut.
Hah? Apa yang baru saja Abah katakan?
Terlebih lagi, Azam terlihat sangat serius saat mengatakannya.
"Pfft... hm, ekhem khem!"
"Apa kamu menertawakan Abah?"
Azam menyipitkan matanya. "Kamu mulai berani ya?"
"Eh, tidak kok Abah! Haha!"
"Tuh kan, kamu menertawakan Abah."
"B-Bukan, aku tadi cuma ingat Bang Farel waktu kecil pernah mencicipi tai karena dia kira itu coklat..."
Azam mendengus. "Eleh, Abah tahu bukan itu alasannya."
Setelah canda tawa itu mereda, Azam melanjutkan—
Suara dan tatapannya penuh keyakinan.
"Jika Abah bisa, maka kamu juga bisa. Karena kamu adalah...
YORDE MULTAZHARI."
Yorde terbelalak.
Terkejut.
Terharu.
Tak bisa berkata-kata.
Dia menatap Azam di sampingnya.
Azam tersenyum.
Senyuman yang begitu tenang, begitu yakin.
Yorde menatap lurus ke depan, lalu mengucapkan,
"Benar... kalau Abah bisa, aku juga bisa."
...----------------...
Kembali ke masa sekarang.
Darah.
Pandangan Yorde mulai memudar.
Semua yang dilihatnya merah.
Darah.
Darah di mana-mana.
"Hehehahahaha..."
"HAHAHAHAHAHAHAHAHA!!"
"HAHAHAHEHEHEHEHEHE!!!"
"AAAAAAAHHH!!!"
"KAMU... YAAA... EMMMM..."
"APA INI? APAKAH AKU... AKU ADALAH AKU? HEHEHEHEHEHE!!!"
Semua orang merinding.
Termasuk Ormis 3.
Untuk pertama kalinya, dia merasa sesuatu menekan hatinya.
Sesuatu yang dia tidak bisa jelaskan.
Takut?
Tidak mungkin.
Tapi...
Apa ini...?
KRAK! BRUAK! GRAAAK!!
Yorde... tiba-tiba sudah berada di depannya.
Satu tinju melayang ke arahnya.
DARRR!!
Ormis terhempas keras, tubuhnya menembus beton-beton gedung!
GBOM! GBOM! GBOM! GBRAK! GBRAK! GBRAK!
Tubuhnya terus terlempar melewati gedung-gedung kota.
Saat akhirnya dia melihat langit...
Yorde sudah ada di sana lagi.
Tinju lain melayang.
GUBRAK!!
GBOMMMM!!
Ssssst...
Meskipun Ormis mencoba menahan serangan itu...
...Tapi percuma.
Yorde tidak berhenti.
THUMP! THUMP! THUMP! THUMP! THUMP!
Ormis 3... seharusnya sudah mencapai 30 kali lipat kekuatannya.
Tapi...
Dia masih tidak bisa menahan pukulan Yorde.
Setiap kali dia menjadi lebih kuat...
Yorde juga menjadi lebih kuat.
Kekuatan yang dianggap mitos...
Kekuatan yang mustahil ada...
Tapi Yorde memilikinya.
Sebuah kekuatan yang akan selalu menyeimbangi musuhnya.
Semakin kuat lawannya, semakin kuat dirinya.
Sekarang pertarungan ini bukan soal kekuatan lagi.
Tapi soal siapa yang bisa bertahan lebih lama.
Ormis 3...
Sudah kehilangan terlalu banyak darah.
Kesadarannya mulai memudar.
Setiap menit berlalu, darahnya semakin berkurang.
Dia berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.
Dan dia tahu...
Akhirnya sudah dekat.
KEMATIAN.
Tapi...
Dia masih mencoba bertahan.
Berusaha menahan pukulan Yorde.
Tapi sia-sia.
Darahnya terus keluar.
Dia mulai panik.
"TUNGGU!!!"
THUMP! THUMP! THUMP!
Yorde tidak mendengarkan.
Matanya berkilat merah.
Dia tahu...
Tidak ada harapan lagi bagi Ormis 3 untuk hidup.
Lalu, di tengah hantaman bertubi-tubi...
Ormis 3 tersenyum.
Senyum yang mengejek.
"KAMU KIRA DIA AKAN BANGUN LAGI SETELAH KAMU MELAKUKAN INI?
HAHAHAHA!!!
TIDAK AKAN!!!
DIA SUDAH MATI!!!
IYA, DIA SUDAH MATI!!!
KAMU SEDIH, KAN?
KAMU MARAH, KAN?
HAHAHAHA!!!"
Yorde terus memukul.
Tapi kini dia ikut tersenyum.
Senyuman yang menyeringai lebar.
Giginya tampak jelas.
Matanya penuh kegilaan.
Dan dia berkata—
"APA YANG KAMU OCEHKAN DARI TADI?"
"KAMU BUKAN DI POSISI BISA MEMPROVOKASIKU."
"HEHEHE..."
Ormis 3 terdiam.
Sesuatu terasa salah.
Sepertinya...
Dia telah melakukan kesalahan besar.
CRACK!
Ormis lengah.
Tangan Yorde menembus perut Ormis 3.
Daging terobek.
Darah muncrat.
Lalu...
Yorde mulai menarik sesuatu.
Satu per satu...
Esensi kehidupan Ormis 3.
"AAAAAAARRRRGGGGHHHHH!!!!"
Teriakan kesakitan itu menggema di seluruh kota.
CRACK!
Tubuh Ormis 3 berusaha meregenerasi—
Tapi sebelum bisa selesai—
CRACK!
Yorde menariknya lagi.
Siklus itu terus berulang.
Meregenerasi.
Dihancurkan.
Berteriak.
Meregenerasi.
Dihancurkan.
Berteriak.
Tanpa akhir...
Sampai darah Ormis 3 benar-benar habis.
Kini tubuhnya menyusut.
Matanya membesar, penuh ketakutan.
Benar-benar siksaan di luar batas akal manusia.
"HAHAHAHAHA!! HEHAHAHAHA!!"
"GRRREK!! GRAAAH!! EERRRGHHGHHHHAA!!"
Yorde berusaha menahan kegilaannya.
Tapi dia hampir tenggelam dalam kebrutalannya sendiri.
Di sisi lain...
Farel tetap di sisi Azam.
Tangannya masih menyalurkan HAJ.
Tapi kini, tubuhnya mulai gemetar.
HAJ mungkin tidak terbatas...
Tapi tubuh makhluk hidup tetap memiliki batas.
Dan sekarang, batas itu semakin dekat.
"Abah... mohon jangan pergi..."
Farel mendesak HAJ untuk masuk ke tubuh Azam.
Tapi...
HAJ menolak.
Setiap kali energi itu menyentuh tubuh Azam,
ia terpental.
"Kenapa... kamu menjauh?!"
"Sembuhkan dia!!
SEMBUHKAN DIA!!"
Farel berteriak putus asa.
Tapi HAJ tetap menolak.
Lalu tiba-tiba...
Kelopak mata Azam sedikit bergerak.
Farel menahan napas.
Jantungnya berdetak lebih kencang.
Kemudian...
Azam membuka matanya sedikit.
Tangannya terangkat lemah.
Farel segera meraihnya dan menggenggam erat.
Azam mengerjapkan mata pelan.
Senyum kecil terukir di wajahnya.
Suara yang keluar hampir seperti bisikan.
"Tidak... apa-apa..."
"Tidak apa-apa..."
Sejenak ia terdiam, lalu melanjutkan—
"...Hap ilang."
Farel menatapnya dengan mata melebar.
Sejenak, ia tersipu malu.
"Abah... A-aku bukan anak kecil lagi..."
Napasnya tersengal, Matanya masih basah.
Azam tersenyum lebih lebar.
"Tapi kamu benar-benar menjaga TCG seperti jejak ayahmu..."
Suara Azam terdengar semakin lemah.
"Ayahmu sungguh..."
Dia menatap Farel dalam-dalam.
Lalu... menggeleng pelan.
"Sungguh apa, Bah?
Sungguh apa?"
Farel penasaran.
Azam hanya menggeleng pelan.
"Tidak apa... tidak papa... Hap ilang..."
"ABAH!!!"
Azam tertawa kecil.
Lalu berkata—
"Kenapa kamu menangis..."
"Abah benar-benar tidak apa-apa."
Matanya semakin berat.
"Abah... hanya mengantuk... ingin tidur dulu..."
"Jadi..."
Azam menarik napas lemah, seolah ingin memastikan Farel benar-benar mendengarnya.
"... jagalah TCG..."
Suaranya semakin pelan, seperti nyala lilin yang hampir padam.
"... bersama Yorde Multazhari."
Azam menutup matanya perlahan.
Keheningan menggantung di udara.
Tapi sebelum benar-benar tenggelam dalam ketidaksadaran...
Dia mengucapkan satu nama—lemah, nyaris seperti bisikan.
"Farel Al-Fayed Multazhari."
Farel menggigit bibirnya.
Air matanya jatuh semakin deras.
Dengan suara bergetar, Ia menjawab—
"Baik, Abah... baik..."
"Serahkan kepadaku..."
"Aku akan menjaganya dengan baik bersama Yorde..."
"Abah tenang saja..."
Tangannya menggenggam erat tangan Azam.
Hingga akhirnya...
Genggaman itu melemah.
......................
Kejadian itu mengguncang seluruh dunia.
Untuk pertama kalinya, pertarungan antara pengguna HAJ mencapai tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya. Peristiwa ini menjadi sejarah yang diingat selama bertahun-tahun, menginspirasi banyak orang untuk meningkatkan kekuatan mereka, berharap bisa mencapai level seperti Yorde dan Ormis 3.
Sementara itu, Ormis 1 dan 2 dijebloskan ke dalam penjara TCG. Awalnya, penjara itu hanya dirancang untuk menahan manusia biasa, tetapi setelah kejadian ini, sistem keamanannya ditingkatkan secara drastis. Penjara itu kini dirancang khusus untuk menahan pengguna HAJ, menjadikannya fasilitas tahanan teraman di dunia.
Sedangkan untuk Azam...
Tubuhnya dijaga dengan sangat ketat di sebuah tempat tersembunyi. Ia tenggelam dalam koma selama bertahun-tahun—tanpa ada tanda-tanda akan segera terbangun.
...****************...
Dan seperti itulah kejadiannya...
Sampai akhirnya aku berada di sini.
Aku, Azam.
Entah bagaimana, sepertinya rohku terlempar ke dunia lain.
Aku melihat slime melompat-lompat di sekitar, burung-burung aneh yang belum pernah kulihat sebelumnya, serta serangga yang beterbangan di udara.
Semua ini... terasa familiar.
Aku terus berjalan lurus.
Lalu, di hadapanku...
Hamparan bunga terbentang sejauh mata memandang.
Bersambung.