NovelToon NovelToon
Istri Yang Disia Siakan

Istri Yang Disia Siakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:16.8k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"mas belikan hp buat amira mas dia butuh mas buat belajar" pinta Anita yang ntah sudah berapa kali dia meminta
"tidak ada Nita, udah pake hp kamu aja sih" jawab Arman sambil membuka sepatunya
"hp ku kamarenya rusak, jadi dia ga bisa ikut zoom meating mas" sanggah Nita kesal sekali dia
"udah ah mas capek, baru pulang kerja udah di sodorin banyak permintaan" jawab Arman sambil melangkahkan kaki ke dalam rumah
"om Arman makasih ya hp nya bagus" ucap Salma keponakan Arman
hati Anita tersa tersayat sayat sembilu bagaimana mungkin Arman bisa membelikan Salma hp anak yang usia baru 10 tahun dan kedudukannya adalah keponakan dia, sedangkan Amira anaknya sendiri tidak ia belikan
"mas!!!" pekik Anita meminta penjelasan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEKACAUAN arman

Kekacauan di rumah Arman semakin tak terkendali.

"Dewi, jangan hanya diam saja! Bantuin Ibu!" ucap Laksmi kesal melihat Dewi yang tak bisa berbuat apa-apa.

Sejak pagi, Laksmi sudah mencuci piring yang menumpuk, sementara Dewi hanya duduk di dapur sambil bermain HP.

Sebenarnya, Dewi tidak benar-benar diam. Dia sudah mencoba memasak nasi, tetapi hasilnya keras karena kurang air. Dia juga mencoba mencuci baju, tetapi mesin cuci malah rusak karena air terus mengalir dari selang pembuangan. Rumah berantakan, Salma berangkat sekolah tanpa sarapan, bahkan sempat kesiangan karena harus mencari bajunya. Selama 16 tahun, mereka terbiasa dilayani oleh Anita. Sekarang, mereka kerepotan sendiri.

Laksmi sudah lupa cara mengurus dapur, apalagi Dewi yang sejak remaja tidak bisa melakukan apa-apa selain bersolek.

"Ini semua gara-gara Anita! Coba saja dia mau menerima poligami, tentu kita tidak serepot ini!" gerutu Dewi kesal.

"PRANGG!"

Terdengar suara piring pecah.

"Dewi, kamu lakukan apa kek! Nyapu kek, ngepel kek! Aku kesal lihat kamu! Udah punya anak satu, tapi masih nggak bisa ngurus rumah!" ketus Laksmi. Tangannya sudah mulai pegal. Dalam hati, dia bergumam, "Ternyata tidak mudah mengurus rumah itu."

Akhirnya, dengan sisa tenaga, piring kotor selesai dicuci, sementara Dewi selesai menyapu dan mengepel.

Laksmi mendengus. "Kamu benar-benar nggak berguna! Lantainya bau amis begini! Kamu pakai pewangi nggak waktu ngepel?" tanyanya kesal.

"Pewangi? Mana ada lantai pakai pewangi!" sahut Dewi ketus. Sejak pagi, ibunya terus saja mengomel.

Laksmi menggelengkan kepala dia kesal sama anaknya padahal dia bukan orang kaya atau keluarga Sultan sampai pewangi lantai saja dewi tidak tahu dan semua ini tentu saja salah anita, anita yang tidak ada di rumah itulah isi pikiran Laksmi.

Dulu, saat Anita masih ada, mereka bisa duduk santai karena sebelum pagi datang, rumah sudah bersih. Sekarang, sudah siang, tapi mereka bahkan belum sarapan.

"Bu, beli makan apa? Aku lapar banget!" pinta Dewi merengek.

"Dewi, mulai minggu depan desak si Doni untuk kirim uang! Ibu nggak sanggup kalau harus ngerjain rumah sendiri!" ucap Laksmi kesal.

"Iya, Bu. Nanti aku minta sama Mas Doni. Sekarang aku lapar, Bu. Ibu pasti lapar juga, kan? Sini, aku minta uang buat beli sarapan sekaligus makan siang," pinta Dewi lagi.

Laksmi memberikan uang lima puluh ribu rupiah.

"Jangan dihabiskan! Anita biasanya masih kembali tiga puluh ribu kalau Ibu kasih uang segitu!" ujar Laksmi mengingatkan.

Dewi mengambil uang itu dengan semangat. Dia lupa akan pesan ibunya untuk tidak menghabiskannya.

Laksmi duduk di sofa, melihat seisi rumah yang tampak tidak tertata rapi. Pinggangnya terasa nyeri setelah berdiri selama satu jam mencuci piring.

"Si Lestari ke mana lagi? Udah tiga hari nggak pulang," gumamnya.

Sementara itu, Dewi senang mendapat uang lima puluh ribu. Dia membeli makanan kesukaannya. Ternyata, uangnya habis semua. Dia membeli sayur asem, udang balado, usus, serta kerupuk. Tak lupa, dia membeli empat bungkus nasi karena nasi yang tadi ia masak tidak layak dimakan.

Sesampainya di rumah, Dewi menaruh makanan di meja.

"Bu, mana piring dan sendoknya?" tanyanya.

Laksmi mendelik. "Berani kau nyuruh orang tua!" hardiknya.

"Iya, Bu..." jawab Dewi pelan.

Akhirnya, Dewi mengambil piring dan membawanya ke meja makan. Dia menaruh lauk dan nasi di piring.

Saat melihat makanan itu, wajah Laksmi berubah masam.

"Kamu mau membunuh Ibu, Dewi?" ucapnya kesal.

"Apa-apaan sih, Bu? Marah-marah terus!" jawab Dewi jengkel.

"Lihat makanan yang kamu beli! Ini makanan yang bikin encok Ibu kambuh!" omel Laksmi.

Rasanya, ia ingin menampar Dewi saat itu juga.

"Ini makanan kesukaanku, Bu! Ibu coba dulu, pasti enak!" ucap Dewi tak mau kalah.

"Kamu egois, Dewi! Sudah tahu Ibu punya encok, malah beli sayur asem, udang balado, dan usus ayam! Mau lihat Ibu sakit, hah?!"

"Ya, Bu. Kirain Ibu nggak punya encok," jawab Dewi santai.

"Ibu punya penyakit encok gara-gara kamu nggak bisa cuci piring dan ngurus rumah!" Laksmi semakin kesal.

"Sekarang belikan lauk yang lain! Pakai uang kembalian!" perintahnya.

"Mana ada uang kembalian, Bu. Udah habis semua," jawab Dewi polos.

"Kamu gila, Dewi! Ibu muak lihat muka kamu!"

Laksmi membawa nasi dan kerupuk ke kamarnya.

"BRUKK!"

Pintu kamarnya dibanting keras.

Dewi melongo. Hanya karena salah beli makanan, ibunya bisa semarah itu.

"Sialan! Ini semua gara-gara Anita nggak mau dipoligami! Coba kalau mau, Ibu punya pembantu gratis, dan Bianka jadi sumber keuangan!" gumamnya.

Namun, Dewi tidak peduli dengan ibunya yang marah. Dia tetap makan dengan lahap

.

Seharusnya, hari ini arman bahagia. Gajinya baru saja masuk, ditambah bonus yang cukup besar. Namun, kebahagiaan itu langsung sirna ketika Bianka menagih uang yang pernah dipinjamnya. Dengan berat hati, Raka membayar, dan kini gajinya hanya tersisa setengah.

Ia menatap angka di rekeningnya—Rp4 juta. Jika Anita masih ada, ia yakin uang itu akan cukup sampai akhir bulan. Namun sekarang, tanpa Anita, ia ragu. Apakah uang ini akan bertahan hingga gajian berikutnya?

Saat Arman sedang termenung, Bianka menghampirinya dengan wajah penasaran.

"Kenapa kamu tampak kusut begini, arman?" tanyanya.

Arman menghela napas. "Semua kacau gara-gara nggak ada Anita."

Bianka langsung merasa panas mendengar nama itu. Sudah bercerai, tapi Anita masih saja ada di kepala Raka.

"Kenapa memangnya?" tanyanya, menahan kesal.

"Siapa yang ngurusin aku? Baju, sarapan, rumah... Semua harus aku urus sendiri. Orang-orang di rumah nggak ada yang peduli," keluh Raka dengan nada manja.

Bianka tersenyum kecil, matanya berbinar penuh rencana.

"Hmm, bagaimana kalau kita secepatnya menikah? Biar aku bisa melayanimu," ucapnya lembut, menggoda.

Mata arman langsung berbinar. "Serius kamu, Bianka?"

Bianka tersenyum. Raka begitu antusias mendengar tawarannya, tapi Bianka tahu, bukan pernikahan yang membuatnya bersemangat. Raka hanya mencari pengganti Anita, seseorang yang bisa mengurus kebutuhannya dan rumahnya. Pagi tadi, ia miris melihat rumah yang berantakan, padahal ada tiga perempuan di sana. Tak satu pun yang peduli.

Kalau Bianka menikah dengannya, pasti dia mau mengurus rumah. Raka yakin, Bianka mencintainya dan bersedia melakukannya.

"Serius kamu mau menikah denganku secepatnya?" tanyanya memastikan.

"Serius. Atau perlu aku buktikan?" Bianka menatapnya dengan senyum menggoda.

Ia mendekat, tangannya yang lembut menyentuh leher Raka, jari-jarinya membelai perlahan. Sensasi hangat itu langsung membangkitkan gairah dalam diri Arman.

Arman tak bisa menahan diri. Ia menggenggam tangan Bianka, menariknya ke dalam pelukannya. Kedekatan mereka begitu intens. Raka bisa merasakan aroma tubuh Bianka yang harum, napasnya yang hangat di dekat telinganya.

Jantungnya berdebar, tangan Bianka kini melingkar di lehernya, wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Tatapan penuh godaan itu membuat Raka semakin terpikat. Bibir mereka hampir bersentuhan, dan Arman merasakan desir halus di tubuhnya saat Bianka mengusap tengkuknya perlahan.

Saat suasana semakin memanas, Bianka menyandarkan kepalanya di dada Raka, tangannya bermain di punggung lelaki itu.

"Sudah cukup, Mas. Ini di kantor," bisiknya, suaranya terdengar menggoda. "Nanti kita lanjutkan saja... di rumahku atau di hotel."

Arman menatapnya dalam-dalam. Bianka tersenyum penuh arti.

Tanpa mereka sadari kalau ada seseorang yang melihat pergumulan mereka dan merekamnya.

Arman tidak langsung pulang ke rumah. Ia ingin melepaskan hasratnya yang tertunda. Toh, sebentar lagi Bianka akan ia nikahi. Ini hanya sebagai pengenalan saja, menurutnya. Akhirnya, mereka terdampar di sebuah hotel sederhana dan melakukan hubungan pranikah dengan dalih untuk saling mengenal.

"Terima kasih, Mas," ucap Bianka manja.

"Sama-sama, Sayang."

"Mas harus menikahi aku secepatnya."

"Pasti, Sayang."

"Tapi aku ingin kamu tinggal di rumah aku, Mas," ucap Bianka.

Deg! Jantung Raka terasa copot. Tinggal di rumah Riska? Tidak mungkin ibunya mengizinkannya. Lagi pula, kalau ia tinggal di rumah Riska, siapa yang akan mengurus keperluan ibu dan adik-adiknya?

"Kenapa, Mas? Kok diam sih, Mas?" tanya Bianka.

"Aku nggak yakin Ibu ngizinin aku tinggal di rumah kamu," ucap Raka.

"Mas, kamu tinggal di rumah aku, bukan di rumah orang tuaku. Aku hanya tinggal bersama putriku, Mas. Tenang saja, aku akan melayanimu dengan baik," ucap Bianka.

"Tapi, Bian..."

"Aku nggak mau tahu! Kamu harus menikahiku, dan setelah menikah kamu tinggal bersamaku. Kalau tidak, aku akan laporkan kamu ke atasan. Kamu tahu sendiri kalau atasan kita tidak suka hubungan perselingkuhan. Aku hanya hidup bersama putriku, dan uang jajan putriku juga ditanggung mantan suamiku. Kalau aku dipecat, aku masih bisa hidup dengan putriku. Tapi kalau kamu?"

Raka terdiam. Ia masuk dalam jebakan Bianka.

1
Irma Minul
luar biasa 👍👍👍
Innara Maulida
rasain dasar laki gak punya pendirian
💗 AR Althafunisa 💗
Lagian ada ya seorang ibu begitu 🥲
💗 AR Althafunisa 💗
Lanjut ka...
Soraya
Ridha thor rida
Nina Saja
bagus
💗 AR Althafunisa 💗
Laki-laki tidak punya pendirian akan terombang ambing 😌
Amora
awas ... nanti nyesel sejuta kali bukan 💯 kali nyesel . 😏😒
Innara Maulida
sudah lah Anita ngapain kamu pertahan kan laki kaya si Arman tingal kamu aja yg gugat dia...
💗 AR Althafunisa 💗
Lanjuttt...
💗 AR Althafunisa 💗
Luar biasa
Soraya
jangan kebanyakan kata kata yang diulang thor
Lestari: loh thor bukan nya bapak Arman masih ada yang namanya goni kalau gak salah ko jadi Handoko udah meninggal pula
total 1 replies
Soraya
klo gajih Arman sepuluh juta trus larinya kmn
Soraya
terlalu banyak pengulangan kata thor
💗 AR Althafunisa 💗
Kalau kagak pergi dari tuh suami, istrinya bodoh. Mending cerai punya laki pedit medit tinggal sendiri ngontrak sama anaknya. Ketahuan udah bisa menghasilkan duit sendiri walau ga banyak tapi mental aman.
Soraya
lah jadi arman beli baju buat bianka 🤔
Soraya
lalu buat siapa baju gamis yg Arman beli
Saad Kusumo Saksono SH
bagus, bisa menjadi pendidikan buat pasutri
Soraya
mampir thor, jadilah istri yg cerdik dan pintar jgn bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!