Maula, harus mengorbankan masa depannya demi keluarga.
Hingga suatu saat, dia bekerja di rumah seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara. Seorang polisi militer angkatan laut (POMAL)
Ada banyak hal yang tidak Maula ketahui selama ini, bahkan dia tak tahu bahwa pria yang menyewa jasanya, yang sudah menikahinya secara siri ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
Dia lantas mengangkat kepalanya dan langsung menemukan sorot kelam dari sepasang iris milik pria yang terlihat lebih tampan dari sebelumnya.
Bagaimana bisa Maula menjadi wanita bayaran untuk pria beristri? Andaikan dia berada di posisi istri Mr F, hatinya pasti hancur ketika tahu sang suami mencari kepuasan di luar sana.
Dan apa ini? Dia begitu tega menyakiti hati sesama wanita?
Sejenak Maula benar-benar merasa sangat bersalah. Ingin pergi dari tempatnya berada, akan tetapi ia lagi-lagi membiarkan egonya memenangkan pertarungan ini.
"Jika sudah memiliki istri, kenapa harus mencari emotional affair dengan saya, bukankah itu sama saja bapak menyakiti istri bapak?"
"Aku membayarmu bukan untuk menceramahiku, kamu saya bayar untuk memuaskanku, bukan untuk mendengar cerita tentang istriku" Seperti ada raut kesal di wajah Mr F.
"Apa bapak sudah punya anak?"
"Kenapa begitu ingin tahu tentangku?" Dia berkacak pinggang. "Jangan banyak bertanya, lebih baik ganti bajumu dengan gaun layaknya wanita malam"
Sungguh Maula ingin sekali menamparnya, tapi apalah daya, dia tidak mampu melakukannya.
Dari pada berdebat, Maula memilih beranjak dari tempat duduknya, membawa tasnya menuju kamar mandi.
Si pria itu sendiri menatap punggung Maula hingga tubuhnya tertelan daun pintu, sebelum akhirnya merebahkan diri di atas ranjang.
"Apa memang sepolos itu?" Desis Mr F mengangkat salah satu sudut bibirnya. Tangannya lalu terlipat untuk menopang kepala bagian bawah.
Sekian menit berlalu...
Merasa bosan dengan pemikirannya, pria itu meraih ponsel yang ada di atas nakas. Selagi menunggu Maula, dia memainkan ponsel untuk berselancar di dunia maya mencari beberapa informasi terkait pekerjaannya.
Sampai kemudian Maula keluar, pria yang tadi fokus menatap layar sepanjang satu jengkal, kini kepalanya terangkat.
Dia termenung, terpaku mendapati Maula dengan pakaian mini.
Spontan salivanya tertelan melihat penampakkan di depan pintu toilet.
Putih tanpa noda, mulus seperti kulit bayi, anggun dengan rambut di ikat tinggi, serta gaun mini berwarna coksu.
Cantik... Itulah kesan pertama yang ia tangkap.
Mungkin usianya jauh di bawahnya, tapi raut dewasa tergambar jelas di wajah Maula.
"Maaf, apa yang harus saya lakukan?" Tanya Maula selagi kakinya melangkah ragu. Suaranya seperti tercekat di tenggorokkan karena saking takutnya.
Mendengar suara Maula, seketika fokus si pria buyar, sedetik kemudian menarik napas panjang lalu bangun dari rebahnya.
"Berapa usiamu?" Tanyanya berjalan mengikis jarak.
"Dua puluh enam tahun"
Pria itu mengangkat satu alis, merasa heran atas jawaban Maula.
"Dua puluh enam tahun baru mau wisuda?"
Maula mengangguk.
"Ambil berapa tahun?"
"Empat tahun" Jawab Maula sambil menormalkan debaran jantungnya yang semakin menjadi, sebab saat ini jarak mereka tak kurang dari satu meter.
"Cuma ambil empat tahun baru mau wisuda?"
"Saya kuliah saat usia saya dua puluh dua tahun"
Mr F mengangguk-anggukkan kepala seraya menaikkan kedua alisnya.
Dia membatin, membenarkan spekulasinya bahwa ternyata usianya memang beda jauh darinya.
"Di usiamu itu kamu belum menikah?"
Kali ini Maula menggeleng memberi respon.
Wanita itu terlalu sibuk mengurus biaya hidup untuk keluarganya. Bekerja kesana kemari sambil mewujudkan cita-cita. Berharap pendidikannya akan bermanfaat di kemudian hari, dan bisa bekerja dengan gaji yang tinggi.
Jangankan untuk menikah, berpacaran saja sang ibu tidak pernah mengijinkannya. Lagi pula Maula adalah wanita yang tak ingin membuang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Hanya kerja, pendidikan, dan keluarga yang ada dalam otaknya.
"Kenapa? Bukankah jika menikah hidupmu akan terjamin, kamu memiliki seseorang yang akan bertanggung jawab atas dirimu?"
"Saya belum berminat"
"Kamu cantik, mustahil tidak ada pria yang menyukaimu?"
"Saya sibuk bekerja, tidak ada waktu untuk bersenang-senang"
Maula berharap obrolan ini akan berlanjut sampai pagi, namun harapannya sia-sia karena pria di depannya kini semakin dekat.
Otomatis membuatnya merasa gugup dan canggung karena pria di hadapannya sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari Maula.
Maula menahan napas, perlahan menunduk saat Mr F mendekatkan bibirnya, dan dengan cepat tangan si pria menahan dagunya.
Sungguh, jantung Maula seperti berhenti berdetak saat merasakan sapuan hangat dari nafas pria itu.
'Astaghfirullahal'adzim' Maula membatin dengan dada bergemuruh hebat ketika bibir mereka saling bertemu. Tulangnya melemas sampai rasanya tak mampu berdiri.
Untuk saat ini tak ada yang bisa Maula lakukan kecuali pasrah menerima jalan takdirnya.
Hingga semakin lama, sapuan bibirnya terasa semakin panas, meski di lakukan dengan lembut, tapi tetap penuh nafsu.
Satu tangan si pria melingkar di pinggang Maula, sementara tangan lainnya masih menahan dagunya.
Terus melumatnya hingga lewat bermenit-menit.
Sampai nafas keduanya tercekat, Mr F melepas ciumannya, namun hanya sesaat.
Di detik berikutnya dia kembali menempelkan bibirnya di bibir Maula.
Hal yang belum pernah Maula lakukan sebelumnya, benar-benar membuatnya seperti orang bodoh. Hanya membalas ciumannya pun tak bisa.
Di tengah-tengah pertemuan bibirnya, pikiran Maula berkelana, dan hatinya bicara.
Okay, Maula... Jika hari ini kamu jatuh bersimpuh, hancur dan luluh, maka akan ada waktu untuk sembuh. Ini hanya sementara, sampai masalahmu selesai, hutangmu lunas, dan kamu berhasil menggenggam nilai cumlaude untuk mencari pekerjaan yang lebih terhormat.
Satu menit, hingga lima menit...
Tak terasa, tahu-tahu mereka sudah berada di atas ranjang, menikmati gelenyar aneh yang begitu memabukkan.
Si pria yang sudah tiga bulan ini tak merasakan hangat sentuhan wanita, sedangkan Maula yang memang belum pernah merasakannya sebelumnya. Benar-benar membuat mereka hanyut ke dalam lubang dosa.
Tapi tak menampik, di balik rasa perih yang menjalar di sekujur tubuh Maula, ada rasa yang tak bisa ia ungkapkan.
Meski pengalaman pertama bagi Maula, tapi dia bisa melakukannya dengan sangat sempurna, menuruti setiap intruksi dari si pria.
Hingga lenguhan panjang menandakan bahwa aktivitas mereka baru saja selesai.
Pria itu ambruk di atas tubuh Maula dengan nafas terengah. Keringatnya menetes dan jatuh tepat di bibir Maula.
Maula sendiri berusaha menormalkan perasaannya, menahan laju air yang keluar dari sudut matanya..
Tentu saja ada penyesalan terdalam tersisip di hati wanita itu.
***
Pagi harinya, tepat pukul tujuh Maula terbangun, matanya mengedar mencari sosok pria yang sudah merenggut keperawannya tadi malam.
Sepasang manik bulatnya lantas melirik ke arah kamar mandi.
Pintunya agak sedikit terbuka, sementara lampunya padam, sudah bisa di pastikan tidak ada aktivitas apapun di dalam sana.
"Kemana dia?" Maula menarik napas panjang, bibirnya tersungging merutuki kebodohannya.
"Semua pria hidung belang memang tidak tahu diri, sudah puas maka mereka akan pergi begitu saja, tanpa peduli perasaan orang lain yang hancur berkeping-keping"
"Hhh... Memangnya siapa aku" Tambah Maula bergumam lirih. "Aku hanya wanita pemuas nafsunya. Dia sudah membayarku, jadi ya suka-suka dia"
Tepat ketika lirikannya beralih ke atas meja nakas, di sana ada sebuah stcky notes, di atasnya ada ponsel Maula untuk menghalau supaya kertas itu tak kabur.
Reflek kening Maula mengerut tajam.
Karena rasa ingin tahu, Maula pun buru-buru meraihnya.
Membacanya dalam hati di iringi jantung berdebar.
Maaf, tanpa izin aku membuka ponselmu. Aku hanya ingin tahu nomor rekeningmu.
Aku hargai jasamu lima juta dalam semalam, dan sudah ku transfer lima puluh juta.
Kamu berhutang sembilan malam padaku.
Identitasmu juga sudah ku pegang berikut nomor telfon beserta alamat rumahmu.
Oh iya, jangan temui pria manapun selagi kamu masih punya hutang padaku. Berani melanggar, akan aku beri perhitungan yang tidak pernah bisa kamu lupakan.
Backinganku ada di mana-mana, jangan coba-coba kabur dariku.
CAMKAN ITU.
Mata Maula membulat sempurna, lengkap dengan mulut menganga.
Entah apa yang memicunya, mendadak ada rasa khawatir di hatinya. Dia seperti terjerat siasat pria misterius yang tak dia ketahui identitasnya.
sama aku pun juga
next Thor.... semakin penasaran ini