Adinda Aisyah Zakirah adalah gadis berusia 19 tahun.
"Kakak Adinda menikahlah dengan papaku,"
tak ada angin tak ada hujan permintaan dari anak SMA yang kerapkali membeli barang jualannya membuatnya kebingungan sekaligus ingin tertawa karena menganggap itu adalah sebuah lelucon.
Tetapi, Kejadian yang tak terduga mengharuskannya mempertimbangkan permintaan Nadhira untuk menikah dengan papanya yang berusia 40 tahun.
Adinda dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Apakah Adinda menerima dengan mudah lamarannya ataukah Adinda akan menolak mentah-mentah keinginannya Nadhira untuk menikah dengan papanya yang seorang duda itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29
Baruna hanya melirik sekilas ke arah istri kecilnya itu keduanya tanpa bertegur sapa. Meskipun sekedar berbasa-basi bahkan mereka seperti orang asing.
“Kenapa pakaiannya kotor seperti itu!? Aku gak akan biarkan seseorang menindas istriku lagi! Aku akan buat perhitungan kepada orang yang telah membuatnya seperti ini,” Baruna membatin.
Aura kemarahannya terlihat jelas diraut wajahnya ketika melihat dari jarak dekat kondisi istri kecilnya.
"Mereka sungguh berani mempermalukan istriku seperti itu!" kesalnya dalam hati.
Adinda berjalan ke arah dalam kantor dekan fakultas keguruan sambil terus tertunduk beriringan dengan kedua temannya.
“Ya Allah semoga Om Baruna tidak marah dan kecewa padaku karena sudah buat huru hara,” batinnya Adinda sambil memainkan ujung hijabnya.
Semua orang sudah duduk di dalam sebuah ruangan khusus yang sedikit besar dari ruangan Pak Dekan keguruan.
Pak Abdi, Zihan dan Aldo menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Adinda pun diminta menjelaskan kronologis kejadiannya.
Aldo pun memutar rekaman percakapannya dengan Viona perempuan yang menyarankan agar rudapaksa Adinda. Tapi, karena Adinda bukanlah gadis lemah yang mudah ditindas sehingga malah berbalik menghajar Aldo hingga babak belur.
Arfi menunjuk ke arah Viona yang sama sekali tidak terlihat rasa bersalah ataupun penyesalannya, “Dasar loh wanita tak bermoral!” celetuk Arfi.
Elyna mengangkat jari tengahnya ke arah Viona, “Pasti ini terjadi karena ia cemburu kepada Adinda yang menganggap Zihan dan Adinda pacaran,” tebak Elyna.
Rio geleng-geleng kepala,” cinta kadang buat orang bertindak di luar nurul!”
“Bego dipelihara! Siapa juga yang menyukai perempuan plastik kayak Viona kalau gue mah ogah amit-amit tujuh turunan dah,” sarkas Fatur.
Zihan curi-curi kesempatan dan terus memepet ke tubuhnya Adinda padahal Adinda selalu menjaga jarak.
Zihan membelai puncak hijabnya Adinda,” kamu sabar yah, tidak perlu takut ada di sini kakak yang akan selalu menjagamu.”
Adinda menurunkan tangannya Zihan dari pundaknya," turunkan tangan kakak!"
Baruna yang menyadari hal itu dibuat uring-uringan dan cemburu apalagi menyadari kalau Zihan adalah pria yang menyukai istrinya.
“Sial! Ini anak muda butuh ditegaskan kayaknya kalau aku adalah suaminya!” Batinnya Baruna.
Viona dan kedua temannya Dania dan Naira sudah hadir di tengah-tengah mereka. Baru saja muncul sudah banyak hinaan, cacian dan kata-kata tidak sedap didengar diucapkan oleh mahasiswa yang tidak menyukai Viona dan gengnya sedari dulu.
“Dasar wanita lucknut! Terkutuk loh!” Cibir Rio.
“Huh!! Ini namanya cinta ditolak otak licik yang bertindak!”
“Sok cantik padahal hasil operasi plastik! Dasar cewek ember plastik loh!!”
“Gue ga bersalah! Bukan gue yang rencanakan semuanya! Aldo sendirilah yang berusaha untuk memperkaosnya bukan gue yang suruh! Jelas-jelas itu adalah fitnah!” Tempiknya Viona.
Dania dan Naira cari aman jadi tidak mau membela Viona dalam bentuk apapun. Keduanya saling sikut dan memberikan kode untuk tutup mulut.
“Kita diam saja menunggu dia dihukum! Bagus-bagus kalau dia tidak di do dari sini,” bisiknya Naira.
“Ingat kalau ditanya kamu bilang saja kami tidak tahu menahu dengan apa yang dilakukan Viona,” bisiknya pula Dania.
“Mohon tenanglah jangan gaduh dan ribut seperti anak sekolah dasar saja yang susah diatur!” Bentak Pak Abdi.
Pak Rektor, Dekan Fakultas Ekonomi dan keguruan tidak habis pikir kejadian seperti itu terjadi di lingkungan kampus.
“Aldo! Papa sangat kecewa padamu! Kamu sudah mencoreng nama baik Papa di depan mahasiswanya papa!” murka pak Harto yang tanpa segan-segan menampar wajahnya Aldo.
Plak!!
Aldo mengusap pipinya bekas tanda lima jari Pak Harto, “Auh sakit Pah,” keluhnya Aldo.
Semua orang menatap tak percaya kalau pak Harto yang dikenal bijaksana dan baik itu ternyata bisa marah juga.
“Ampun pah! Aku mengaku salah! Aku berjanji tidak bakalan mengulanginya lagi dan tidak mau melakukan kesalahan lagi,” ratapnya Aldo yang sudah tidak punya tenaga untuk melawan hanya bisa pasrah dengan kenyataan.
“Pak Harto tenangkan dirimu, jangan gegabah kasihan Aldo sudah terluka kamu tambah lagi lukanya!” peringat Pak Gunawan.
Pak Harto menatap tajam ke arah Viona, “Namamu Viona kan!? Kamu itu mahasiswi jurusan ekonomi sudah semester 7 kenapa kamu begitu teledor! Apa kamu ingin kami keluarkan dari kampus ha!?” Kesalnya Pak Harto.
“Dia itu otak udang pak! Ga ada akhlak jadi berbuat licik!” Cibir seorang mahasiswa.
“Nak Adinda silahkan jelaskan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi, kamu tidak perlu takut,” ujarnya pak Rektor yang mengetahui kalau Adinda adalah istri dari Baruna.
Kedua orang tua Baruna adalah donatur tetap di universitas X tersebut. Sehingga beliau sangat menyayangkan insiden yang cukup memalukan dan mencoreng nama baik kampus mereka terjadi begitu saja.
“Nak Adinda sekarang giliran kamu yang harus menjelaskan secara detail apa yang terjadi karena kita sudah mendengar langsung dari Aldo dan Viona,” ujarnya pak Gunawan lagi sang rektor.
“Aldo menjebakku di dalam toilet yang sudah terbengkalai, dia diperintahkan oleh Viona untuk melukaiku Pak. Tapi Alhamdulillah Allah SWT masih sayang padaku sehingga aku sanggup membalas perlakuannya,” jelasnya Adinda yang sama sekali tidak takut ataupun ragu untuk berbicara kebenaran.
"Badas juga Lo Adinda," pujinya Julian.
Baruna yang mendengar perkataan dari istrinya yang mengatakan dirinya ingin dilecehkan, sontak saja dia marah.
“Apa!? Jadi mereka ingin menghancurkan masa depan istriku! Maaf Pak Gunawan ini tindakan kriminal, saya tidak terima istriku diperlakukan secara tidak adil!” geram Baruna.
Viona dan yang lainnya terkejut kecuali Cahaya dan Elyna yang tidak terkejut mendengar perkataan dari Baruna.
“Itu tidak mungkin! Pasti gue hanya salah denger kan!?” Celetuknya Dania.
“Mana mungkin pak polisi ganteng beristrikan perempuan kampungan itu!?” hinanya Naira.
“Apa! Ini sungguh mustahil! Bagaimana bisa wanita mura*han itu adalah istri dari Abang Baruna!?” Olivia sampai berteriak tidak menerima perkataan dari Baruna.
Zihan paling terpukul karena harapan dan impiannya untuk mendapatkan Adinda pupus sudah seiring pengakuan dari Baruna barusan.
“Gue pasti hanya salah dengar kan!? Adinda belum menikah! Gue yakin ini hanya akal-akalan polisi itu saja,” Zihan masih danial dengan fakta yang didengarnya.
“Sayangnya ini adalah kenyataannya yang harus kamu terima dengan lapang dada bro, kamu harus sabar dan kuat,” ujarnya Fatur menepuk pundak Zihan untuk memberikan kekuatan moril.
"Yang kuat bro, kamu harus tabah! Kuatkan hatimu," bujuk Julian.
“Pak Baruna apa sebaiknya kita selesaikan masalah ini dengan secara kekeluargaan saja, kasihan nasibnya putraku kalau sampai dia dijebloskan ke dalam penjara,” Pak Harto menghibah kepada Baruna.
Adinda bukannya fokus terhadap hukuman apa yang pantas dan cocok untuk Viona dan Aldo tapi, dia memikirkan apa yang akan dia dapatkan kalau dia sudah pulang.
“Ya Allah lindungilah diriku ini dari kemarahan suamiku,” batinnya.
Dia takut jika suaminya akan melampiaskan kekesalannya dan juga kemarahannya kepada dirinya.
“Kalau masalah sebesar ini kita biarkan begitu saja bisa-bisa suatu hari nanti akan ada lagi yang melakukan kesalahan dengan sengaja karena menganggap mereka tidak akan mendapatkan hukuman yang setimpal!” Tegasnya Baruna.
Pak Gunawan serba salah dan berada dalam posisi yang terjepit. Ia kebingungan harus berdiri diposisi dan pihak mana. Karena disatu sisi keponakannya dan disisi lain adalah penyumbang dana terbesar di kampusnya.
Gampang saja pak Gunawan berdiri di tengah-tengah jangan memihak atau condong ke satu kubu saja baru adil namanya.
“Mereka harus mendapatkan hukuman yang sesuai dengan kesalahannya, agar ada efek jera sehingga tidak akan ada yang berani bertindak sesuka hati!” ujarnya Baruna yang sudah berdiri di sampingnya Adinda sambil memegangi tangan istrinya.
Zihan yang melihat kedekatan suami istri itu langsung pergi dari tempat tersebut dengan hati yang terluka dan hancur berkeping-keping.
“Saya tidak ingin ada lagi Adinda selanjutnya yang menjadi korban! Untungnya istriku pintar membela diri jika tidak saya tidak bisa bayangkan bagaimana nasibnya istriku,” Baruna menjeda ucapannya melihat ke arah kedua temannya Viona.
Naira dan Dania jadi salah tingkah dan ketakutan.
“Apa Pak Baruna mencurigai kita yah,” lirih Dania.
“Jangan-jangan pak Baruna menyangka kita sekongkol lagi dengan Viona wanita picik itu,” gumamnya Naira.
"Jangan sampai deh, bisa gawat kalau kita disangka sekongkol dengan Viona," gumamnya Alona.
Baruna mengeratkan pelukannya di pinggang ramping istrinya, “Jadi saya meminta kepada pak Gunawan untuk lebih tegas dan adil memutuskan hukuman bagi siapapun yang terlibat dalam kejadian memalukan ini!”
Perempuan berkacamata yang membantu Viona dan Aldo sudah panas dingin ketakutan sampai-sampai tangannya tremor hingga buku yang dipegangnya terjatuh ke atas lantai.
Brakk!!
Perhatian semua orang tertuju pada sumber suara. Cahaya dan Elyna menatap intens ke arah perempuan itu.
“Pak Baruna! dia juga ikutan bersekongkol mencelakai istri bapak!” Elyna menunjuk ke arah perempuan yang bernama Sarah itu.
“Berhenti jangan main kabur saja! Sini loh pertanggung jawabkan perbuatanmu itu!” Elyna dan Cahaya sudah menangkap perempuan itu.
Baruna mengecup punggung tangan istrinya,” kamu tidak perlu takut lagi. Mereka tidak bakalan berani macam-macam dan mengganggumu suamimu ini akan mengatasi segalanya.”
Berselang beberapa menit kemudian…
Pak Gunawan memutuskan ketiga mahasiswanya harus di drop out hari itu juga. Aldo sampai jatuh pingsan karena sisa-sisa pukulan dari Adinda ditambah dengan keputusan final kalau ketiganya dikeluarkan dari kampus membuat mentalnya langsung down.
“Pak!! Saya mohon maafkan saya Pak! Saya berjanji tidak bakalan melakukannya lagi! Saya diancam oleh mereka kalau Saya tidak melakukannya,” air matanya Sarah tumpah ruah saking sedihnya dikeluarkan dari kampus kebanggaannya.
“Makanya jadi orang jangan mudah ditipu! Ini sudah jadi pilihan kau yang terlalu bodoh mau saja dimanfaatkan!” cibir Elyna.
“Cinta sih cinta dengan Aldo tapi jangan juga mau dimanfaatkan oleh Aldo sehingga Lo mau saja berbuat jahat! Ini sudah takdir loh dasar pecundang!” Kesalnya Fatur.
"Penyesalan selalu datang duluan ehh belakangan maksudnya! Kalau di depan namanya pendaftaran namanya," ejek Rio.