NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Mihrab Pesantren

Takdir Cinta Mihrab Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Malam

Ahmad Al Fatih Pranadipa adalah siswa SMA yang dikenal sebagai pembuat onar. Kenakalannya tak hanya meresahkan sekolah, tetapi juga keluarganya. Hingga akhirnya, kesabaran orang tuanya habis—Fatih dikirim ke pesantren untuk dididik langsung oleh seorang kyai dengan harapan ia berubah.

Namun, Fatih tetap menjadi dirinya yang dulu—bandel, pemberontak, dan tak peduli aturan. Di balik tembok pesantren, ia kembali membuat keonaran, menolak setiap aturan yang mengikatnya. Tapi hidup selalu punya cara untuk mengubah seseorang. Perlahan, tanpa ia sadari, langkahnya mulai berbeda. Ada ketenangan yang menyusup dalam hatinya, ada cahaya yang mulai membimbing jalannya.

Dan di saat ia mulai menemukan jati dirinya yang baru, hadir seorang wanita yang membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah ia duga—getaran yang mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Setelah sepekan Fatih menjalani hukumannya, kini dia terbebas. Sepekan menjalani bakti sosial, sepekan juga Pranadipa mengurus surat-surat pindah Fatih ke pondok pesantren yang bernama Al Faruq.

"Fatih... Bangun, Nak."

"Fatih ayo bangun!" kata ibu Fatih seraya menggoyang-goyangkan tubuh putranya dengan keras. Fatih bangun dengan lemas dan duduk di atas kasurnya dengan mata menyipit. Sinar matahari menerobos dari jendela kaca, telat mengenai wajah tampannya yang dingin. Sangat menyilaukan.

Seraya mengucek matanya, dilihatnya ibu Aminah yaitu sang ibu berdiri di hadapannya.

"Bangun Nak! Papa menunggu di bawah. Kita akan mengantar kami ke pondok." ucap Ibu Fatih mengingatkan putranya. Ternyata hari ini adalah hari diman Fatih pertama kali akan menginjakkan kakinya di pondok pesantren. Tempat yang sangat tidak di sukainya.

Fatih menyibakkan selimutnya dan mengangguk mengerti.

"Mama turun dulu, Fatih mau mandi." kata Fatih dengan wajah datarnya.

"Jangan lama-lama yah sayang. Ingat, papa nungguin kamu di bawah." ucap ibu Fatih kembali mengingatkan. Jangan sampai Fatih berlama-lama dan membuat ayahnya yang terus menunggunya menjadi marah karena tak sabar.

"Koper aku mana mah?"

"Ada di bawah, sayang. Tapi papa kamu yang turunin."

"Papa kayanya takut banget, gimana kalau aku kabur nanti?"

"Eemmm... Jangan pernah berpikir seperti itu. Ingat pesan mama. Selama kamu bersungguh-sungguh, belajar di pondok. In sya Allah, kamu akan menjadi pria hebat. Jangan main kabur aja. Jangan juga buat masalah yah. Mama akan sakit kalau kamu bikin masalah lagi. Tolong mama untuk menjadi anak penurut." ucap Ibu Aminah dengan tatapan memelas pada putranya. Bukan sekali dua kali ibu Aminah jatuh sakit karena putranya. Ibu Aminah setiap saat terus memikirkan Fatih. Perlu adanya perhatian khusus serta pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja seperti Fatih yang merupakan faktor penting bagi keberhasilan di kehidupan selanjutnya, mengingat masa transisi remaja merupakan masa yang paling menentukan.

"Iya.. iya! Kalau begitu Fatih mau siap-siap dulu." kata Fatih kemudian ibu Aminah meninggalkan putranya.

Selang beberapa waktu Fatih turun menuruni anak tangga, celana jens hitam, jaket kulit hitam dengan dalaman kaos putih melekat di tubuhnya dengan aksesoris anting yang bergantung di telinga kiri dan kanannya, serta kalung panjang yang menjulur hingga ke dadanya.

"Tidak bisakah kamu melepas itu?" tanya Pranadipa melihat anting dan kalung Fatih. Beberapa kali, pria itu menasihati putranya untuk berhenti memakai aksesoris yang hanya di pakai oleh wanita. Tapi putranya sama sekali tidak mengindahkan ucapan ayahnya.

"Ini akan menjadi hari terakhir Fatih memakai ini. Jangan larang Fatih, Pa." ucap Fatih. Remaja itu sadar, sebentar lagi dia akan memasuki pondok dengan segala peraturan yang harus diikuti termasuk melepas aksesoris kebanggaan Fatih. Memakai aksesoris itu membuat Fatih semakin percaya diri, itulah mengapa dia tidak pernah melepas benda itu kecuali dengan paksaan sang ayah.

Mereka pun menuju ke pondok pesantren, menyusuri jalan kota besar dan mulai melaju memasuki jalan tol. Perjalanan yang cukup lama membuat Fatih yang duduk di samping driver mengantuk.

Setelah perjalanan dua jam. Mobil yang mereka kendarai terjebak macet parah, sepertinya ada sebuah kecelakaan melihat mobil polisi dan ambulance lalu lalang.

"Putramu terlalu lama bersiap dan akhirnya kita terjebak macet." tukas Pranadipa karena kesal. Mengingat banyaknya waktu yang terbuang dan banyaknya pekerjaan yang harus dia selesaikan di perusahaan miliknya.

"Ini adalah hari penting bagi Fatih dan kita sebagai orang tua. Jangan marah karena memikirkan pekerjaanmu, Pah. Pekerjaan itu tidak akan ada habisnya jika papa mengerjakan hari ini." ujar wanita bergamis dengan jilbab senada dengan warna renda gamisnya, Lilac. Pranadipa hanya terdiam mendengar balasan istrinya. Memang benar, pekerjaan itu tidak akan habisnya. Selalu bertambah dan tak berkurang. Selang beberapa saat kemudian, mobil yang di naiki Paranadipa dan keluarga akhirnya terbebas dari kemacetan. Driver sekaligus asisten pribadi Pranadipa yang umurnya sekitar 40 tahunan kembali membelah jalan raya. Jarak antara kediaman Pranadipa dan pondok pesantren yang akan di tinggali Fatih mempunyai jarak yang jauh, mengharuskan perjalanan yang di tempuh selama 5 jam. Pondok pesantren terletak di perkampungan yang terpencil. Walau terpencil, pondok pesantren yang didirikan oleh keluarga Al Faruq yaitu keluarga terkenal dan konglomerat di Jakarta tersebut sangat terkenal. Sudah banyak tamatan pondok yang melahirkan generasi penghapal Al Qur'an, beberapa dari mereka bahkan kembali meneruskan pendidikan di sekolah-sekolah besar luar negeri seperti di Al Azhar, universitas Islam Madinah dan lain-lain. Tidak sulit bagi mereka untuk mendaftarkan diri mereka karena lulusan dari pesantren Al Faruq. Itu juga alasannya, Pranadipa memilih pondok pesantren tersebut sebagai jalan terakhir untuk masa depan putranya.

Mobil yang di kendarai oleh asisten Pranadipa mulai memasuki kawasan perkampungan. Cuaca yang sejuk karena di kelilingi oleh pepohonan rindang. Setelah melewati pepohonan, mobil mereka kini memasuki jalan kecil dan hanya bisa di lewati satu mobil saja. Terlihat beberapa rumah-rumah kecil tersusun rapi, tak lama lagi mereka akan sampai di pondok pesantren setelah melewati pohon-pohon bambu yang menjulang tinggi.

Pertama kali Fatih memasuki kawasan ini, matanya membulat memperhatikan dengan seksama, pikirannya fokus menghapal jalanan yang akan dia lalui sewaktu-waktu berniat untuk kabur.

Mobil berhenti tepat di depan kantor pesantren. Pranadipa, istri dan putranya turun dari mobil kemudian masuk ke dalam kantor tersebut. Kyai Husain menyambut kedatangan mereka dengan ramah.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Kyai." salam Pranadipa kemudian memeluk Kyai Husain.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh... Maa syaa Allah. Silahkan masuk Pak. Bu!" ajak kyai Husain mengarahkan tangannya ke arah pintu masuk. Tiba-tiba matanya menangkap sosok remaja dengan anting yang bergelantungan di telinga. Kyai Husain tersenyum, "ini yah yang namanya Fatih."

"Benar, Kyai." jawab ibu Fatih.

Mereka pun secara bersama memasuki ruangan yang tidak terlalu besar, tampak sebuah sofa berwarna hijau tua.

"Ayo duduk dulu!"

"Kyai sudah melihat putra saya kan? Saya mohon kyai mendidik Fatih, mengajarkan tentang agama. Agar kelak ketika kami kembali menghadap pada sang pencipta, kami bisa menjawab dengan tanggung jawab." pinta Pranadipa dengan wajah memohon. Anak adalah amanah dan perhiasan bagi orang tua, sekaligus kebanggaan di kemudian hari. Namun di samping itu, anak juga bisa menjadi fitnah atau ujian, bahkan menjadi musuh bagi para orang tuanya.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. At-Taghabun [64]: 15).

"In syaa Allah. Fatih akan berubah. Putra Anda terlihat sosok anak yang hangat. Atas izin Allah, kami akan berusaha untuk membuatnya berubah menjadi semakin dekat pada Allah." tutur Kyai Husain tersenyum.

"Kyai tak usah segan untuk menghukum putraku jika dia benar-benar salah. Saya sebagai orang tua mengikhlaskan hal itu untuk kebaikan dia."

Kyai tertawa ramah, "In sya Allah, pihak kami tidak akan memberi hukuman. Sampai detik ini semua siswa yang belajar di pondok kami dengan berbagai karakter, semua sudah kami hadapi. Bapak Pranadipa dan nyonya tidak perlu khawati masalah Fatih. Fatih sudah berada disini, itu sudah menjadi tanggung jawab kami."

"Kami sangat percaya pada pondok ini, kyai. Makanya kami memilih pondok ini untuk melanjutkan pendidikan putra saya." Ibu Aminah berucap seraya menggenggam tangan putra kesayangannya. Ada rasa sedih melihat perpisahan yang akan berlangsung sebentar lagi. Tapi seorang ibu harus tegar demi kebaikan putranya. Tidak masalah jika ibu Aminah tak bisa lagi melihat putranya setiap hari, yang terpenting ibu Aminah tahu dimana putranya berada. Tidak seperti sekolah sebelumnya, Fatih selalu keluyuran tak jelas bersama teman-temannya. Ibu Aminah takut, Fatih akan semakin larut dalam dunia gelap hingga dia tak bisa lagi mengeluarkan putranya dari dunia itu.

"Baik, sebelum masuk, Fatih harus mengetahui tentang tata peraturan yang berlaku dalam pondok ini. Sama sekali tidak boleh ada pelanggaran." kata Kyai Husain seraya menyodorkan sebuah kertas yang harus di baca oleh Fatih.

Fatih mengambil kertas itu dengan malas, matanya mulai fokus membaca satu persatu aturan yang tertera.

"Hanya boleh memakai ponsel selama 10 menit pada hari jum'at?" Fatih tersentak membaca peraturan nomor lima. Dia tidak bisa hidup tanpa ponsel. Bagaimana caranya dia menghubungi teman-temannya untuk membawanya kabur.

"Benar, Nak. Hanya 10 menit dalam sepekan. Tidak kurang ataupun lebih." jelas Kyia pelan.

"Tapi mama kan tahu, Fatih enggak bisa hidup tanpa ponsel." Fatih mencari pembelaan sang ibu. Ibu yang selalu memberikan apapun keinginan Fatih.

"Ikuti peraturan itu, sayang. Dan ingat, kamu harus menghubungi mama. Karena pasti Mama akan kangen sama suara kamu."

"Kalau kangen enggak usah usir Fatih dari rumah, Mah." elak Fatih dengan suara mulai kesal. Membaca segala peraturan yang ada membuat kepalanya sakit, belum masuk ke pondok tapi dirinya sudah merasa di penjara.

"Tidak ada yang mengusir kamu dari rumah, kami hanya ingin melihat kamu menjadi orang benar." jawab Pranadipa penuh penekanan.

Beberapa jam kemudian setelah berbincang dengan Kyai Husain. Pranadipa dan Ibu Aminah pamit pulang. Rasa sakit mulai menggerogoti perasaan ibu Aminah melihat mata putranya yang sedih. Setetes air mata mulai keluar dari mata sang ibu. Kemudian berjalan lalu memeluk Fatih dengan erat.

"Jangan bandel. Mama dan papa sangat sayang sama kamu, makanya putra Mama berada disini. Jangan pernah menganggap kami membuangmu. Karena sangat berat hati mama meninggalkanmu sendiri. Jaga diri baik-baik yah, Nak. Mama pasti akan menjenguk kamu walau papa sibuk." bisik Ibu Aminah semakin mengencangkan pelukannya.

"Mama sisipkan yang jajan lebih di koper kamu. Beli yang kmu mau, jangan lupa makan. Jangan ngerokok juga. Ingat pesan mama!" tutu ibu Aminah kembali seraya menyeka air matanya.

Kini gantian Pranadipa yang memeluk putranya.

"Jadi laki-laki hebat. Tunjukkan pada papa agar papa bangga memiliki anak seperti kamu! Jangan cengeng, harus kuat!" ucap ayah Fatih. Walau selalu emosi setiap menghadapi Fatih, tapi di lubuk hati seorang ayah. Masih ada rasa kasih sayang yang tak bisa di ungkapkan melalui lisan tapi dengan tindakan.

1
Ayu
hahaaa astaghfirullah Fatiih , berani bener ngasih bukti
Ayu
ayoh siapa itu , Nesya sama andien kah ..
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
ErNawati
lanjutttt
Putra Tambe
lanjut thor makin semangat aku baca nya🤩
Putra Tambe
cerita nya baguus aku suka
Putra Tambe
masya Allah, aku ikutan nangis saking bapernya😭😭😭
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
Putra Tambe
terharu bangat semoga aja bisa berubah itu anak.......
Putra Tambe
Assalamu'alaikum thor aku coba hadir yach...
Ayu
Bagus Thor saya tunggu up berikutnya, semangat selalu
Ayu
hehehe ada ada aja ceritanya , lanjut kakak
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya
Aldebarand 98
Lumayan
Ayu
Masya Allah, nangis aku bacanya disini . kenapa taubatnya Fatih harus dibayar dengan mahal /Sob/
Ayu
sampai di bab 15 saya tidak bosan meneruskan baca novel ini , Semangat berkarya pokoknya /Rose/
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
Evanscape
Cerita yang sangat bagus, jangan sampai dilewatkan. menarik banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!