Perasaan cinta nggak bisa di tafsirkan oleh keadaan. Kemaren gue benci sama lo, Sekarang gue falling in love sama lo. Kemaren lo baik sama gue, Sekarang lo malah nyakitin gue.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BadBaby_grils, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
" Capek ....." lirih Zeva, lalu mendesah panjang. Ia merebahkan kepalanya di atas meja.
Zidan menoleh sekilas. " Baru juga mulai. "
" Kan masih pagi, gue mau keluar jalan-jalan malah di sandera sama lo." ujarnya.
" Nikmati aja prosesnya. Ntar hasilnya pasti bagus." jawab Zidan, masih dalam posisi yang sama.
" Malam aja ya. " rengek Zeva.
" Nggak bisa!!!! Lo kalau malam susah di ajak. " ucap Zidan.
" Nggak bisa masuk masalanya. " balas Zeva dengan nada mulai merengek manja.
" Ya. Usaha makanya biar gampang masuk. " jawab Zidan dengan nada tegasnya.
Wajah Zeva berubah menjadi cemberut. " Itu mah enak di lo. " ucap Zeva dengan sinis.
Kali ini Zidan meletakkan pulpennya dan menoleh ke arah Zeva sambil berpangku tangan. " Kan, kita sama-sama enak. "
" Mana ada!!!1 Gue yang menderita." sahut Zeva sambil menegakkan tubuhnya.
" Lo pikir gue nggak menderita ngajarin lo sampai pintar? " bentak Zidan karena mulai terpancing emosinya.
Zeva tersentak dan bibirnya mulai bergetar. " I-iya ..... Ishhh!!! Jangan bentak- bentak dong!!!" nada bicara Zeva pun berubah setelah dapat bentakan dari Zidan. Lagian bukan salah gue kalau materinya susah masuk di otak gue!" Suaranya bergetar, ia capek mendengar penjelasan Zidan, tapi sama sekali tidak ada yang di pahami.
" Nangis.... Nangis. HUUUUU Nangis .... " Ejek Zidan saat melihat mata Zeva berkaca-kaca.
" UMMHHH ..." Zeva memandangi Zidan yang berada tepat di sampingnya. " jangan di pancing!!! Ntar G-gue nangis beneran. " ujarnya.
" Nangis aja, nangis. Nggak ada yang peduli!!!" Zidan kembali mengambil pulpennya dan pura-pura mengerjakan sesuatu.
Air mata Zeva mulai merembes keluar seraya meratapi Zidan yang mengejeknya.
Zidan menghela nafas dan menaruh pulpennya di atas buku,tangannya terulur, membentang. " Sini!!!"
Zeva langsung masuk kedalam pelukan Zidan yang terasa hangat dan nyaman. Harum tubuh Zidan menyeruak, aroma Woody bercampur mint yang bisa menenangkan pikirannya. " G-gue nggak bisa di paksa belajar. " ucap Zeva dengan suara pelannya.
Zidan mendekap erat tubuh Zeva di dalam pelukannya, menaruh dagu di pucuk kepala gadis itu. Tangannya perlahan mengelus rambut Zeva . Selalu saja seperti itu. Zeva tidak suka di bentak . Kalau sedih atau pun menangis, gadis itu selalu ingin di peluk.
" Shhhh .... Udah. Ini juga demi kebaikan lo, demi masa depan lo. Nggak selamanya kan lo bergantung sama contekan ? Kalau suatu saat nilai lo dimintai pertanggung jawabannya, lo mau jawab apa?"
Zeva menangis tersedu-sedu. Di tambah di nasehati, air mata gadis itu justru semakin tak bisa di bendung.
"Habis ini kita jalan-jalan gimana?" tawar Zidan. Ia memegang kedua sisi pipi Zeva agar bisa melihat wajahnya lebih jelas.
Zeva mengangguk. " B-boleh." ucapnya.
Zidan terkekeh geli melihat kelakuan Zeva. Walaupun mereka sering bertengkar, tapi keduanya masih sama-sama peduli satu sama lain. Ia meneliti wajah Zeva dari samping dengan sebelah tangan menopang dagunya.
" Zev?" panggil Zidan.
" Hem. " Balas Zeva tanpa menoleh.
" Tau nggak apa yang di pendam sesak, tapi dikelurkan malah rusak? " tanya Zidan kepada Zeva.
" Hmmmm .... Apa ya?" Zeva mengetuk-ngetuk pulpennya di dagu sambil berfikir. " Oh!!! Kentut di tengah pasar!!! Kan, kalau di pendam bikin perut sesak, tapi kalau keluar bisa merusak suasana. " jawab Zeva dengan semangat 45.
Zidan menghela nafas berat. " Bukan!!! "
" Bukan? Terus apa dong?" ucap Zeva dengan penuh rasa penasarannya.
Pandangan mereka bertemu. Zidan menatap lekat manik mata Zeva yang berwarna coklat kehitaman itu. " Perasaan gue ..... Ke Lo!!! " Ucap Zidan dengan tegas.
author makin byk an up episodenya bakal makin cakep loh😁