NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Agen Rahasia

Kembalinya Sang Agen Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi
Popularitas:119.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Zyan, seorang agen yang sering mengemban misi rahasia negara. Namun misi terakhirnya gagal, dan menyebabkan kematian anggota timnya. Kegagalan misi membuat status dirinya dan sisa anggota timnya di non-aktifkan. Bukan hanya itu, mereka juga diburu dan dimusnahkan demi menutupi kebenaran.

Sebagai satu-satunya penyintas, Zyan diungsikan ke luar pulau, jauh dari Ibu Kota. Namun peristiwa naas kembali terjadi dan memaksa dirinya kembali terjun ke lapangan. Statusnya sebagai agen rahasia kembali diaktifkan. Bersama anggota baru, dia berusaha menguak misteri yang selama ini belum terpecahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jebakan

Tangis Asma langsung pecah ketika menyebut nama Barly. Gadis itu langsung teringat ancaman yang diberikan pria itu hingga membuat dirinya mau melakukan apa yang diperintahkan pria tersebut.

Hana mengambil tisu dari dalam tasnya lalu memberikannya pada Asma. Wanita itu membiarkan Asma mengeluarkan semua kesedihan di dalam hatinya. Nampak jelas kalau gadis itu begitu tertekan dengan semua yang terjadi. Ternyata yang menjadi sumber selama ini adalah Barly.

"Barly mengancam apa?" tanya Hana hati-hati setelah keadaan Asma sedikit tenang.

"Dia menculik Kakakku. Bang Ihsan ditawan olehnya dan mengancamku agar mau memfitnah Amma. Kalau tidak, dia akan membunuh Bang Ihsan."

"Apa kedua orang tuamu tahu soal ini?"

"Tidak. Mereka hanya tahu kalau Bang Ihsan sedang merantau untuk bekerja. Seminggu sekali Bang Ihsan menelpon Ibu untuk meyakinkannya kalau dia baik-baik. Nyatanya Bang Ihsan berada dalam tawanannya."

"Bagaimana Barly bisa menculik Kakakmu?"

"Awalnya aku juga ngga tahu. Aku hanya tahu kalau Bang Ihsan pergi ke Dumai karena di sana ada lowongan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Tapi ternyata itu hanya jebakan. Ketika Bang Ihsan sampai di alamat kantor yang dituju, ternyata dia dibawa oleh anak buah Pak Barly dan dalam penahanannya sampai sekarang."

"Dari mana kamu tahu soal ini? Apa Ihsan yang mengatakannya padamu?"

Kepala Asma mengangguk mengiyakan perkataan Hana. Gadis itu selama ini berada dalam dilema. Di satu sisi dia tidak mau mengkhianati Amma yang sudah begitu baik padanya. Tapi di sisi lain dia juga tidak ingin kehilangan satu-satunya Kakak yang dimilikinya. Hingga akhirnya dia mau melakukan itu setelah anak buah Barly melakukan video call. Pria itu mengacungkan senjata ke kepala Ihsan dan membuat Asma mengambil keputusan untuk memfitnah pria yang sudah dianggap orang tuanya sendiri.

"Apa Barly mengatakan kapan Ihsan akan dibebaskan?"

"Pak Barly bilang kalau Bang Ihsan akan dibebaskan kalau rencana mereka sudah berhasil."

"Apa kamu tahu apa rencana mereka?"

"Aku tidak tahu. Tapi aku pernah mendengar Pak Barly berbicara dengan seseorang di telepon. Waktu itu aku dan yang lain dikumpulkan di satu ruangan setelah fitnah yang terjadi pada Amma. Aku mendengar dia membicarakan tentang tanah. Mungkin saja yang dimaksud adalah tanah Amma. Setahuku Amma memang memiliki banyak tanah."

"Santri yang lain, apa mereka juga dipaksa?"

"Tidak. Mereka sengaja disusupkan ke pondok. Aku juga tidak tahu siapa mereka. Semuanya berasal dari luar Tanjung Harapan."

"Terima kasih atas kejujuranmu, Asma. Aku akan berusaha membantumu semampuku."

"Apa Kakak bisa menemukan Bang Ihsan? Tolong temukan dia."

"Baiklah, aku akan berusaha mencarinya. Aku tahu kalau ini semua berat untukmu. Kamu harus tetap kuat dan sabar. Jalanilah hidupmu dengan baik."

"Bagaimana aku bisa menjalani hidup dengan baik. Aku sudah memfitnah Amma. Bahkan Amma sampai meninggal dunia. Secara tidak langsung aku sudah membunuhnya."

Tangis Asma kembali pecah. Sejak kematian Amma, separuh nyawa Asma seakan ikut pergi. Gadis itu selalu hidup dalam penyesalan. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya dialami olehnya, termasuk kedua orang tuanya. Mereka hanya mengira Asma depresi akibat perlakuan Amma padanya. Asma juga tidak berani membuka mulut pada orang tuanya. Selain mengkhawatirkan keselamatan Ihsan, dia juga tidak ingin membuat kedua orang tuanya cemas.

"Aku mohon jangan beritahukan ini pada kedua orang tuaku. Aku tidak ingin membuat mereka cemas."

"Baiklah. Aku tidak akan mengatakannya pada mereka. Terima kasih atas kejujuranmu. Aku janji akan menemukan Ihsan. Kamu harus menjaga kesehatanmu, hiduplah lebih baik lagi."

Hana memeluk Asma sebentar sebelum akhirnya wanita itu beranjak meninggalkan kamar Asma. Sepeninggal Hana, Asma kembali mengunci pintu kamar. Dia tidak mau Ibunya datang dan menanyakan hal-hal yang tidak bisa dijawabnya. Dia sudah tidak ingin berbohong lagi.

Setelah berpamitan dengan Halimah, Hana segera menuju motornya. Dia bermaksud kembali ke kantor untuk memikirkan langkah selanjutnya. Namun yang jelas dia akan mengajak Nisa bertemu. Wanita itu harus tahu kebenaran tentang Asma agar tidak akan kebencian pada gadis malang itu.

***

Hana memasukkan ponsel, dompet dan USB berisikan rekaman suara Asma ke dalam tas. Hari ini dia sudah membuat janji untuk bertemu dengan Nisa. Wanita itu harus tahu kebenaran tentang Asma. Hana menyambar kunci sepeda motor yang ada di atas meja kerjanya lalu keluar dari ruangan kerjanya. Wanita itu segera melaju menuju tempat pertemuan dengan Nisa.

Sesampainya di cafe tempat dirinya dan Nisa akan bertemu, Hana sama sekali tidak menemukan keberadaan Nisa. Wanita itu segera menghubungi Nisa. Untuk beberapa saat panggilannya belum terjawab. Setelah empat kali percobaan, akhirnya Nisa menjawab panggilan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam. Nisa kamu di mana? Aku sudah di cafe biasa."

"Bagiamana kalau kita berpindah tempat? Aku akan kirimkan lokasinya padamu."

"Baiklah."

Setelah panggilan berakhir, Nisa mengirimkan lokasi di mana dirinya berada. Hana keluar lagi dari cafe. Dengan menggunakan sepeda motornya dia menuju lokasi yang dibagikan oleh Nisa. Dia sedikit bingung ketika tahu Nisa mengajaknya bertemu di sebuah bangunan kosong yang jauh dari keramaian. Usai memarkirkan motornya, Hana berjalan menuju bangunan yang dimaksud. Di dekat pintu masuk dia melihat Nisa berdiri menunggunya. Ketika sudah sampai di dekat Nisa, tiga orang mendekat. Salah satunya adalah Barly. Dia menodongkan pistol ke kepala Nisa.

"Aku tahu kamu kemarin menemui Asma. Pasti dia mengatakan sesuatu padamu. Berikan rekamannya."

"Aku tidak merekamnya. Asma tidak mengatakan hal penting jadi aku tidak merekamnya."

"Kamu pikir aku percaya? Kamu pasti sudah merekamnya. Kamu berada cukup lama bersama Asma. Tidak mungkin kalau dia tidak mengatakan apa-apa. Berikan padaku, cepat! Atau kamu akan melihat Nisa terbunuh di depan matamu!"

"Dia itu istrimu, apa kamu akan membunuhnya?"

"Aku bisa melakukan apapun, termasuk membunuhnya!"

Barly semakin mendekatkan senjata di tangannya ke kepala Nisa. Melihat itu, Hana tak punya pilihan. Wanita itu mengeluarkan USB berisi rekaman suara Asma kemudian memberikannya pada Barly.

"Berikan ponselmu!"

Untuk kedua kalinya Hana merogoh tasnya. Dia mengeluarkan ponsel miliknya lalu memberikannya pada Barly. Pria itu kemudian memberi isyarat pada Hana untuk masuk ke bangunan kosong di sampingnya. Hana mengikuti saja kemauan pria itu. Begitu berada di dalam, dua orang pria yang bersama Barly langsung mengikat Hana dengan tali.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan? Apa kita akan menghabisinya sekarang?"

"Tidak. Kita akan menunggu satu orang lagi."

Barly tersenyum licik setelah mengatakan itu. Dia sudah mengirimkan pesan para Zyan melalui nomor lain. Dalam pesannya dia mengatakan kalau saat ini Nisa berada dalam penyanderaannya dan jika ingin Nisa selamat, maka Zyan harus datang seorang diri untuk menyelamatkannya.

***

Begitu menerima pesan dari nomor tidak dikenal, Zyan langsung meminta Armin melacak keberadaan Nisa. Ternyata lokasi Nisa sama dengan lokasi yang dikirimkan nomor tidak dikenal. Zyan pun bergegas untuk menemui Nisa. Dia tidak mau sesuatu terjadi pada wanita yang dicintainya.

"Aku ikut, Bang."

"Kamu di sini saja. Aku akan datang sebagai Reza, bukan Zyan."

"Hati-hati Bang."

Sambil menenteng helmnya Zyan keluar dari ruang bawah tanah. Dia berlari menuju bagian depan pondok, tempat dirinya memarkir motor. Ketika pria itu menaiki sepeda motornya, hal tersebut tertangkap oleh Tina, Agam dan Febri. Ketika mantan muridnya itu masih berada di pondok, melebihi batas waktu yang mereka bilang sendiri.

"Pak Reza mau kemana?" tanya Febri.

"Kayanya buru-buru banget. Jangan-jangan ada situasi darurat."

Serta merta Tina berdiri lalu berlari menuju sepeda motornya. Melihat Tina, kompak Agam DNA Febri ikut berdiri dan menghampiri Tina. Gadis itu segera menaiki sepeda motornya. Tanpa meminta ijin, Febri dan Agam langsung naik di belakang Tina.

"Kalian ngapain ikutan naik?"

"Kamu mau nyusul Pak Reza kan? Kita ikut!"

"Pegangan!"

Tina langsung mengegas motornya dan melakukannya sekaligus. Tubuh Agam dan Febri hampir saja terjengkang. Refleks Febri langsung memeluk pinggang Tina dan Agam memeluk pinggang Febri. Sepeda motor trail itu melaju dengan kecepatan penuh. Salah satu santri yang hendak menutup pintu gerbang terkejut melihat motor yang dikemudikan Tina melaju kencang, dia secepatnya berlari ke pinggir.

"Aaaaaaaa!!!!" teriak Agam dan Febri bersamaan ketika motor yang mereka tumpangi melesat bak anak panah.

Motor yang dikendarai Tina meliuk cepat di jalanan, menyalip kendaraan di depannya. Setiap gadis itu berhasil menyalip kendaraan di depannya, terdengar teriakan kencang Agam dan Febri.

"Aaaaaaaa!!!"

"Berisik!"

"Woi Tina! Aku masih mau hidup!!" teriak Agam.

"Pelan dikit Tina!!" lanjut Febri.

Tanpa mempedulikan teriakan Agam dan Febri, gadis itu terus melajukan motornya. Mencoba menyusul Zyan yang sudah berada jauh di depannya.

Dalam waktu lima belas menit Zyan sudah sampai di lokasi di mana Nisa berada. Pria itu melepas helmnya lalu masuk ke dalam bangunan kosong. Di sana dia melihat seorang wanita yang tidak dikenalnya tengah duduk di lantai dengan tangan dan kaki terikat. Sementara tak jauh darinya berdiri Nisa dengan Barly berada di sampingnya. Pria itu masih menodongkan senjata ke kepala Nisa.

"Lepaskan Nisa!" berang Zyan.

"Kamu punya nyali juga datang ke sini sendiri. Ternyata kamu benar-benar mencintai istriku."

Barly bersiul dan tak lama kemudian muncul delapan orang pria bertubuh kekar. Ke delapan pria itu langsung mengepung Zyan. Dengan gerakan kepala Barly memberi perintah pada anak buahnya untuk menghabisi Zyan. Pertarungan di antara mereka langsung terjadi.

"Hentikan Barly!" seru Nisa.

"Aku masih menikmatinya, sayang. Lihatlah bagaimana lelakimu itu mati di hadapanmu."

"Hentikan Barly!"

Awalnya Barly masih bisa tersenyum ketika melihat Zyan kesulitan melawan anak buahnya. Namun perlahan senyumnya memudar ketika melihat pria itu membalikkan keadaan. Ke delapan anak buahnya justru dibuat keteteran melawan Zyan. Dengan cepat Barly menembakkan senjata ke atas, membuat Zyan dan yang lain berhenti bertarung. Barly kembali menodongkan senjata ke kepala Nisa.

"Melawanlah kalau kamu mau kepala Nisa kuledakkan!" ancam Barly.

"Jangan dengarkan dia, Bang! Aku baik-baik saja."

Kembali Barly menembakkan senjata ke atas lalu menodongkan senjata ke kepala Nisa. Tina, Agam dan Febri yang baru saja tiba, terkejut mendengar suara tembakan. Dengan mengendap-endap, mereka menuju bangunan kosong yang jaraknya sekitar lima puluh meter dari mereka.

"Hajar dia!"

Ke delapan pria itu kembali menyerang Zyan. Kali ini Zyan tidak melakukan perlawanan. Tubuhnya langsung menjadi bulan-bulanan ke delapan orang tersebut. Nisa mulai menangis, dia memohon pada Barly untuk menghentikan itu semua. Tina, Agam dan Febri yang sudah tiba di dekat pintu masuk bangunan hanya terhenyak melihat gurunya dihajar delapan orang sekaligus.

"Hentikan Barly! Aku mohon, hentikan!!"

Tubuh Zyan ambruk ke lantai setelah sebuah tendangan bersarang di perutnya. Mulut dan sudut bibirnya sudah mengeluarkan darah. Barly meminta anak buahnya untuk mengikat Zyan. Setelah Zyan berhasil diikat, pria itu menarik Nisa keluar dari bangunan tersebut.

"Habisi mereka! Bakar tempat ini!!"

"Siap, Bos."

***

Cerita ini sebisa mungkin aku kemas mendekati kenyataan. Jadi jangan ngarep pelaku cepat tertangkap. Ada lika-liku jalan yang harus ditempuh Zyan dalam mengungkap kebenaran. Seperti kisah Adit, biar lambat tapi sampai juga me tujuan😉

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
bagus 👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
keren nih pelajarannya 👍
dewi rofiqoh
Zyan.. Zyan... Si bisma gedek 😂😂😂
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Trio macaaan. Maju trz pantang mundur kalian luar biasa
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Gpp Om. Km ga akan rugi bekerja sama dengan Zyan dari pd dengan BarBar
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Revinaaa, km ga malu ya, menyatakn melayani di Ranjang
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Bang Zyan. AkhirNya km muncul juga
🥰Siti Hindun
lanjut Mak..
Rahma Inayah
Zayn org nya GK bisa basa basi langsung to do point aja ..bla...bla..selesai...semoga kasus Amma segera di buka kembali dan hrs ada keadilan utk amma
Faziana
Inilah aksi Zyan yg sebenarnya tegas dan berani menghadapi resiko dengan perhitungan yg matang. Keren juniornya Zyan 3 serangkai pantang menyerah belajarnya walopun masih kinyis2 😁
Carlina Carlina
luaaarrr biasaa team. zyan bekerja keras👍👍dan denangan tanpa dosaau bakar itu bukti,dasar manusia lucnut 😡😡habis lah kauu d tangan agen terhebat zyan dan team nya
choowie
hahahah....Zyan sudah memprediksi semua ini akan terjadi
choowie
setidaknya terima dulu laporannya atuh pak
Harri Purnomo Servis Kamera
Zyan sangar, tegas, sat set
choowie
presiden nya siapa nih...kayaknya harus ada perombakan besar para kabinet nya🤭
choowie
jijik🤢🤮
choowie
wooowww
choowie
namanya hampir sama Mak
Safitri Agus
soale posisi mereka sama,,sama² orang yang dibuang 🤭
choowie
kuat bgt kamuu Zyan🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!