NovelToon NovelToon
Tawanan Pesantren

Tawanan Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Nikahmuda / Spiritual / Cintamanis
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

Apa jadinya jika seorang gadis remaja berusia 16 tahun, dikenal sebagai anak yang bar-bar dan pemberontak terpaksa di kirim ke pesantren oleh orang tuanya?

Perjalanan gadis itu bukanlah proses yang mudah, tapi apakah pesantren akan mengubahnya selamanya?

Atau, akankah ada banyak hal lain yang ikut mengubahnya? Atau ia tetap memilih kembali ke kehidupan lamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 29 - Tawanan Pesantren

~💠💠💠~

"Novi!."

Toilet tua di ujung pesantren yang tadinya hanya jadi saksi diam, kini benar-benar berubah menjadi ruang genting antara hidup dan mati.

Novi yang tadi sempat tenang setelah melahirkan, kini wajahnya kembali pucat. Bibirnya membiru, tubuhnya menggigil, dan darah terus mengalir deras ke lantai yang dingin dan basah.

Miska pun menoleh cepat dan menatap noda merah yang terus membesar dengan mata yang membelalak dan nyaris bulat sempurna.

"Novi!," seru Miska panik. "Darahmu, kenapa masih keluar banyak begini?! Kenapa belum berhenti?!."

Novi hanya menggigit bibirnya, sementara tubuhnya semakin lunglai. Sedangkan bayi mungil di sampingnya terus menangis lirih, seolah ikut merasa gelisah.

"Miska…" panggil Novi yang nyaris tidak terdengar. "Aku… dingin. Pusing…"

Kemudian Miska mendekat, lalu menepuk-nepuk wajah Novi. "Novi, jangan tidur. Hei! Jangan pejamkan mata!."

Miska berusaha mengangkat tubuh Novi sedikit, tapi tangan gadis itu semakin lemas. Bahkan, lantai yang sudah basah oleh darah pun kini terasa licin, hingga membuat Miska nyaris terpeleset.

"Ya Allah, ini serius… ini bukan pendarahan biasa. Kenapa tali pusatnya juga belum keluar?!," seru Miska sambil menatap bagian bawah tubuh Novi yang masih tampak mengeluarkan darah segar.

"Ini bisa jadi sisa plasentanya tertinggal di dalam. Kalau nggak ditangani… Novi bisa mati!!," gumam Miska.

Kini Novi semakin menggigil, tubuhnya pun dingin seperti es.

"Miska… tolong jaga… anakku. Kalau aku nggak sempat…"

"NO! NO! Jangan ngomong begitu!," seru Miska. "Kamu nggak akan mati. Denger aku, Novi! Kamu akan selamat. Kamu harus selamat!."

"Argh!." Novi hanya mengerang pelan, tubuhnya pun melemas di pelukan Miska.

"Aku... takut... Miska..."

"Aku juga, Novi. Tapi aku nggak akan tinggal diam," tegas Miska yang berusaha melawan rasa takutnya.

Kemudian, Ia menoleh ke arah pintu dan sadar, jika dibiarkan lebih lama, Novi bisa kehabisan darah dan benar-benar tak terselamatkan.

Tapi bagaimana? Kalau ia pergi mencari bantuan, meninggalkan Novi sendirian… dan seseorang menemukannya… rahasia mereka bisa terbongkar. Dan bayi ini…?

Miska memejamkan matanya sebentar. Lalu membukanya kembali dengan tekad.

"Aku harus ambil risiko."

Ia lalu mengambil kerudung Novi, lalu menekannya pada luka Novi untuk memperlambat pendarahan.

"Tahan ya, Novi. Aku akan cari bantuan."

"Jangan…" cegah Novi sambil menarik lengan Miska lemah, juga dengan matanya yang berlinang.

"Ustadz Dayat… dia bisa… membahayakan kita kalau rahasia ini terbongkar…" lanjutnya.

"Kalau aku nggak cari bantuan, kamu bisa mati. Dan kalau aku diam… kamu nggak akan dapat keadilan," balas Miska seraya menggenggam tangan Novi dengan kuat.

"Aku tidak butuh keadilan… aku cuma butuh kamu di sini."

"Maaf, Novi." tegas Miska, lalu bangkit dengan cepat. "Tapi aku nggak mau kamu mati hanya karena takut pada orang salah."

Kemudian Miska mengambil bayi Novi yang masih dibungkus seadanya dan meletakkannya di sisi Novi dengan hati-hati.

"Aku akan kembali… Tunggu aku."

Dan dengan itu, Miska berlari keluar dari toilet. Napasnya tercekat, tubuhnya gemetar. Tapi langkahnya mantap.

Ia tidak tahu siapa yang akan ia temui lebih dulu, pertolongankah atau bahaya.

Tapi satu hal yang pasti, malam ini, seorang dara sedang bertarung dengan maut. Dan seorang remaja pemberontak, untuk pertama kalinya, memilih jadi pahlawan.

**

Hari yang seharusnya tenang di Pesantren, kini mendadak berubah jadi porak-poranda.

Kegiatan rutin yang biasanya berjalan tertib kini kacau. Bisik-bisik menjelma jadi desas-desus, dan langkah kaki para santri yang tadinya kalem, kini terdengar berlarian dari satu sudut ke sudut lain.

Di area asrama putri, beberapa santriwati tampak berkerumun sambil ber bincang.

"Kalian dengar?! Katanya ada yang pingsan di toilet belakang!," bisik seorang santri dengan napas ngos-ngosan.

"Bukan cuma itu, katanya... ada bayi!."

"Bayi?! Astaghfirullah... jangan-jangan gosip tentang Miska itu bener?!."

"Eh, eh... jangan nuduh dulu! Tapi kok bisa sih sampai ada yang melahirkan di sini?."

"Jangan-jangan anak itu hasil hubungan gelap..."

Sementara itu, di kantor pengurus putri, Ustadzah Siti menerima laporan dari seorang santri yang berlari-lari sambil terisak.

"Ustadzah! Tolong! Di toilet belakang… ada yang melahirkan!."

Ustadzah Siti sontak berdiri dari duduknya dengan wajah yang pucat. "Apa? Melahirkan? Di pesantren ini?."

"Iya ustadzah, Miska yang menyuruh kami memanggil Ustadzah... katanya kondisinya kritis..." jawab Santri itu seraya mengangguk cepat.

Tanpa membuang waktu, Ustadzah Siti pun memanggil dua ustadzah lainnya dan segera menuju lokasi.

Sementara itu, Miska berlari menembus lorong pesantren yang mulai ramai oleh suara gaduh, sambil terus berlari menuju ruangan dimana Novi berada.

Namun, beberapa santri yang melihat Miska langsung menunjuk dan berbisik:

"Itu dia! Miska! Dia pasti pelakunya!."

"Ya Allah… beneran ada bayi?! Jangan-jangan itu anaknya?!."

Miska mendengar semua itu. Tapi dia tidak peduli. Ia terus berlari, dadanya sesak bukan karena lelah, tapi karena panik.

**

Di toilet belakang, Ustadzah Siti akhirnya tiba bersama dua ustadzah lainnya. Mereka melihat kerumunan santri yang merasa penasaran dan menemukan Novi yang sudah lemas tak bergerak.

Tubuhnya bersandar dengan darah menggenang di bawahnya. Sementara bayi mungil di sisinya pun menangis dengan pelan.

"Ya Allah… Innalillahi… panggil ambulans! Cepat!," seru ustadzah Siti.

Ambulans pun tiba sekitar lima menit kemudian dan langsung membawa Novi serta bayinya ke rumah sakit.

Para santri yang ikut mengintip dari kejauhan pun kini terdiam. Mereka tahu ini bukan sekadar gosip lagi.

Ini nyata.

Ini aib yang siap meledak di pesantren mereka. Dan semua orang tahu, badai yang lebih besar sedang menunggu di balik semua ini.

BERSAMBUNG...

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
waduh 😣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Mungkin itu Rehan 🤭
mbok Darmi
semoga jodoh miska rehan dan ustadz musa bisa berjodoh dgn yg lain jgn sampai ustadz musa sama seperti ustadz dayat diluar alim sopan ternyata lucknut
Aurora: Semoga tidak... 😇😁
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Semoga kalian berjodoh 🤲
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Aamiin 🤲
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤗
mbok Darmi
semoga mereka beneran berjodoh
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
betul 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ketahuan 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Ceritanya sangat menginspirasi 👍👍👍
Aurora: Terima kasih kak... 😍🙏
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Aamiin 🤲
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Pasti dari Rehan 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
🤭🤭🤭
Aurora: Indahnya masa-masa di usia itu. Apalagi cinta dalam batas aturan dan syariat 😍😇
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kereeen 👏👏👏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Alhamdulillah akhirnya Miska berubah lebih baik 🥺
Aurora: Berkat doa semua... 🤩
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Gitu dong,baru laki" 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Terus ustadz Dayatnya gimana,enak aja ga bisa dgn cara gini dong 😤
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
betul 👍
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Semangaaat untuk kebenaran Miska 👏👏👏
Aurora: Siaapp
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
setuju 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!