Si Villainess tiba-tiba berubah?
Yrina Lavien, si penyihir yang dapat julukan Gadis Beracun sangat mencintai Anthony, Si Putra Mahkota, namun Anthony mencintai Margareth Thatcher. Suatu malam, Yrina tak sadarkan diri dan dia berubah ketika dia bangun. Dia yang awalnya suka pada Bunga Lily of The Valley jadi menyukai Bunga Mawar, dia yang dulunya tergila-gila pada Anthony malah jatuh hati kepada Dimitry Thatcher, kakak laki-laki Margareth yang telah 'merebut' kekasihnya. Dengan dalih 'lupa ingatan' dia benar-benar berubah. Tak banyak yang tahu, jika Yrina Lavien bukanlah dirinya yang asli dan merupakan jiwa lain yang sedang bertransmigrasi. Kini, Yrina yang baru hanya ingin hidup tenang. Mampukah dia mewujudkannya jika dia menjadi gadis paling dibenci dan paling jahat di seluruh kerajaan? Lalu sebenarnya dimanakah jiwa Yrina yang asli?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 : Asing di Dunia yang Terbiasa
Setelah seminggu beristirahat, tubuhku mulai pulih dan aku mulai menyesuaikan diri dengan dunia baruku ini. Aku juga makan banyak. Makanan di sini mirip dengan duniaku dulu. Wajar. Tak ada yang aneh. Dunia ini memang bukan dunia modern seperti duniaku dulu. Tak ada listrik dan teknologi canggih di sini. Rasanya seperti masuk ke dalam suatu dongeng. Aku jadi mulai mencari tahu apa peranku di dongeng ini. Ku rasa aku akan betah di sini. Aku banyak mendengar cerita tentang semua yang terjadi di sini dan siapa aku dari pelayan yang waktu itu membawakanku makanan. Dia sangat manis dan lebih muda dariku, namanya Catherine.
Rambutnya hitam pendek sebahu dan bergaya bob, poninya sedikit berada di atas matanya yang bersinar terang, senyuman selalu tersungging indah di wajahnya setiap dia berbicara denganku. Dia mungil. Selalu menggunakan seragam seperti para pelayan yang lain di menara ini. Catherine bilang dia seumuran dengan adik perempuanku. Aku juga baru tahu jika aku punya adik perempuan. Aku bahkan juga punya kakak laki-laki. Ayah Yrina bilang jika tak ada yang boleh tahu jika aku adalah jiwa berbeda yang masuk ke dalam tumbuh Yrina, dia bilang kepada semua orang jika aku lupa ingatan. Masuk ke dalam tubuh Yrina tak serta merta membuatku memiliki semua ingatannya. Ayah Yrina bilang tak apa-apa. Karena memang kenyataannya kami bukan orang yang sama.
Namaku sekarang Yrina Lavien. Enam bulan lagi usiaku dua puluh empat tahun, aku adalah puteri pertama dan anak kedua dari pasangan penyihir paling kuat di kerajaan. Ibuku adalah Yvette Lavien dan ayahku adalah Gillian Lavien. Mereka mengelola menara sihir yang juga adalah tempat tinggal kami serta tempat perkumpulan penyihir dari seluruh kerajaan. Ayahku adalah penyihir agung. Terasa begitu menyenangkan menyebut mereka sebagai ayah dan ibuku namun aku belum berani memanggil mereka demikian secara langsung. Mungkin aku akan memanggil mereka mama dan papa suatu hari nanti, seperti salah satu film kartun favoritku dulu yang sering ku tonton. Kakak laki-lakiku hanya dua tahun lebih tua dariku, namanya Galliard, Galliard Lavien. Catherine bilang dia tampan, dia mirip denganku dan ayah. Iris mata kami hijau, kulit kami putih dan rambut kami merah, bedanya Catherine bilang Galliard punya bintik-bintik di wajahnya. Sedangkan adik perempuanku bernama Yvanna, Yvanna Lavien, usianya empat tahun lebih muda dan dia tak kalah cantik dari Yrina, dia lebih mirip ke ibu Yrina dibanding ayah. Rambutnya hitam ikal dan panjang dengan iris mata coklat dan berkulit gelap. Aku tak sabar bertemu mereka. Karena selama seminggu ini, mereka sama sekali tak mengunjungi kamarku. Aku penasaran kenapa dan aku ingin bertemu mereka secepatnya. Ada hal lagi yang sungguh luar biasa mencengangkan. Aku adalah tunangan Putra Mahkota, secara teknis aku adalah si calon Putri Mahkota. Luar biasa. Aku jadi penasaran bagaimana wajahnya. Ah, ku rasa ini akan menyenangkan. Banyak yang harus ku lakukan sekarang.
"Aku senang nona sudah sadar." Kata Catherine saat dia menata rambutku tadi. Dia mendadaniku di depan meja rias.
"Aku juga. Senang rasanya sudah pulang." Kataku, tersenyum. Yrina benar-benar cantik saat tersenyum.
"Nona menjadi jauh lebih baik."
"Hm? Sungguh?"
"Bu-bukan begitu maksudku, nona. Ha-hanya saja.." Entah mengapa Catherine jadi ketakutan. Bahkan tangannya sedikit gemetar.
"Syukurlah. Ku rasa aku hanya senang karena sudah bangun dari tidur panjangku."
Catherine tersenyum manis. "Saya juga bersyukur." Ketakutan Catherine seperti menghilang seketika. Tangannya tak lagi gemetar.
Setelah Catherine menata rambutku aku pun langsung mematut diri di depan cermin. Yrina begitu cantik. Luar biasa cantik. Dia seperti seorang Dewi. Ah bukan dia, melainkan aku, aku yang seperti seorang Dewi sekarang. Aku tak tahu sampai kapan aku bisa menempati tubuh ini. Rambutku dikepang dari pangkal ke pangkal, beberapa bunga melati diselipkan di antara kepangan rambutku. Anting-antingku sedikit panjang dan berbentuk bintang, aku memilihnya dari sekian banyak pernak-pernik perhiasan milik Yrina di ruangan tempatnya menyimpan semua pakaian dan perhiasannya, semacam walk-in closet. Jadi begini kehidupan orang kaya, tidak, kehidupan bangsawan. Pakaian yang ku kenakan adalah gaun panjang dengan model mengikuti lekuk tubuh dan lengan bajunya yang panjang sampai siku. Gaun itu berwarna merah muda yang sangat cantik dan membungkus tubuhku dengan sangat anggun. Untuk sepatunya sendiri aku memilih sepatu hak tinggi dengan warna merah tua. Aku suka model baju dengan warna-warna terang dan feminim seperti itu. Mencerminkan kepribadianku.
Namun ku rasa Yrina yang asli punya selera yang berbeda, kebanyakan gaun dan perhiasan lainnya berwarna gelap dengan bentuk gaun yang seperti duyung serta berbelahan dada rendah. Yrina sangat percaya diri dengan dadanya jadi kebanyakan bajunya berbelahan dada rendah. Aku kurang suka. Jadi ku putuskan untuk memakai gaun-gaun berwarna terang yang ia miliki yang tak terlalu mengekspos bagian dadaku. Untuk sentuhan terakhir, tak lupa aku menggunakan Kalung Delima seperti milik para penyihir di sini termasuk keluargaku sekarang. Setelah selesai berpakaian, aku meminta Catherine untuk mengantarku berkeliling menara.
Hari masih pagi ketika kami sampai di luar menara. Tempat ini sangat luar biasa luas dan berbentuk melingkar serta terletak jauh di dalam hutan. Iya, jauh di dalam hutan. Aku tak begitu tahu seberapa luasnya namun ku rasa mungkin lebih dari sepuluh kilo meter persegi. Ada tiga buah menara yang menjadi bangunan utamanya dan gedung-gedung yang lebih kecil di dekat menara-menara itu, yang dikelilingi pagar dari batu-batuan. Gedung-gedung kecil itu juga merupakan bangunan untuk akademi sihir kerajaan. Tiga buah menara itu terletak jauh di antara satu sama lain. Semua Menara itu membentuk sudut segitiga, yang titik tengahnya ada air mancur besar dengan patung putri duyung. Di setiap samping menara ada gedung-gedung tadi yang juga berfungsi sebagai tempat akademi sihir, asrama, ruang kelas, serta tempat latihan para penyihir. Bangunan-bangunan gedung tersebut dibangun menjadi tiga baris yang melengkung dan terletak di setiap sisi menara. Seakan gedung-gedung tersebut adalah lingkaran yang membungkus segitiga. Sementara itu bangunan menara dan gedung itu dibungkus lagi dengan tembok yang berbentuk melingkar. Ibarat segitiga yang ada di dalam dua buah lingkaran. Bahkan Catherine bilang jika dilihat dari udara tempat ini benar-benar mirip seperti itu. Menara yang paling besar adalah tempat tinggal Keluarga Lavien dan para penyihir agung lainnya. Letak menara itu ada di sisi utara tempat ini. Menara kedua, tempat para penyihir menjalankan aktivitas dan semua kegiatan sihir yang menyangkut kerajaan terletak di sisi timur, sedangkan menara yang terakhir yang berfungsi sebagai perpustakaan sihir raksasa kerajaan terletak di sisi barat. Bangunan itu megah dan terlihat khas abad pertengahan. Benar-benar berbeda dari duniaku dulu.
Ada sebuah labirin besar di depan jalan utama untuk masuk ke area ini. Ah luar biasa. Aku bahkan melihat beberapa siswa akademi sihir yang berlalu lalang dengan jubah hitam di sekitar halaman. Mereka semua menatapku seakan ingin tahu namun seketika berpura-pura tak melihat saat aku menatap mereka. Aku jadi ingin tahu apakah Yrina merupakan gadis yang populer melihat reaksi mereka. Mengenai pakaian, itu sebabnya Yrina dan kebanyakan orang di sini menggunakan baju berwarna gelap, karena mereka semua adalah penyihir di dunia ini. Saat berjalan-jalan di halaman, ada banyak pepohonan dan bunga-bunga yang ditanam di sana. Bahkan di dekat menara ada sebuah rumah kaca raksasa. Kata Catherine itu adalah tempat bunga-bunga dan tanaman obat untuk ramuan sihir. Bunga-bunga itu sangat cantik. Aku berlari dengan riang menghampirinya. Ah, ternyata Bunga Lili Lembah, Lily of The Valley, sebuah tanaman bunga yang sangat beracun dengan kembang putih berbentuk lonceng yang mekar pada musim semi. Apakah mereka sengaja menanam ini untuk menyimbolkan jika ini adalah tempat para penyihir dari seluruh kerajaan? Atau aku salah? Bunganya sangat indah namun beracun. Apakah ini semacam simbol untuk para penyihir di sini? Namun saat aku melihat lambang keluarga Lavien yang juga sudah menjadi lambang penyihir kerajaan ini, lambangnya malah berbeda. Lambang Keluarga Lavien tidak berbentuk bunga dan terdiri dari garis-garis yang melengkung dengan keren. Bagaimana menjelaskannya, ya? Aku juga bingung. Ada garis lurus di tengah berbentuk seperti simbol tambah dan ada beberapa garis melengkung di atas dan bawahnya yang semuanya melengkung ke arah luar. Ada tiga titik membentuk segitiga dengan satu titik sudut berada di bagian bawah sementara dua lainnya berada di samping kiri dan kanan garis. Lambang itu juga ku lihat di punggung jubah para penyihir yang berlalu lalang di sekitar kami terkecuali para siswa akademi sihir. Lambang keluarga Lavien juga digunakan sebagai lambang penyihir kerajaan.