Suami terbangsat adalah suami yang berusaha menjadi pahlawan untuk perempuan lain namun menjadi penjahat untuk istrinya sendiri. Berusaha menjadi teman terbaik untuk perempuan lain, dan menjadi musuh untuk istrinya sendiri.
Selama dua tahun menikah, Amora Juliansany tidak pernah mendapatkan perhatian sedikitpun dari sang suami yang selalu bersikap dingin. Menjadi pengganti mempelai wanita yang merupakan adiknya sendiri, membuat hidup Amora berada dalam kekangan pernikahan.
Apalagi setelah adiknya yang telah ia gantikan sadar dari komanya. Kedekatan sang suami dan adiknya hari demi hari membuat Amora tersiksa. Mertuanya juga ingin agar Amora mengembalikan suaminya pada adiknya, dan menegaskan jika dia hanya seorang pengganti.
Setelah tekanan demi tekanan yang Amora alami, wanita itu mulai tak sanggup. Tubuhnya mulai sakit-sakitan karena tekanan batin yang bertubi-tubi. Amora menyerah dan memilih pergi meninggalkan kesakitan yang tiada akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa yang asing
Tidak ada kata yang tepat selain syukur atas karunia yang telah Tuhan berikan. Amora menghirup udara dalam-dalam begitu mobil yang dikendarai Varel sampai di sebuah pantai yang di penuhi pohon cemara di sekelilingnya, begitu asri dan sangat menenangkan.
"Ao!" Amora yang baru turun dari mobil tergelincir, kakinya tidak berdiri dengan kuat sehingga tubuhnya terhuyung dan hampir saja menghantam hamparan pasir putih andai saja Varel tak segera merengkuhnya.
"Terima kasih." Amora beringsut, mencoba melepaskan diri dari rengkuhan Varel yang membantunya.
Varel melepaskan tangan dari punggung Amora. Dia menghalangi Amora yang tiba-tiba menunduk, ingin melihat pergelangan kakinya yang terasa sakit, sebab tergelincir barusan. Dengan sigap Varel meraih lengan Amora. "Biar ku periksa, apa kamu terluka." ujarnya lembut. Mata Varel teralih pada telinga Amora yang memerah.
Amora tersentak saat laki-laki dihadapannya meraup tubuhnya digendong begitu saja. Wanita itu kembali memerah karena wajah mereka yang begitu dekat, nafas dan aroma parfum maskulin yang menjadi ciri khas seorang Varel menguar di indra penciumannya.
Varel membawa Amora kesebuah bangku kayu yang berada tak jauh dari tempatnya memarkirkan mobil. Amora didudukkan dengan hati-hati. Lantas laki-laki itu berjongkok dihadapan si wanita dan meraih pergelangan kakinya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Amora gugup karena Varel tak keberatan menyentuh kakinya.
Amora duduk dan mengipas wajahnya yang serasa terbakar dengan kedua tangan. Dia begitu salah tingkah dihadapan Varel. Dia tak merasa risih dengan perhatian Varel padanya. Anehnya sejak membuka mata dia justru menyukai kehadiran laki-laki itu.
*******
Megan dan Melinda harus mendengar cercaan Nikolas yang malu karena kelakuan mereka selama ini. "Kalian benar-benar tidak tahu malu! Untuk apa mengharapkan Amora kembali saat dia sudah melupakan orang-orang kejam di hidupnya. Kalian juga sudah memberi harapan pada gadis lain. Tolong pikirkan reputasi keluarga kita jika kamu tega mempermainkan perasaan kakak beradik!" Nikolas tak berhenti bicara. Megan dan Melinda tak menjawab, mereka menebalkan daun telinga. Faktanya mereka juga menyesal dengan perbuatannya. Tapi saat itu Megan dibutakan dengan perasaan benci hingga tak mampu mendeteksi yang di mau hatinya, ternyata Amora telah memenangkan seluruh hatinya. Dititik ini dirinya tak gila saja seharusnya cukup membuat orang tuanya bersyukur.
"Ceraikan Amora, kebebasan adalah hadiah terbaik untuk anak baik seperti dirinya." Nikolas berkata tegas.
"Pa, bagaimana dengan ku?" protes Megan terlampau kaget dengan ucapan Papanya.
"Hiduplah dengan caramu, kamu bisa menikahi kekasihmu seperti rencana awal."
"Tidak!" sanggah Megan cepat. "Sampai kapanpun aku tidak ingin berpisah dengan Amora."
*******
Amora tiba dihotel yang berada di dekat pantai yang baru mereka kunjungi. Amora naik ke atas kasur dan bersiap-siap untuk istirahat. Wanita itu kembali membuka mata karena saat menutup, dia kembali pada ingatan di rumah sakit tadi. Terlebih pada seorang laki-laki asing yang anehnya melekat dalam pikiran. Amora menggeleng pelan. Jelas-jelas dia tak kenal laki-laki itu, tapi tatapan matanya tak asing. Seolah otaknya kenal dengan hal dari laki-laki itu, walaupun dia tak mengenal sosok itu. Lama Amora tak bisa terlelap, telinganya mendengar suara derap langkah kaki.
Amora segera menutup mata, membiarkan sosok itu melangkahkan semakin dekat. Dan benar saja, kini dia merasa kasurnya bergerak, tanpa membuka matanya, Amora bisa tahu siapa yang masuk ke dalam kamarnya.
Tidak ada ucapan apa-apa, hanya saja Amora merasakan selimut yang di kenakan dinaikkan sebatas dada, tangan hangat mengelus lembut rambutnya beberapa kali.
"Tidurlah yang nyenyak, hari esok masih panjang, Mora." Varel berkata lirih sembari berdiri, ditatapnya sosok yang terlelap di pembaringan, bibirnya mencetak senyum ringan.
"Selamat malam." tambahnya, diiringi langkah kakinya yang melangkah keluar untuk kembali ke kamarnya sendiri.
Suara pintu tertutup, kini justru kedua mata Amora yang terbuka.
kalau bisa up nya tiap hari ka...
sebelumnya makasih byk ka...