Brielle dibuang keluarganya saat masih bayi dan ditemukan kembali setelah bertahun-tahun, namun diperlakukan sangat buruk. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah rahasia besar dibalik alasan dia dibuang sejak bayi. Dia bahkan dibenci oleh orang tua dan saudara-saudaranya. Mereka lebih menyayangi anak angkat yang licik dan manipulatif.
Untuk meluapkan kebencian mereka, saudara laki-lakinya sengaja menyertakan Brielle dalam sebuah program televisi untuk menyingkirkannya. Dalam variety show yang disiarkan secara langsung, para tamu kehilangan kontak dengan tim program. Perla yang terkenal sebagai selebriti yang baik hati dan lemah lembut mencoba untuk mengisolasi Brielle Camelia.
Saat menghadapi pengganggu, Brielle menyerang semua orang tanpa pandang bulu. Ia melepaskan diri di dalam hutan, mengaum bak singa, mengguncang akar pohon yang merambat, merangkak, mencuri pisang dari monyet, memukuli setiap hewan yang ditemuinya. Namun dia tidak tahu bahwa hutan itu penuh dengan kamera tersembunyi. Segala sesuatu yang terjadi di hutan direkam oleh kamera dan disiarkan secara langsung.
Brielle membalas semua perlakuan buruk keluarganya dan bahkan menghancurkan mereka dengan cara yang luar biasa. Seorang pria tampan dan kaya, ternyata selalu mendukungnya di balik layar. Bagaimanakah kisah akhir Brielle? Rahasia apa yang ditemukannya? Akankah dia memiliki akhir yang indah dan menemukan cinta sejati setelah dendamnya terbalaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29.
Jackson pun ikut menimpali, “Yang dikatakan Austin itu benar, jika kau tidak bisa lagi bekerja didunia hiburan, masih banyak pekerjaan lain yang bisa kau lakukan. Perla tidak bisa memblokirmu disemua industri, kan? Selama kau masih hidup pasti ada harapan. Jangan mudah putus asa.”
Quinsha merasa tersentuh mendengar ucapan kedua pria itu. Matanya memerah lalu dia melangkahkan kakinya mengikuti Austin dan Jackson. “Baiklah. Aku pergi bersama kalian mencari Brielle!” Dia merasa Brielle bukanlah orang jahat seperti yang dikatakan Perla dan Jordan.
Setidaknya Brielle tidak sejahat Perla. Melihat ketiga orang itu pergi, Perla semakin tidak senang. “Hebat ya kalian! Tunggu saja! Ketika kita kembali ke kota nanti, aku tidak akan membiarkan kalian begitu saja! Ingat! Aku akan menyingkirkan kalian bertiga!”
Tak peduli apapun yang dikatakan Perla, ketiga orang itu sudah tidak peduli lagi. Sejak awal sebenarnya mereka sudah tahu latar belakang Perla.
Tetapi, nyawa mereka jauh lebih penting dan mereka ingin hidup. Tak punya waktu untuk memikirkan hal lain, jika kelak mereka terusir dari dunia hiburan, itu bukan akhir bagi mereka.
Ketika dalam keadaan lapar, biasanya seseorang hanya ingin mengisi perut mereka dan tidak punya waktu memikirkan masalah lain. Ketiganya terus berjalan menjauh meninggalkan Perla dan Jordan.
“Bang Jordan, mereka keterlaluan…..” ucap Perla. Dia kembali memeluk Jordan dan menangis layaknya air hujan yang turun deras.
Jordan berkata, “Menurutku keputusan mereka itu tepat. Kita tidak bisa menemukan makanan, meskipun kita bisa menemukan makanan tapi kita tidak pandai memasak. Kalau begini terus-terusan, kita pasti mati kelaparan cepat atau lambat.”
“Tapi aku tidak mau minta maaf pada Brielle. Dia memukuliku sampai wajahku bengkak.”
Jordan memelankan suaranya, “Semalaman aku berpikir, setiap kali Brielle menyerang kita setelah kita yang mengganggunya duluan. Jadi wajar kalau dia memukuli kita, dia tidak sepenuhnya salah. Mungkin Brielle tidak seburuk yang kau katakan. Tidak mungkin dia mempersulit kita tanpa alasan.”
Perla membelalakkan matanya dan menatap Jordan tak percaya. “Bang Jordan? Apa yang barusan kau katakan? Kau membela Brielle? Kau pikir dia tidak jahat? Dia sudah memukuli kita dan dia tidak jahat?” Perla benar-benar marah, “Menurutmu dia tidak jahat? Lalu aku yang jahat, begitukah?”
“Apa kau lupa bagaimana dia membuliku? Dua hari yang lalu dia memarahiku dan memukuliku sampai babak belur. Apa menurutmu dia tidak jahat?” ujar Perla lagi. Jordan hanya diam mendengarkan perkataan Perla dan tidak tahu harus menjawab apapun.
Kemudian dia menatap Perla dan berkata, “Kalau begitu katakan padaku, jika kita tidak bisa menemukan makan dan tidak bisa memasak. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menunggu saja sampai mati kelaparan?”
Perla tahu itu. Tapi dia enggan untuk meminta maaf pada Brielle. Si jalang sialan itu tidak layak mendapatkan permintaan maafnya! Bagi Perla, Brielle lebih pantas menjadi budaknya dan diinjak-injak olehnya sepanjang hidupnya. Apa hak seorang budak untuk membuatnya meminta maaf dan memohon ampun?
Meskipun dia kelaparan, dia tidak mau merendahkan dirinya. Namun dia juga tidak mau mati kelaparan. Brielle adalah satu-satunya harapan mereka untuk bertahan hidup. Perla menggigit bibir bawahnya dengan berat hati berkata, “Aku akan minta maaf padanya tapi begitu kita keluar dari sini, kau harus membantuku membalas dendam.”
“Aku tidak mau dipukuli begitu saja tanpa alasan! Dia harus menerima akibat perbuatannya. Bang Jordan berjanjilah padaku, kau akan membalas semuanya pada Brielle!” ucap Perla lagi memelas. Jordan pun hanya menganggukkan kepala mengiyakan permintaan Perla.
Lalu dia membantu Perla berdiri dan berjalan kearah dimana Brielle berada. Namun ketika mereka sampai disana, mereka tidak menemukan Brielle. Barang miliknya pun tidak ada disana, hanya tersisa abu bekas pembakaran saja. Terlihat kalau abu itu sisa semalam.
“Kemana jalang itu pergi?” ucap Perla dengan tidak senang.
“Mungkin dia pergi ke hutan mencari makanan. Ayo pergi mencarinya! Mungkin kita bisa beruntung menemukannya atau kita bisa mencoba mencari makanan sendiri.” ujar Jordan. Dia punya insting bahwa meskipun mereka menemukan Brielle, pasti dia tidak akan membagi makanan dengan mereka.
Jordan masih berharap bisa menemukan makanan. Meskipun mereka tidak tahu cara memasak, yang penting mereka bisa mencoba memasak dan mengisi perut. Sudah tidak penting lagi apakah makanannya enak atau tidak yang penting bisa dimakan. Dengan enggan Perla terpaksa mengikuti Jordan pergi ke hutan.
Dia sudah sangat kelaparan dan tidak punya tenaga untuk berjalan. Tapi dia juga tidak mau ditinggal sendirian disana. Lagipula dia memakai rok, jika dia masuk kehutan maka kulitnya akan tergores belukar atau digigit serangga. Namun tidak enggan ditinggal sendirian, meskipun dengan berat hati dia terpaksa mengikuti Jordan.
Bagaimana jika dia dalam bahaya? Memikirkannya saja sudah membuat Perla takut. Tak lama setelah mereka memasuki hutan, mereka bertemu Austin dan yang lainnya. “Kenapa kalian disini? Bukankah kalian enggan meminta maaf pada Brielle?” tanya Austin yang terkejut melihat mereka disana.
“Perla hanya marah saja. Sekarang dia sudah tenang.” jawab Jordan. “Apakah kalian sudah menemukan Brielle?”
Austin hanya menggelengkan kepala. “Belum. Kami hanya mengikuti jejak seseorang. Kami berharap bisa segera menemukannya.”
“Tapi Brielle sering masuk kehutan dan dia selalu berjalan kearah yang berbeda. Kita tidak tahu kearah mana dia pergi. Bagaimana kita akan menemukannya?” tanya Jordan lagi.
Perla semakin tidak senang lalu berkata, “Kenapa kalian tidak menunggunya saja diluar hutan? Kenapa harus mencarinya kedalam hutan? Banyak nyamuk dan serangga disini. Tubuhku mulai gatal-gatal!”
“Kalau kita tidak menunjukkan ketulusan hati padanya dan datang padanya untuk meminta makanan, kita akan kelaparan untuk beberapa hari kedepan. Kita harus menunjukkan ketulusan bahwa kita mencarinya, bukan menunggu dia datang.” ujar Austin lagi.
“Biarkan saja dia pergi kedalam hutan. Kita cari makanan saja atau mungkin kita bisa bertemu seseorang nanti.” ucap Perla.
Austin sudah malas berdebat dengan Perla. ‘Apa dia pikir dia itu ratu? Seenaknya saja memerintah orang lain? Menyebalkan sekali perempuan ini!’ keluh hati Austin. Seandainya Brielle bersedia berbagi makanan dengan mereka, itu sudah cukup. Sangat keterlaluan jika mereka meminta Brielle yang mencari makanan untuk mereka.
“Aku mendengar suara dari arah sana. Apa mungkin itu Brielle?” ucap Quinsha yang kaget mendengar suara yang berasal dari arah depan. Austin dan Jackson pun langsung berlari diikuti Jordan, Perla dan Quinsha. Mereka berlari hingga akhirnya menemukan Brielle.
Brielle mengenakan jaket hitam dan celana panjang hitam. Rambutnya diikat kepang satu. Mereka melihat Brielle tiba-tiba bergerak lambat dan berhenti didepan sebuah pohon besar lalu berlari cepat. Kemudian Brielle melompat dan mencengkeram akar pohon dengan kedua tangannya.
Tubuhnya melayang maju mundur lalu tangannya melepaskan cengkeraman diakar pohon. Tubuhnya terbang daari satu pohon ke pohon lain sambil mencengkeram akar pohon yang bergelantungan. Disekelilingnya tampak gerombolan monyet yang turut melompat mengikuti Brielle.
apa su tdk ad klanjutanya🤔🤔🤔