Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.
Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.
Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.
Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.
“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza
“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 8 Hilang Jejak - Danu
Mendengar racauan Garry, Launa pun tak mampu lagi menahannya. Alhasil, ia membiarkan Garry merobek bajunya hingga setengah dari benda sintal itu hampir menyembul dari balik bra-nya.
“Sadar Launa, jangan sampai terbuai dan berakhir nista di tangan pria badjingan ini.” Batin Launa berusaha mendoktrin pikirannya agar tidak terpengaruh oleh obat yang dikonsumsinya lewat minuman itu.
Akhirnya, dengan sekuat tenaga Launa menendang alat vital Garry hingga pria itu sontak melepas cengkramannya karena kesakitan. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Launa mendorong kasar tubuh Garry yang tengah menjerit lalu dengan sigap ia langsung berlari menuju pintu namun kakinya tersandung benda bergambarkan warning itu hingga tubuhnya terjerembab ke lantai.
Tak ingin kehilangan wanita incarannya, Garry bergegas meringkus Launa hingga wanita itu kembali jatuh ke dalam perangkap Garry.
“Mau ke mana kamu hah? Kamu pikir kamu bisa lolos semudah itu? Kamu sudah membuat alat vitalku sakit, jadi kamu harus membayarnya dengan memuaskanku.” Ancam Garry seraya membopong tubuh Launa bak karung beras ke dalam toilet.
“Lepaskan! Lepaskan aku breng*k!” Launa terus memukul-mukul punggung Garry namun hal itu tak ada pengaruhnya sama sekali.
Begitu sampai di wastafel toilet, Garry mendudukkan Launa di sana lalu hendak mencum*unya kembali namun Launa terus memberontak. Ia menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kana demi menghindari ciu*an Garry. Tak tahan karena Launa terus menghindar, pria itu mengunci kedua tangan Launa di atas kepala hingga ia bisa melihat dengan jelas dua benda sintal Launa yang hampir terekspos.
“Babby, aku semakin tidak tahan melihatmu begini, dadamu mulus sekali dan lumayan berisi. Aku sudah tidak tahan ingin menghi*apnya.” Cecar Garry kemudian menunduk dan hendak menghi*ap gunung kemb*r Launa namun tiba-tiba, ada seseorang yang memegang tengkuknya dari belakang hingga Garry terpental ke belakang.
“Garry?” Pekik pria itu begitu Garry mendongak. Sama-sama terkejut, Garry menatap mata tajam pria yang tak lain adalah calon kakak iparnya itu dengan mata membulat. Jantung Garry seakan berhenti sejenak, kemunculan Barra benar-benar membuatnya kaget bukan main.
Alih-alih merasa aman karena Garry sudah memasang tanda warning di depan pintu masuk, nyatanya dia salah. Aksi bejatnya tertangkap atasan sekaligus calon iparnya itu saat Barra hendak menggunakan toilet pria yang berada tepat di samping toilet wanita.
“Beraninya kamu mengkhianati adikku!” Hardik Barra lalu kemudian meninju pipi pria itu hingga Garry kembali terjungkal ke lantai.
“Bar, dengarkan penjelasanku dulu!” Sergah Garry saat Barra menarik kerah kemejanya dan kembali melayangkan bogem mentah tepat di mulut calon adik iparnya itu hingga sudut bibir Garry berdarah.
“Kamu pikir saya bodoh? Perbuatanmu tadi jelas-jelas adalah perbuatan kotor, kenapa kamu mencoba melec*hnnya dan mengkhianati Jovita hah?!”
“Bar… Bar… Bar… tunggu, tolong jangan beritahu Jovita aku mohon_”
“Ah sialan!” Sentak Barra kembali memukul wajah Garry dengan begitu kerasnya. “Aku akan tetap memberitahu adikku! Kamu pikir kamu bisa bernegosiasi denganku? Mulai saat ini, pertunangan kalian batal karena aku tidak mau menjadi wali pernikahan kalian!” Bentak Barra yang masih terus menarik kerah kemeja Garry hingga Darius, teman karib Barra juga ikut menyusul.
Melihat Launa sudah terduduk lemas di lantai dengan wajah pucatnya membuat Darius sontak berteriak.
“Barra sebaiknya selamatkan dulu wanita ini!” Pekik Darius hingga perhatian Barra teralihkan.
Melihat kondisi Launa yang tidak memungkinkan, Barra segera melepas cengkramannya dari Garry lalu segera menghampiri Launa. Ia membuka jasnya dan langsung menutupi bagian dada Launa yang sudah terpampang nyata namun tidak seluruhnya.
Launa mulai menunjukkan gelagatnya yang aneh, dengan tubuh yang gemetaran disertai pandangan kosong. Tanpa pikir panjang, Barra menggendong tubuh Launa melewati para tamu undangan, tak peduli dengan tatapan para tamu di sana, Barra terus berjalan lurus dengan tatapan tajam.
Sementara Darius, melihat itu dia tercengang memandangi Barra yang tanpa takut menggendong Launa di hadapan banyak orang.
Tanpa Barra sadari, aksinya menggendong Launa menuju mobil tertangkap mata pemilik gedung acara tersebut. Dan yang lebih mengejutkan lagi, orang tersebut adalah Danu. Pria itu pun mengikuti arah pandangnya, tidak salah lagi, itu pasti Launa. Danu pun berlari kecil demi bisa menyusul Launa, namun langkahnya terhenti karena Iva tiba-tiba memanggilnya.
Sementara itu di sisi lain, Barra mendudukkan Launa di kursi mobilnya, lalu ia pun ikut masuk dan mulai menjalankan mobilnya hingga Danu terpaksa kehilangan jejak.
“Maaf Va, aku harus pergi, aku seperti melihat Launa di gendong seorang lelaki dan membawanya ke mobil.” Sergah Danu memotong ucapan Iva yang menyapanya.
“Apa? Launa? Di bawa seorang pria?” Tanya Iva yang tak kalah terkejut. Pantas saja Launa begitu lama pamit ke toilet, perasaan Iva mulai tidak enak, Iva pun menawarkan diri untuk ikut bersama Danu namun Garry menahan langkahnya.
“Pak Garry?” Panggil Iva hingga ia tak sempat mengikuti langkah Danu yang sudah lebih dulu pergi meninggalkannya sendirian di pekarangan gedung itu.
****
Cukup lama Danu mengikuti mobil Barra dengan perasaan yang penuh kekhawatiran. Sedikit banyak Danu seperti mengenali wajah pria itu, wajahnya begitu familiar. Sayangnya Danu tidak melihatnya dengan jelas karena langkah pria itu begitu cepat. Terlebih perhatiannya teralih saat Iva tiba-tiba memanggilnya.
“Launa, apa yang terjadi padamu? Kenapa bisa kamu sampai berada dalam dekapan pria itu. Dan kalau bisa saya tebak, Launa pasti tidak baik-baik saja.” Danu bermonolog sembari terus mengikuti arah tujuan mobil itu.
Danu terus mengutuk dirinya karena sudah jarang meperhatikan Launa akhir-akhir ini.
Bagaimana tidak? Kesibukan lah yang membuat Danu seperti ini. Sebagai CEO baru di perusahaan mamanya, menuntut Danu harus fokus. Bahkan, rencana perjodohan mereka pun terpaksa ditundah beberapa saat hingga semua urusan Danu selesai.
Terlalu fokus memikirkan Launa, membuat Danu hampir menabrak pemotor yang tengah berjalan di depannya. Sontak Danu mengerem mobilnya sekuat tenaga, hingga pengendara motor itu hampir terjungkal dan berakhir umpatan dari orang tersebut.
“Maaf bu’ saya tidak sengaja!” Ucap Danu saat ia menurunkan kaca mobilnya usai pemotor tersebut menepuk bagian depan mobilnya dengan begitu kerasnya.
“Tidak sengaja tidak sengaja! Ganti rugi, motor saya sampai lecet_”
“Cukup?” Tanya Danu hingga mata wanita itu membulat sempurna. Demi membungkam cerocosan wanita itu, Danu memberikan 20 lembar uang kertas berwarna merah kepada wanita tersebut.
“Cu_cukup.” Jawabnya terbata lalu kemudian membiarkan Danu lolos.
Danu pun kembali menancap gas mobilnya untuk kembali mengikuti mobil Barra namun ia harus kehilangan jejak. Alhasil dengan penuh kekesalan, Danu menepikan mobilnya dan mengusap wajahnya kasar sembari mengacak-acak rambutnya.
“Sial! Kemana perginya mobil itu?” Batin Danu seraya memukul setang mobilnya secara kasar.
sorry tak skip..