Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab_020 Air Mata Hawa
"Cantik banget!" Puji Anand dengan wajah yang terkesima penuh rasa takjub saat pertama kali melihat baby Talia yang baru saja beberapa jam yang lalu hadir ke dunia ini.
Tangan Anand perlahan menyentuh wajah mungil yang kini telah berada di hadapannya, sentuhan Anand membuat bayi tersebut memejamkan mata bening ini untuk sesaat, membuat Anand semakin kegirangan karena ia merasa baby Talia tidak menolak sentuhannya.
"Ya jelas cantik dong, daddy nya ganteng ginih!" Ujar Zhain penuh bangga, ia bahkan memamerkan wajah tampannya kearah Anand.
"Ciiih! Tampan? Ngaca! Kamu itu jelek. Lagi pula baby nggak mungkin mirip sama kamu, dia cantik banget bak bidadari dari kayangan. Udah sana awas jangan ganggu kencan kami!" Tegas Anand yang bahkan langsung menyenggol sikut Zhain agar menjauh dari dirinya.
"Heeeeeh! Itu anak aku." Gumam Zhain kesal.
"Stresss nih orang! Jangan dekat-dekat." Cetus Anand yang kembali fokus pada baby Talia.
"Udah berhenti bertengkar, kalian seperti anak kecil aja, padahal yang satu udah punya anak terus yang satunya lagi bakal segera nikah." Jelas Rumana yang sejak tadi memperhatikan kegaduhan antara Anand dan Zhain.
"Mama usir aja mereka berdua dari sini, ganggu banget keberadaan mereka di sini." Cetus Deria yang sejak tadi duduk di sisi kiri ranjang dimana Putri masih terbaring lemah pasca melahirkan.
"Jangan ngada-ngada ya..." Cetus Anand.
"Janga rusuh bisa nggak sih, aku masih lelah banget, belom punya tenaga buat marah-marah sama kalian berdua." Jelas Putri dengan suara pelan.
"Tenang aja Put, ada aku. Aku bisa seret mereka berdua jauh dari rungan ini. Bila perlu kita buang aja mereka ke pulau komodo." Cetus Jinan dengan wajah ketusnya.
"Maaaa...." Rengek Anand manja.
"Semuanya aja jadi milik mu, mama, anak, semua milik ku kamu rampas secara terang-terangan." Cetus Zhain.
"Udah, berhenti lah bertingkah seperti bayi, ntar bayi yang asli nangis loh!" Ujar Rumana.
"Put, apa kamu sudah memiliki nama untuknya?" Tanya Deria.
"Hmmmm, Zahiya Talia Zhain." Jawab Putri dengan senyuman.
"Nama yang sangat indah, selamat bergabung Talia..." Ucap Deria dengan senyuman setelah ia bangun lalu mendekat pada Talia.
"Selamat datang anak ayah." Ucap Anand.
"Ayah...?" Tanya Zhain dan Jinan hampir bersamaan.
"Iya dong, ini kan baby aku. Iya kan Talia sayang...?" Jelas Anand.
"Maaaaa, lihat tuh makhluk kesayangan mama bertingkah lagi!" Adu Zhain.
"Biarin aja... Lagian Anand memang terlihat cocok dengan panggilan itu." Jelas Rumana.
"Mama mah selalu gitu, selalu berpihak padanya. Sayang, itu anak kita." Kini Zhain beralih mengadu pada sang istri.
"Mau gimana lagi, ini juga salah kamu, udah tau toh cowok stres masih aja kamu jadikan sahabat." Jelas Putri.
"Talia sayang, Talia cantik anak Ayah..." Anand semakin menjadi-jadi, ia selalu kegirangan dan senang saat berhasil menggoda Zhain dan membuatnya kesel.
~~
"Ayaaaaaah!" Teriak Talia kegirangan saat melihat sosok Anand yang baru saja muncul di hadapannya.
"Sayang..." Ujar Anand yang langsung memasang wajah penuh dengan senyuman, tangannya bahkan dengan cepat membawa Talia ke dalam gendongannya.
"Sorry, dia terus aja merengek mau ketemu sama kamu, aku udah berusaha ngejelasin kalau kamu sibuk tapi yang ada justru dia marah sama aku, kamu tau sendiri kan gimana hebohnya kalau anak mu lagi tantrum." Jelas Putri.
"Mommy jahat, mommy nggak mau nganterin Talia buat ketemu ayah, padahal Talia rindu banget sama ayah. Kenapa ayah tidak datang ke rumah?" Talia bahkan langsung mengajukan pertanyaan tanpa memberi waktu untuk Anand menjawab pertanyaan dari Putri terlebih dahulu.
"Sayang, ayah minta maaf. Beberapa hari ini ayah sibuk banget jadi nggak bisa main ke rumah Talia. Sini, dengerin ayah dulu, mommy bukannya jahat, cuman mommy takut aja kalau kerjaan ayah keganggu. Ayah juga kangeeeeeeen banget sama Talia. Hmmmm, sebentar lagi ayo kita makan es cream." Jelas Anand panjang lebar dengan mata yang menatap dalam raut wajah Talia yang sejak tadi terus menatapnya dari dekat.
"Sebentar lagi?" Ulang Talia kebingungan.
"Hmmmm, ayah masih harus menemui satu pasien lagi. Setelah itu ayah akan langsung bawa Talia makan es cream, jadi untuk saat ini sama mommy dulu ya, sebentar lagi aja!" Jelas Anand pelan, dia tidak ingin membuat Talia salah paham yang nantinya malah membuat gadis kecil itu tantrum.
"Janji hanya sebentar lagi?" Talia memastikan, ia bahkan langsung mengangkat kelingkingnya kearah Anand.
"Talia..." Tegur Putri.
"Iya, ayah janji." Jawab Anand dengan senyuman lalu mengaitkan kelingkingnya pada kelingking milik Talian.
"Baiklah, Talia tunggu ayah di depan sama mommy ya!" Ujar Talia setelah Anand menurunkan Talia dari dalam gendongannya.
"Iya sayang." Ujar Anand.
Talia kini beralih mendekat pada Putri.
(Waaaaah seketika dokter Anand terlihat tidak seperti dirinya yang tadi pas lagi ngomong sama kami. Dia yang barusan terlihat begitu lembut, sopan dan ramah.) Bisik hati Kaivan yang sejak tadi mendengar semua pembicaraan mereka bertiga.
(Anak sama istri dokter bak bidadari, cantik, kalem lah dokter Anand begitu kejam dan tak berperasaan, baru aja beberapa jam mengikutinya, dia justru terus marah-marah pada ku hanya karena hal-hal yang begitu sepele.) Bisik hati Fiona.
"Aku akan cepat, aku titip Talia sebentar, setelah ini aku akan membawanya bersama ku jadi kamu bisa langsung pulang supaya nggak di cariin sama cowok mu itu..." Jelas Anand dengan senyuman dan langsung bergegas kembali bekerja.
(Cowok? Apa mereka sudah bercerai? Apa mereka selingkuh? Lalu, jadi... Talia anak broken home? Kasian sekali nasibnya, padahal dia anak yang lucu dan ceria namun karena keegoisan kedua orang tuanya dia jadi kehilangan rumah ternyamannya.) Ungkap hati Hawa yang seketika langsung prihatin dengan nasib Talia.
"Kalian cepatlah ikuti dia, kalau tidak dia bakal marah-marah loh!" Jelas Putri berusaha menyadarkan Fiona, Hawa dan Kaivan yang masih mematung dihadapannya.
"Aaah iya, permisi buk." Jawab Kaivan terbata-bata dan segera berlari mengikuti langkah jenjangnya Anand.
"Permisi buk, bye Talia cantik!" Ucap Fiona dan segera menyusul langkah Kaivan.
"Buk, maaf. Aku, hmmmm...apapun yang terjadi pada hubungan ibuk dengan dokter Anand, tolong tetap memprioritaskan kebahagiaan masa kecil Talia. Maaf karena aku sudah lancang mencampuri urusan pribadi ibuk, tapi...tapi aku, aku hanya tidak ingin masa kecil ku terulang kembali dalam kisah masa kecil Talia. Jadi anak broken home benar-benar membuat mental down dan raga rapuh jadi aku mohon pada ibuk, tolong jangan berikan trauma yang mendalam untuk Talia, aku mohon." Jelas Hawa dengan tetasan air mata, ia terlihat begitu kacau dan sedih.
"Dek, aku..." Putri bahkan tidak tau harus bicara apa saat melihat Hawa yang tidak baik-baik saja.
"Bye Talia, kamu cantik banget, kakak senang bisa kenal sama kamu. Permisi buk!" Jelas Hawa dan segera berlari menyusul yang lainnya.
"Huuffff! Dia pasti salah paham karena ucapan Anand barusan, daaan...aku bahkan terbungkam membisu karena melihat air matanya yang menyimpan rasa kecewa dan trauma yang begitu mendalam." Ungkap Putri yang masih menatap kepergian Hawa.
"Apa kakak tadi sedang menangis?" Tanya Talia.
"Hmmmm" Jawab Putri.
"Harusnya Talia ajak dia makan es cream biar dia nggak sedih lagi." Jelas Talia.
"Hmmm, lain kali kita akan mengajaknya sayang, ayo ke taman rumah sakit, kita tungguin ayah disana aja." Ajak Putri yang langsung mendapat persetujuan dari Talia, keduanya segera menuju taman.
~~