Bagaimana rasanya, jika kalian sebagai seorang anak yang di abaikan oleh orangtuamu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 5
"Ayah, kok aku gak diajak sih? Ayah gak sayang sama aku?" rengek Vania melihat Ayahnya membuka pintu mobil untuk Adira.
"Kemarin kan, udah. Sekarang biar Ayah pergi sama Adira ya. Kasihan, dia kemarin gak ikut."
"Jadi, Ayah tega ninggalin aku sendirian? Ibu juga pergi loh Yah."
"Kan ada Bu Siti sama Bu Mar. Mereka udah Ayah pesan, jangan pulang dulu sebelum Ibu atau Ayah kembali. Kasihan Adira, selalu kita tinggalkan." mengelus kepala Vania. "Ayah pergi dulu ya." pamit Afandi menaiki mobilnya.
Atas permintaan Adira, mereka menghabiskan waktu di alun-alun, dengan menikmati beraneka macam makanan.
"Makasih Ayah." seru Adira bersandar di bahu Afandi.
"Sama-sama, maaf jika Ayah sering meninggalkanmu." ucap Afandi menyadari kesalahannya.
Saat mereka sedang menikmati indahnya suasana sore, terdengar bunyi ponsel dari Afandi.
"Ya Bu ..." ucap Afandi menerima panggilan dari Ella. "Apa ... Baik, Ayah pulang sekarang juga." ujar Afandi bernada penuh kekhawatiran.
"Ayo kita pulang." menarik tangan Adira, dan berjalan cepat menuju parkiran mobilnya.
"Ada apa sih Yah ..." berlari mensejajarkan langkah kaki Ayahnya.
"Kak Vania kembali pingsan, dan Ibu mengajak Ayah untuk membawanya periksa. Cepat naik." perintah Afandi. Dan sekarang Adira sadar. Jika Vania selalu saja berulah.
Dengan kecepatan tinggi, Afandi menjalankan mobilnya. Bahkan dia menyalip beberapa pengemudi lainnya. Bahkan larangan Adira yang menyuruhnya hati-hati pun, tak dipedulikannya.
Tak berapa lama mereka sampai ke rumah, Ella langsung berlari begitu mendengar suara mobil, ia mendekati Adira, sedangkan Afandi langsung berlari memasuki kamar Vania.
Plak ... Satu tamparan mendarat di pipi Adira.
"Kamu ini selalu saja menyusahkan. Gara-gara kamu Vania kembali pingsan. Kamu tahu gak? Dia sendirian, menangis gara-gara kalian pergi." bentak Ella memarahi Adira.
"Bu ..." seru Adira memegangi pipinya yang sakit.
"Sudah berapa kali Ibu ingatkan, jangan buat Vania kepikiran. Kamu harusnya bisa ngalah. Kakak mu itu sakit Dira. Sakit..." ucap Ella meluapkan kegelisahan hatinya semenjak tadi.
"Bu, sini..." panggil Afandi dari pintu kamar Vania.
"Maaf ya sayang, jika tadi Ayah mengecewakan mu" ucap Afandi pada putrinya yang terbaring lemah.
"Makanya, lain kali mikir-mikir dulu sebelum bertindak Ayah. Kalau udah kejadian begini, kan kita semua yang repot." balas Ella, masih jengkel terhadap suaminya. Padahal sebelumnya dia sudah berpesan, agar jangan dulu pergi sebelum dia sampai rumah. Atau paling tidak ajak Vania ikut bersama.
"Kak ..." panggil Adira dari balik pintu.
"Kamu senangkan Dira, kamu berhasil merebut Ayah dariku. Kamu senangkan kalau aku sakit. Apalagi nanti jika aku mati." ujar Vania menatap penuh benci pada Adira.
"Maaf ..." balas Adira.
"Maaf? Bukannya ini yang kamu mau? Kamu pasti marah, karena aku telah mengacaukan jalan-jalan kalian." tuduh Vania, dia sengaja ingin memancing emosi dari Adira. Namun, Adira malah pergi meninggalkan kamar Vania.
"Udah-udah. Jangan marah-marah lagi ya. Ayah yang salah." seru Afandi.
🍁🍁🍁🍁🍁
Adira membanting semua buku-buku pelajaran karena kesal. Sakit tamparan dari Ibunya tidaklah terasa. Namun, tatapan benci dari Ibunya lah, yang membuatnya merasa hina.
"Akan aku buktikan, kalau kalian akan membutuhkan aku suatu hari nanti. Dan akan aku balas semua perbuatan kalian padaku." batin Adira.
Hari ini adalah pengumuman pemenang dari olimpiade tingkat SMA yang mereka ikuti. Dan Adira menang, dan dilanjukan untuk ikut ke tingkat kabupaten.
Tentu saja, dengan rasa bangga dia membawakan berita kemenangannya pada kedua orangtuanya.
Dengan penuh semangat dan hati bahagia Adira, pulang dengan di antar ojek.
"Ibu..." panggil Adira mencari-cari Ibunya.
"Adira, Ibu kayaknya pergi sama Vania. Tadi kata Ibu, dia ingin merayakan keberhasilan Vania, karena kembali ikut lomba tingkat kabupaten." papar Bu Siti yang mendengarkan suara teriakan dari Adira.
"Ooo,,, Makasih ya Bu. Aku masuk kamar dulu." pamit Adira.
"Dira, bukannya juga ikut lomba? Bagaimana hasilnya?" tanya Bu Siti, karena sadar perubahan raut wajah Adira.
"Aku juga lolos Bu," ucap Adira senang. Karena masih ada yang peduli terhadapnya.
"Wah benarkah? Harus dirayakan ini." seru Bu Siti kegirangan. "Mar, oo Mar ..." panggil Bu Siti.
"Ada apa sih? Kayak ada hal darurat aja. Bikin aku jantungan. Kirain Vania kembali pingsan." ucap Bu Mar mendekati Adira dan Bu Siti.
"Ini loh Mar, Adira lolos ikut lomba. Jadi, kita rayain ya. Biar dia tambah semangat nantinya." ungkap Bu Siti.
"Wah benarkah? Ya udah Bu Mar siapkan makanannya dulu. Adira ganti baju ya." perintah Bu Mar langsung membuat wajah Adira dihiasi dengan senyuman.
Adira langsung berlari menaiki tangga untuk segera mengantikan baju seragamnya. Dia sangat bahagia karena diperhatikan oleh dua orang yang sangat menyayanginya.
Setelah selesai, Adira buru-buru turun untuk melihat persiapan yang dilakukan oleh Bu Siti dan Bu Mar.
"Lah, kok dibelakang sih Bu?" tanya Vania heran.
"Iya, biar ala-ala piknik gitu. Sini bantuin Bu Siti bentangkan tikarnya." jawab Bu Siti.
Atas ide dari Bu Mar, mereka mengadakan acara kecil-kecilan sambil menyantap beberapa menu kesukaan Adira. Bu Mar juga memesan pizza untuk Adira. Karena setahunya Adira sangat menyukai makanan dari italy tersebut.
"Makasih ya Bu, karena telah menyayangi aku. Makasih karena telah peduli pada aku." ujar Adira memegang kedua tangan ART-nya. "Kalian adalah orang-orang terpenting kehidupan aku, jadi aku mohon, tetap lah, menyayangiku." mohon Adira membuat Bu Siti dan Bu Mar langsung memeluk Adira.
"Makasih, aku sayang kalian." isak Adira kemudian.
Di tempat lain, Ella dan Vania pergi belanja di salah satu pusat perbelanjaan. Mereka memilih-milih seragam baru untuk Vania mengikuti olimpiade selanjutnya.
Mereka juga telah melakukan perawatan di salon. Sekarang mereka sedang menikmati makanan dan minuman di kafe yang masih berada di dalam mall tersebut.
"Ibu juga ingin membelikan beberapa style pakaian untuk Adira. Tadi Ibu lupa." ucap Ella.
"Tapi aku udah capek Bu." seru Vania mencoba untuk menggagalkan niat Ibunya.
"Bagaimana kalau kamu istirahat di sini aja. Biar Ibu sendiri yang beli. Kasihan Adira, selalu saja ditinggal." keukeh Ella.
"Ya udah deh, aku juga ikut." cetus Vania kesal.
Setelah membeli beberapa keperluan Adira akhirnya mereka pulang. Saat sampai di rumah Ella mendengar suara tawa dari taman belakang. Padahal sekarang sudah hampir malam, biasa Bu Siti dan Bu Mar sudah pulang. Tetapi sekarang suara tawa dari taman menandakan kalau mereka masih berada di rumah.
"Kamu kecil itu cerewetnya minta ampun. Sampai kami pun kesal dengan pertanyaanmu." kata Bu Mar diselingi tawa. Ya, mereka sedang bercerita tentang masa kecil dari Adira.
Ella yang melihat Adira tertawa pin menghampiri. "Seru amat." ucap Ella mendekati mereka. "Ada acara apa?" tanya Ella.
"Eh Ibu, udah pulang. Maaf, tadi kami lalai karena bercerita tentang masa kecil Adira. Ini cuma acara makan kecil-kecilan Bu." ujar Bu Siti. "Kalai begitu, kami izin pulang dulu ya." lanjut Bu Siti sambil membereskan bekas dari acara mereka.
Rasany ngk enk bget