Raja Devanda, dia anak yatim piatu yang dibesarkan oleh kakaknya sejak kecil.
Dia yang berstatus mahasiswa menjadi preman di kampus milik sang Ayah.
Namun siapa sangka, saat pertemuannya dengan mahasiswi baru yang bernama Eka Laila Naja, Raja tiba-tiba ingin berubah menjadi pria yang lebih baik.
Saat baru saja menjalin kasih dengan Laila, Raja dihajar habis-habisan oleh geng musuhnya yang membuat otaknya retak dan menjadi hilang akal sehatnya, sedangkan Ayah Laila yang berstatus sebagai Ustadz ternama, tak menyetujui hubungan keduanya. Kemudian Laila di jodohkan oleh sang Ayah dengan seorang pria yang menjadi pengajar di Pesantren.
Lalu bagaimana dengan cinta Laila dan Raja ?
Apakah Laila akan menerima perjodohan sang Ayah ?
Atau justru tetap menunggu Raja pulih dari sakit jiwa nya ?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Sejati
By : Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Tak lama setelah kepergian Laila, Abah Faris datang. Saat akan membuka pintu, ternyata dikunci. Tetangga yang mendengar suara pintu rumah sebelahnya diketuk segera mengintip, ternyata sang pemilik rumah yang datang.
"Pak Ustadz, ini kunci rumahnya. Tadi Laila titipkan pada saya." ucap tetangga itu.
"Kenapa di titipkan ? Memangnya Laila kemana ? Biasanya juga ditaruh dibawah keset kalau berangkat kuliah.." sahut Abah Faris merasa heran.
"Katanya mau nengokin temannya yang ada dirumah sakit Bakti Jiwa.." kata tetangga itu lagi.
"Astaghfirullah, sama siapa dia kesana ? Apa sendirian ?" tanya lagi Abah Faris panik.
"Sama Firhan Pak Ustadz, memangnya kenapa Pak Ustadz ?"
"Tidak apa-apa, terimakasih ya ? Saya permisi masuk dulu.."
Hal itu diangguki oleh seorang wanita yang jadi tetangga Abah Faris. Kini Abah Faris mengambil ponselnya setelah masuk ke ruang tamu. Dia berfikir sejenak agar tidak gegabah dalam bertindak.
Setelah tiga puluh menit berfikir, akhirnya Abah Faris kembali keluar ingin menemui seseorang yang tahu tentang kehidupan Raja. Abah Faris tak mau jika sampai Laila masih menunggu Raja pulih dan akhirnya memilih pergi meninggalkan beliau dan menikah dengan pria yang sudah cacat mental. Pikirnya.
Setelah menyusuri gang dirumahnya, dia berhasil sampai dirumah seseorang yang akan dia tanyai tentang informasi Raja.
Tok..Tok..
"Assalamualaikum.." ucap Abah Faris dengan sopan.
"Waalaikumsalam, Eeh Pak Ustadz. Silahkan masuk Pak, ada apa nih tumben datang kerumah saya ? Apa ada kepentingan ?" tanya Seorang pria yang menyambut Abah Faris.
"Ah iya, saya mau ada perlu. Bunga nya ada ?" balas Abah Faris.
Ternyata dia ingin mencari tentang siapa Raja pada Bunga. Ayah dari Bunga yang mendengar Seorang Ustadz terkenal di kota itu mencari anaknya seketika panik. Dia takut anaknya berbuat masalah diluar bersama Laila.
"Ada Pak, sebentar saya panggilkan.." sahut Ayah Bunga dan melangkah masuk memanggil Bunga.
"Bunga... Dicari Pak Ustadz Faris. Ada apa kamu ? Kamu berbuat masalah yah sama Laila ?" tanya Ayah Bunga dengan nada sedikit lirih penuh selidik.
"Nggak kok Yah, memangnya Abah Faris ngapain cari Bunga ?" balas Bunga balik bertanya.
"Tuh buktinya Pak Ustadz ada diluar nyariin kamu. Ada perlu katanya, awas kalau Ayah dengar kamu macam-macam. Cepat sana keluar, Pak Ustadz sudah menunggu."
Setelah mendengar ucapan sang Ayah, Bunga lalu memakai hijab instannya melangkah keluar menemui Abah Faris yang mencarinya dengan alasan ada perlu dengannya.
Setelah diruang tamu, Bunga menunduk sopan dan duduk didampingi sang Ayah yang duduk disampingnya.
"Abah ada perlu sama saya ?" tanya Bunga sedikit gugup.
Abah Faris yang ditanya mengambil nafasnya dalam dan menghembuskannya pelan kemudian baru bicara.
"Iya Bunga, sebenarnya Abah kemari karena mau bertanya sesuatu sama kamu. Dan Abah mohon kamu mau menjawab dengan jujur." jelas Abah Faris membuat Bunga semakin gugup dan menoleh menatap Ayahnya disamping.
"Iya Abah, insyaallah Bunga akan jujur.." sahut Bunga.
"Begini, kamu kan selalu berangkat bersama Laila di Kampus ? Tentu kamu juga tahu siapa Raja ? Iya kan ?"
Deg...
Mendengar antara Laila dan Raja, jantung Bunga semakin berdetak kencang. Dirinya semakin gemetar takut salah bicara hingga membuat Laila marah dan persahabatnya renggang.
"I-iya Bah.."
"Yang ingin Abah tanyakan, kamu tahu kan dimana rumah Raja ?" tanya Abah Faris pada intinya.
"Tau Bah.." sahut Bunga lagi-lagi dengan singkatnya.
"Bisa kamu beritahu dimana alamat rumahnya ? Abah ingin bersilaturahmi kesana.."
Bunga merasa lega mendengar itu. Bunga mengira, Abah Faris ingin meminta penjelasan hubungan antara Laila dan Raja.
"Bisa Abah, Alamatnya di jalan Melati nomer 23. Pagar warna hitam bertuliskan kediaman keluarga Devanda.." jawab Bunga memberitahukan alamat lengkap rumah Raja.
"Alhamdulillah, terimakasih ya ? Apa kau mau ikut dengan Abah kesana ?" tanya Abah Faris lagi basa basi mengajaknya ikut bersama.
"Maaf, Bunga lagi ada tugas Skripsi Bah. Jadi nggak bisa ikut.." tolak Bunga dengan lembut.
"Ya sudah baiklah kalau begitu. Abah permisi dulu, saya permisi dulu Pak. Mari Assalamualaikum.." ucap Abah Faris sembari bangkit berpamitan pada sang pemilik rumah.
"Waalaikumsalam, hati-hati Pak Ustadz.." sahut Ayah Bunga mengantar Abah Faris hingga keluar.
Setelah menganggukkan kepalanya, Abah Faris kembali melangkah pulang untuk mengambil motornya dan segera pergi menuju rumah Raja.
*
Ditempat lain, Laila baru saja sampai bersama Firhan menggunakan ojek setelah turun dari terminal menuju dirumah sakit tempat Raja dirawat.
Laila sambil menenteng kantong berisi kotak kue yang Raja sukai, didampingi Firhan berjalan menyusuri taman yang banyak sekali orang gila bersliweran di dekatnya.
Bahkan saat sedang fokus melihat sekeliling taman, Laila dikejutkan kehadiran orang gila yang mengagetkannya.
"Doorrr...!"
"Astagfirullah.." Laila dibuat kaget saat melihat orang gila yang tiba-tiba muncul didepan nya dengan gigi ompongnya tersenyum cengir dihadapan Laila.
Firhan yang melihat itu segera menyingkirkan Laila agar tidak dijahili oleh para orang gila. Tak lama Setelah sampai di ruang informasi, Firhan bertanya pada petugas disana.
"Permisi mbak, saya ingin menengok pasien yang bernama Raja. Diruangan mana dia dirawat ?" tanya Firhan.
Sedangkan Laila melihat ke sekeliling siapa tahu ada Raja disana.
"Ooh, Pasien yang bernama Raja Devanda ada diruang Mawar kamar nomer tujuh." sahut petugas informasi.
"Baiklah, terimakasih.."
Setelah mengucapkan itu Firhan menepuk bahu Laila untuk segera menuju ruangan Raja. Laila berjalan dengan langkah gontai seakan lutut nya terasa lemas melihat para orang gila dirumah sakit itu.
Laila berfikir apakah Raja juga seperti mereka ? Jika memang iya, rasanya akan tidak sanggup jika dirinya melihat kondisi Raja yang seperti itu. Saat sudah sampai di depan pintu kamar Raja, Firhan bicara dengan petugas yang menjaga ruangan itu. Dan akhirnya di ijinkan masuk.
Setelah pintu terbuka, mata Laila menatap ke arah Raja dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Matanya memarah menahan air mata agar tidak jatuh membasahi pipinya.
Pelan dia melangkah mendekati Raja yang terpejam diatas kasurnya dengan wajah yang cukup tenang. Dia menaruh kotak berisi kue yang ia bawa diatas nakas dekat dengan kasurnya.
Tanpa sengaja dia melihat bulu merak disana, hal itu semakin membuat Laila yakin, Raja tidak gila seperti para orang gila yang dirawat dirumah sakit itu. Buktinya dia mengingat bulu merak yang selalu Laila usap diwajahnya jika bertemu dengannya.
"Hikss.. Rajaa.."
Laila mengusap wajah dan tangannya, rasanya dia tidak sanggup melihat kondisinya yang seperti itu. Disaat dirinya menengok Raja, Dokter Arman dan Robert sedang bertugas memeriksa semua berkas Raja dengan teliti. Jadi mereka tidak bisa menemui Laila disana.
Laila menatap Firhan dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Hal itu semakin membuat Firhan tidak tega dan mengusap bahunya sebagai tanda untuk memberinya kekuatan.
"Firhan.. Hiks..Hiks.. Raja akan sembuh kan Han ?" Tanya Laila dengan isak tangisnya.
"Sabar La, mungkin ini sudah jalan takdirnya. Berdoalah agar dia lekas sehat seperti sedia kala.." sahut Firhan menguatkan.
Laila kembali mengusap wajah Raja dan menggenggam tangannya. Raja yang masih ada efek obat tidur, tak juga membuka matanya. Hal itu membuat Laila merasa bahwa Raja akan terus seperti itu.
Tiga puluh menit sudah waktu besuk sudah habis. Laila dan Firhan akhirnya keluar. Laila menghentikan langkahnya sesaat dan berbalik kembali menatap Raja diambang pintu, dia berharap Raja membuka matanya dan melihat dirinya agar kembali pulih seperti dulu.
Namun sayangnya tidak, pintu yang akan segera ditutup membuat Firhan dan Laila akhirnya menyerah kemudian kembali untuk pulang. Laila masih terus saja terisak sepanjang langkahnya.
"Tenang lah, lain waktu kita masih bisa menengoknya lagi.." ucap Firhan diangguki Laila.
Kini keduanya melangkah pergi. Mereka berdua menyuruh ojek untuk menunggu dan menyuruh mengantar nya kembali ke terminal. Sebelum hari hampir Maghrib.
...----------------...
Bersambung...