Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29 Heboh
Setelah sarapan Ardan bersiap-siap untuk pergi ke kantor karna hari memang sudah siang.
" Ran,Rani!" Teriak Ardan dari dalam kamarnya.
Rani memang sudah berada di dalam kamar,mantan istri langit itu juga tengah bersiap untuk pergi ke kantor.
" Duh apaan sih pak Ardan,gue kan juga butuh siap-siap mana udah siang.Dia mah enak bos,lah gue." Sungut Rani saat mendengar teriakan Ardan yang memanggil namanya.
" Rani!" Teriak Ardan lagi karna Rani belum juga datang.
" I-iya pak." Rani berteriak sembari berjalan menuju ke kamar Ardan.
" Apa?" Tanya Rani dengan ketus,wajahnya ditekuk karna dia belum selesai bersiap.
" Apa bisa lebih sopan sedikit? Saya bos kamu,jadi bersikaplah lebih sopan lagi." Ucap Ardan tak kalah ketus.
" Ck, bisa-bisanya gue terjebak dalam dunianya bapak Ardan Mahendre Adiguna." Cicit Rani lirih ,namun masih bisa didengar oleh Ardan.
" Saya dengar Rani." Celetuk Ardan membuat Rani gelagapan.
" Em,ada apa pak? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Rani dengan suara yang sengaja dibuat lemah lembut.
" Tolong pakaian dasi saya!" Titah Ardan.
Rani melotot hampir tak percaya dengan apa yang bosnya itu perintahkan.
" Astaga,ini gue kerja dobel gitu?" Gumam Rani dalam hati.
" Cepat Rani ini sudah siang." Titah Ardan.
" I-iya pak,mana dasinya biar saya ambil dulu."tanya Rani sembari berjalan masuk kedalam kamar Ardan karna sedari tadi Rani memang masih berdiri di ambang pintu.
" Dilemari bagian bawah,disitu ada banyak dasi tolong pilihkan yang sesuai dengan pakaian saya." Titah Ardan yang langsung dituruti oleh Rani.
Meskipun hatinya terus menggerutu namun wanita berambut coklat itu tetap saja mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Ardan.
Rani membuka pintu lemari Ardan,ia begitu takjub dengan isi lemari bosnya tersebut.Semua barang dan pakaiannya tersusun dengan rapih.Bahkan Rani Samapi dibuat melongo dengan koleksi jam tangan Ardan yang masing-masing memiliki harga yang fantastis.
" Apa kamu terbiasa mengagumi barang milik orang lain? Ambil dasi jangan lihat yang lain,kamu ini sangat tidak sopan." Cibir Ardan.
" Astaga sabar Rani sabar, kalau aja gak lagi numpang udah gue gibeng nih bule nyasar." Gumam Rani dalam hati.
Pilihan Rani jatuh pada dasi berwarna biru navy degan garis abu-abu karna Ardan mengenakan kemeja berwarna biru langit.
Melihat warna pilihan Rani,Ardan tersenyum tipis.
" Pak saya.." ucap Rani.
Ardan yang faham akan apa yang ingin Rani sampaikan menarik kursi kecil didekatnya dengan salah satu kakinya.
" Naiklah!" Titah Ardan.
Tinggi Rani memang hanya sebatas dada Ardan hingga Rani kesulitan saat akan memakaikan dasi di leher Ardan.
Degup jantung Rani berdetak lebih kencang dari biasanya.Berdekatan tanpa jarak dengan bos tampannya itu membuatnya merasa grogi,malu sekaligus takut.
Dengan cekatan Rani memasang dasi di leher Ardan.Kurang dari lima menit dasi sudah terpasang dengan rapih.
Bahkan Ardan sendiri memuji ketrampilan Rani saat mengenakan dasi dalam hatinya.
" Sudah,kembalilah ke kamarmu dan bersiaplah." Titah Ardan dengan nada seolah dia tengah mengusir Rani dari dalam kamarnya.
" Ck, memalukan bukannya terimakasih malah main ngusir gitu aja.Dasar kulkas dua pintu,kanebo kering,kadal sawah." Umpat Rani dalam hati.
Rani berbalik dan cepat-cepat pergi keluar dari kamar Ardan.
" Terimakasih cantik." Gumam Ardan lirih sembari menatap punggung Rani yang sudah menghilang dibalik pintu.
Baru saja lima menit Rani berada di dalam kamar Ardan sudah kembali memanggilnya namun kali ini, bosnya itu tidak berteriak memanggilnya dari kamar melainkan langsung kedepan pintu kamar Rani.Ardan berdiri di ambang pintu kamar Rani yang kebetulan dalam keadaan terbuka.
" Ran."
Deg
Slassh
" Aduuuh jadi belepotan kan!" Sungut Rani sembari menghentakan kakinya karna lipstiknya meleset hingga ke pipi padahal dia sudah tampil rapih dan siap pergi ke kantor.
" Pffftttttt!" Arsan terkekeh melihat wajah Rani tampak comot karna noda lipstik di pipinya sangat lebar dan panjang.
" Bisa gak si gak ngagetin!" Sungut Rani.
Ardan pura-pura tidak tahu dengan langsung pergi saat melihat tatapan mematikan dari Rani.
Wanita dengan tatanan rambut yang dibuat bergelombang dibagian bawahnya itu terpaksa harus menghapus make'upnya dan memulai lagi dari awal.
Ditempat lain Langit sedang berusaha mencari penghulu yang mau menikahka dia dengan Rena sore itu juga.
Langit tengah berada di KUA yang tak jauh dari desanya.
" Jadi bapak mau menikah secara siri dengan kekasih bapak sore nanti?" Tanya penghulu.
" Iya pak,bapak bisa kan menikahkan kami.Saya minta tolong pak,saya bersedia membayar berapapun biayanya asal saya bisa menikah sore ini juga." permintaan langit terkesan memaksa karna desakan dari Rena yang meminta secepatnya menikahinya.
" Maaf pak semua harus dipersiapkan dulu,kalau sore nanti saya tidak bisa karna selain jadwal saya banyak saya juga harus pergi ke suatu tempat saat ini juga." Jawab penghulu.
" Lantas kapan bapak bisa menikahkan kami?" Tanya langit.
" Besok sore pak,bapak tinggal kabari saya saja dimana tempatnya.Tolong bawa juga dua saksi dan wali nikah mempelai wanitanya." Ucap penghulu yang disanggupi oleh langit.
Kembali ke kediaman Ardan....
" Loh bapak masih dirumah?" Tanya Rani saat melihat Ardan masih berdiri bersandar mobil dengan tangan sibuk mengotak-atik ponselnya.
" Cepat masuk!" Bukannya menjawab, Ardan justru meminta Rani masuk kedalam mobil.
" Tapikan saya.."
" Masuk atau mau saya seret biar mau masuk!" Ancaman Ardan sukses membuat Rani patuh.
Sementara Ardan sudah duduk dibelakang kemudi.
" Pindah!" Titah Ardan saat melihat Rani duduk dikursi belakang.
" Ta.."
"Pindah,saya bukan sopir kamu!" Sentak Ardan.
" Ck,salah mulu perasaan." Sungut Rani namun tetap saja wanita itu pindah ke kursi depan berdampingan dengan Ardan.
Setelah memastikan Rani memaki seatbelt'nya dengan baik Ardan kemudian menyalakan mesin mobilnya dan melanjutkan kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Tak ada percakapan apapun diantara mereka berdua sepanjang perjalanan ke kantor, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Kurang dari 35 menit mereka sampai di kantor.
Sasana Kantor dipagi hari sangat ramai apa lagi di jam-jam masuk kantor.
Kedatangan Ardan menjadi pusat perhatian para karyawannya terutama kaum hawa.Mereka menatap takjub ketampanan dari atasan mereka yang tampil begitu perfect.
" Gila,si bos emang bener-bener ganteng ya." Cicit salah seorang staf di perusahaan Ardan.
" Pahatan Tuhan yang paling sempurna." Sambung yang lain.
" Eh,ko pak Ardan muter si.Bukannya dia datang sendiri ya?" Tanya salah satu diantara mereka.
" Dih penasaran nih, jangan-jangan si bos punya gebetan atau lebih parahnya lagi dia bawa calon istri." Ucap yang lainnya lagi.
" Aduuh bakal patah hati berjamaah deeh!" Ucap yang lainnya lagi.
Semua mata tak bisa lepas dari pesona Ardan,namun saat melihat siapa yang turun dari mobilnya semua orang tampak terkejut.
Tak hanya terkejut, beberapa diantaranya bahkan sampai melongo.
" Astaga Rani bareng si bos?"
" Gila mujur bener Rani."
" Pesona istri orang lebih menyala dibanding prawan." Kekeh seorang gadis yang belum lama bergabung di perusahaan Ardan.
Dan masih banyak lagi omongan-omongan yang terdengar dan sampai ditelinga Rani.
" Rani,kenapa bengong!" Tanya Ardan.
" Bapak jalan duluan pak!" Titah Rani dengan menundukkan kepalanya,wanita cantik itu sedikit menyembunyikan wajahnya lantaran sadar jadi pusat perhatian semua orang.
" Saya yang berhak nyuruh kamu,bukan sebaliknya." Sungut Ardan.
" Tapi pak,semua orang ngomongin saya gara-gara saya berangkat bareng bapak." Bisik Rani.
" Lantas apa perduli saya." Ucap Ardan membuat Rani geram.
" Tapi pak."
" Tidak ada tapi-tapian." Ucap Ardan.
Dengan sekali tarikan Ardan mampu menggandeng tangan Rani.
Rani bah kerbau yang dicucuk hidungnya.
Wanita itu mengekor dibelakang Ardan dengan salah satu tangan yang digandeng oleh Ardan.
Ardan berjalan begitu saja melewati para karyawan yang menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman karna ketampanannya, beberapa orang juga tampak iri melihat Rani digandeng sang bos tampan dengan erat.
Tak hanya para kaum hawa,bahkan kaum Adam pun ikut larut dalam pemandangan pagi didepannya.Rani seorang staf biasa yang mendadak diminta jadi asisten sang CEO dan kini datang bersama Ardan bahkan yang lebih menggemparkan Ardan menggandeng tangan Rani tanpa canggung.
Pagi itu suasana kantor mendadak heboh dengan berita Rani dan Ardan yang berangkat bersama.
Bersambung....