NovelToon NovelToon
Bunga Di Atas Bekas Luka

Bunga Di Atas Bekas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Duda / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dwi'rhmta

Felicia, seorang mahasiswi yang terjebak dalam hutang keluarganya, dipaksa bekerja untuk Pak Rangga, seorang pengusaha kaya dan kejam, sebagai jaminan pembayaran utang. Seiring waktu, Felicia mulai melihat sisi manusiawi Pak Rangga, dan perasaan antara kebencian dan kasih sayang mulai tumbuh di dalam dirinya.

Terjebak dalam dilema moral, Felicia akhirnya memilih untuk menikah dengan Pak Rangga demi melindungi keluarganya. Pernikahan ini bukan hanya tentang menyelesaikan masalah utang, tetapi juga pengorbanan besar untuk kebebasan. Meskipun kehidupannya berubah, Felicia bertekad untuk mengungkapkan kejahatan Pak Rangga dan mencari kebebasan sejati, sambil membangun hubungan yang lebih baik dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi'rhmta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

- Lebih Dekat Setelah Perdebatan

Pagi itu, hujan rintik-rintik membasahi jendela-jendela besar rumah Rangga. Lusi duduk di ruang baca, melihat pemandangan di luar. Ia merasa sedikit kesepian, meski Rangga telah menyediakan segala kenyamanan baginya. Namun, kenyamanan itu tak mampu menghilangkan rasa terkurungnya.

Tiba-tiba, Rangga masuk ke ruangan, membawa nampan berisi sarapan. "Pagi, Lusi," sapanya, suaranya lebih lembut dari biasanya. "Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Semoga kau menyukainya."

Lusi terkejut. Rangga jarang sekali menunjukkan perhatian seperti ini. "Terima kasih, Pak Rangga," katanya, suaranya sedikit gemetar.

"Panggil saja Rangga," kata Rangga, sambil meletakkan nampan di meja. Ia memperhatikan Lusi dengan saksama. "Kau terlihat lelah. Tidurmu nyenyak?"

Lusi mengangguk pelan. "Ya, terima kasih." Ia menyadari ada sesuatu yang berbeda pada Rangga hari ini.

Sepanjang hari, Rangga menunjukkan perhatian yang lebih kepada Lusi. Ia menawarkan buku-buku bacaan kesukaan Lusi, menanyakan apakah Lusi membutuhkan sesuatu, dan bahkan membantu Lusi membersihkan kamarnya. Ia melakukan semua ini dengan terselubung, seolah-olah itu adalah hal yang biasa. Namun, perhatiannya sangat terasa, menciptakan kehangatan yang tak terduga di tengah situasi yang membatasi.

Pada sore hari, Rangga mengajak Lusi berjalan-jalan di taman rumah. Mereka mengobrol tentang berbagai hal, dari buku hingga film. Rangga terlihat lebih santai dan ramah dari biasanya. Ia tertawa lepas, dan Lusi pun ikut tertawa, merasa sedikit beban di hatinya berkurang.

Saat kembali ke dalam rumah, Rangga berkata, "Lusi, aku harap kau merasa nyaman di sini." Ia menatap Lusi dengan intens, sebelum buru-buru berlalu, seolah-olah menghindari tatapan Lusi yang mulai menunjukkan rasa penasaran.

Lusi terdiam, merasa jantungnya berdebar. Perhatian dan kepedulian Rangga sangat terasa, meski ia masih berusaha menyembunyikan perasaannya. Perubahan sikap Rangga membuat Lusi semakin penasaran dan berharap. Di dalam hatinya, seutas harapan mulai tumbuh, harapan akan sesuatu yang lebih dari sekadar penahanan. Namun, rasa terkurung dan ketidakpastian tentang perasaannya sendiri masih membayangi pikirannya.

Mentari sore menerobos jendela-jendela besar ruang keluarga, menciptakan suasana hangat. Lusi duduk di sofa, menatap sebuah foto lama. Rangga masuk, membawa secangkir teh hangat.

"Lusi," kata Rangga, meletakkan cangkir teh di meja kecil di samping sofa. "Kau terlihat murung. Ada apa?"

Lusi menghela napas. "Aku hanya memikirkan pekerjaanku. Aku rindu sekali dengan rutinitasku."

Rangga duduk di samping Lusi. "Aku tahu. Tapi kau harus mengerti, keadaan memaksaku untuk melakukan ini. Aku hanya ingin melindungimu."

"Aku mengerti, Rangga," kata Lusi, suaranya sedikit meninggi. "Tapi aku merasa seperti burung yang dikurung dalam sangkar. Aku butuh kebebasan."

"Lusi," kata Rangga, suaranya sedikit keras. "Kau tidak mengerti betapa berbahayanya situasi ini. Aku tidak bisa membiarkanmu kembali bekerja sekarang juga."

Perdebatan kecil pun terjadi. Mereka saling mempertahankan pendapat masing-masing, suara mereka sedikit meninggi. Namun, di tengah perdebatan, terasa ada kehangatan yang tak terduga. Mereka saling memahami, meski memiliki sudut pandang yang berbeda.

Setelah beberapa saat, Rangga menghela napas. "Maaf, Lusi. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa terkekang." Ia meraih tangan Lusi. "Aku hanya khawatir."

Lusi menatap mata Rangga. "Aku tahu. Dan aku menghargai kekhawatiranmu. Tapi aku juga butuh untuk hidup normal kembali."

"Bagaimana kalau kita cari jalan tengah?" usul Rangga. "Kita akan cari cara agar kau bisa bekerja, tetapi tetap aman. Kita akan buat rencana bersama."

Lusi tersenyum. "Baiklah. Aku setuju. Kita akan buat rencana bersama."

Mereka saling memandang, dan suasana tegang pun mereda. Di antara mereka, terasa sebuah pemahaman yang mendalam. Perdebatan kecil tersebut justru membuat mereka semakin dekat. Mereka belajar untuk saling memahami dan menghargai pendapat masing-masing.

Di tengah perbedaan pendapat, terjalin sebuah ikatan yang lebih kuat. Mereka menyadari bahwa perbedaan pendapat bukanlah penghalang, melainkan sebuah kesempatan untuk saling mengenal lebih dalam. Di balik perdebatan, tersimpan sebuah pemahaman dan kasih sayang yang semakin tumbuh.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!