Anna tidak pernah membayangkan bahwa sebuah gaun pengantin akan menjadi awal dari kehancurannya. Di satu malam yang penuh badai, ia terjebak dalam situasi yang mustahil—kecelakaan yang membuatnya dituduh sebagai penabrak maut. Bukannya mendapat keadilan, ia justru dijerat sebagai "istri palsu" seorang pria kaya yang tak sadarkan diri di rumah sakit.
Antara berusaha menyelamatkan nyawanya sendiri dan bertahan dari tuduhan yang terus menghimpitnya, Anna mendapati dirinya kehilangan segalanya—uang, kebebasan, bahkan harga diri. Hujan yang turun malam itu seakan menjadi saksi bisu dari kesialan yang menimpanya.
Apakah benar takdir yang mempermainkannya? Ataukah ada seseorang yang sengaja menjebaknya? Satu hal yang pasti, gaun pengantin yang seharusnya melambangkan kebahagiaan kini malah membawa petaka yang tak berkesudahan.
Lalu, apakah Anna akan menemukan jalan keluar? Ataukah gaun ini akan terus menyeretnya ke dalam bencana yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eouny Jeje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburunya sang Tuan
Anna menatap dinding dingin yang mengurungnya.
Udara di dalam sel ini terasa berat, seolah menekan dadanya dari segala arah. Setiap detik yang berlalu semakin menenggelamkannya dalam kenyataan bahwa hidupnya kini tak lebih dari sebuah drama novela paling menyedihkan—sebuah kisah tragis yang bahkan tidak pernah ia bayangkan.
Semua itu terjadi hanya dalam satu malam.
Hanya dalam satu malam, ia berakhir di penjara karena menabrak seorang pria.
Hanya dalam satu malam, ia kehilangan segalanya.
Dan kini, saat ia terkurung dalam kesunyian yang mencekik, ia akan menduga dalam hitungan bulan telepon dari debt collector tak henti-hentinya akan berdering menghubunginya, menuntut pembayaran kartu kreditnya yang tak lagi bisa ia lunasi.
Bodohnya! Ia dalam penjara dan ia pun berhutang!
Dulu, ia mengira memiliki seorang sahabat. Rina Wei.
Sekarang, gadis itu bahkan tidak peduli.
Lebih dari itu, dengan bangga, Rina berdiri di depan kamera, dengan senyum angkuh, menyebut bahwa gaun pengantin rancangannya kini menjadi tren terbaru.
Gaun itu?
Anna menggigit bibirnya hingga hampir berdarah.
Gaun itu adalah impiannya.
Gaun yang ia buat dengan tangannya sendiri, dengan hatinya sendiri. Setiap jahitan, setiap aksen mawar putih, ia rancang dengan penuh makna.
"Aku ingin menciptakan gaun yang melambangkan pernikahan tanpa duri. Mawar ini, tidak seharusnya menyakiti. Pernikahan seharusnya membawa kebahagiaan tanpa luka."
Itulah yang selalu ia katakan pada Rina saat mereka mengobrol tentang desainnya.
Tapi sekarang?
Kata-kata itu keluar dari mulut Rina, disiarkan di televisi, diucapkan dengan penuh kebanggaan seolah itu adalah pemikirannya sendiri.
Anna ingin muntah.
"Kau ingin muntah saat makan?"
Suara bass pria itu mengejutkannya.
Anna tidak perlu menoleh. Ia tahu hanya ada satu orang yang bisa berbicara padanya di tempat ini.
Harry Zhao.
Bukan teman.
Bukan sekutu.
Ia adalah tuan di tempat ini. Dan Anna? Hanya pelayan kecil yang selalu diperintahnya, kecuali saat jam tidur.
"Mengapa kau tidak menjawab?"
Harry terdengar gelisah.
Sejak pertama kali Anna melangkah masuk ke halaman penjara ini, Harry telah memperhatikannya. Ia mendengar sipir wanita memperkenalkan gadis itu sebagai tahanan baru, mendengar dakwaan bahwa ia bersalah karena melanggar lalu lintas dan mencelakai seseorang—dan seseorang itu masih terbaring tak sadarkan diri, hingga hari ini.
Dua minggu.
Anna akhirnya mengalihkan tatapannya. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan Harry.
Sebaliknya, ia bertanya, "Kau lapar?"
Harry mendengus pelan. Ia tahu, setiap kali Anna mengatakan itu, gadis itu hanya ingin mengalihkan topik.
"Aku tidak lapar!"
Tanpa peringatan, ia meraih piring Anna dan meletakkannya kembali di pangkuan gadis itu.
"Kau yang harus makan."
Anna menggeleng. "Aku kenyang!"
Ia ingin menghancurkan televisi yang terus menampilkan Rina, yang berdiri di samping ayahnya—Menteri Ekonomi Wei Jian.
Dengan dukungan dari pria itu, Rina semakin melejit.
Dan Anna?
Ia bahkan tidak bisa mengatakan siapa sebenarnya perancang gaun itu.
"Kau harus makan."
Nada Harry terdengar lebih keras.
Anna menggeleng lagi.
"Ini perintah!"
Kata itu membuatnya tersentak. Dengan gerakan lambat, ia mengambil sendok dan memasukkannya ke dalam mulut.
Benar saja.
Ia langsung mual.
Dengan cepat, ia bangkit dan berlari ke belakang, isi perutnya meluap tanpa bisa ditahan.
Seakan semua yang terjadi padanya terlalu berat untuk diterima.
Bukan hanya kemiskinan.
Bukan hanya hutang.
Tapi juga kehancuran yang begitu sempurna.
Anna mengelap wajahnya, mencuci mulutnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Tapi kemudian—
Harry Zhao datang seperti hantu. Mengejutkan isi perut Anna.
Harry Zhao tidak pernah peduli pada siapa pun.
Di dalam penjara ini, ia adalah raja. Semua orang tunduk padanya. Tidak ada yang bisa mengguncangnya.
Namun, saat melihat Anna muntah, sesuatu dalam dirinya berubah.
Dadanya terasa sesak. Ia menggertakkan giginya.
Kenapa aku peduli?
Pikiran buruk mulai berputar di kepalanya.
Bagaimana jika Anna muntah bukan karena makanan?
Bagaimana jika ada pria lain sebelum aku?
Sesuatu yang panas menjalar dalam tubuhnya. Cemburu.
Tidak! Aku tidak bisa menerimanya!
Langkahnya cepat saat ia mendekati gadis itu, yang masih terduduk lemah.
Tanpa sadar, kata-kata itu keluar dari mulutnya, "Kau hamil?"
Anna menatapnya tajam, jelas tersinggung. "Apa? Tidak!"
Harry tidak puas. "Kau muntah."
Anna menghela napas dalam. "Muntah belum tentu hamil! Ada banyak penyebab lain!"
"Seperti apa?" desaknya.
Anna diam.
Emosinya semakin memuncak. Kenapa dia tidak menjawab? Apa yang dia sembunyikan?
"Aku muntah karena melihat tingkahmu!"
Harry membeku.
Mendengar itu, sesuatu dalam dirinya bergolak.
Tangannya terangkat, mencengkeram lengan Anna dan menariknya lebih dekat.
"Kau boleh muntah melihat pria mana pun. Tapi aku pengecualian. Karena aku terlalu terang untuk disebut najis."
Anna membuang muka, menolak menatapnya.
Harry tetap menatap wajah pucatnya.
Dan di saat itu, ia menyadari ia tidak suka melihat Anna seperti ini.
Lelah. Pucat. Menderita.
Tangannya melemah. Napasnya berat.
Dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya, ia berkata, "Istirahatlah. Kau tidak baik-baik saja.
Harry melepaskan genggamannya dari Anna, membiarkan gadis itu pergi tanpa berkata apa-apa.
Ia berbalik, melangkah kembali ke ruang tahanannya, tetapi pikirannya tetap tertinggal pada sosok itu.
Bulan telah naik tinggi di langit, menyinari jeruji besi dengan cahaya pucat.
Namun, meskipun malam semakin larut, Harry tak kunjung bisa memejamkan mata.Kegelisahan menggerogoti pikirannya, membuat dadanya terasa semakin sesak.
Harry Zhao duduk diam di ranjangnya, tubuhnya menegang, pikirannya dipenuhi amarah dan kegilaan.
Pernikahan?
Menjadi pengganti untuk pria lain?
Menjadi ayah untuk anak yang bukan darah dagingnya?!
Sialan.
Ia menggeram, meninju dinding selnya hingga buku-buku jarinya memerah.
Ia tidak tahu mana yang lebih buruk—Anna yang mungkin sudah dimiliki pria lain, atau dirinya yang sekarang mulai berpikir untuk mengambil wanita itu sepenuhnya.
Tiba-tiba, suara dari ranjang sebelahnya terdengar, mengganggu pikirannya.
"Kau tampak seperti pria yang akan dihukum mati besok."
Harry mendongak dengan tatapan gelap.
"Jika kau harus menikahi seorang wanita yang mengandung anak pria lain, apa yang akan kau lakukan?" tanyanya, suaranya dalam dan penuh ancaman.
Pria itu menyeringai. "Tergantung. Jika kau mencintainya, kau akan menerimanya. Tapi jika tidak…"
Ia berhenti sejenak, lalu tertawa kecil. "Kau akan membunuhnya di malam pernikahan."
Harry mencengkeram sprei kasurnya.
Membunuhnya?
Tidak.
Tidak, itu terlalu mudah.
Jika Anna memang mengandung anak pria lain, maka pria itu yang harus mati.
Ia akan mencari tahu siapa pria itu.
Ia akan menyiksanya perlahan, membuatnya merasakan penderitaan yang lebih buruk dari kematian.
Ia akan meremukkan setiap tulangnya satu per satu.
Ia akan menghancurkan wajahnya hingga tidak dikenali.
Dan ketika pria itu sudah hampir mati, ia akan berbisik di telinganya, "Anna milikku. Aku akan mengambil semuanya darimu, termasuk anak yang seharusnya kau besarkan."
Harry tersenyum miring, napasnya memburu.
"Jika aku menikahinya, maka dia hanya akan menjadi milikku. Aku tidak peduli anak itu dari siapa—aku yang akan mengklaimnya. Aku yang akan membuatnya melupakan siapa ayah kandungnya."
Pria di sebelahnya tertawa. "Kau benar-benar gila, Zhao."
Harry menoleh dengan tatapan dingin. "Dan aku akan membuktikan bahwa aku lebih gila dari yang kau pikirkan."
Karena bagi Harry Zhao, tidak ada pilihan lain.
Jika ia tidak bisa memiliki Anna seutuhnya…
Maka tidak ada seorang pun yang boleh memilikinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Fashion House bukan sama dengan Rumah Mode dalam bahasa?