NovelToon NovelToon
KLAUSUL CINTA SANG CEO

KLAUSUL CINTA SANG CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Office Romance
Popularitas:12.5k
Nilai: 5
Nama Author: Leona Night

Valeria Sinclair, seorang pengacara berbakat dari London, terjebak dalam pernikahan kontrak dengan Alexander Remington—CEO tampan dan dingin yang hanya melihat pernikahan sebagai transaksi bisnis. Tanpa cinta, tanpa kasih sayang.

Namun, saat ambisi dan permainan kekuasaan mulai memanas, Valeria menyadari bahwa batas antara kepura-puraan dan kenyataan semakin kabur. Alexander yang dingin perlahan menunjukkan celah dalam sikapnya, tetapi bisakah Valeria bertahan saat pria itu terus menekan, mengendalikan, dan menyakiti perasaannya?

Ketika rahasia masa lalu dan intrik keluarga Alexander mulai terkuak, Valeria harus memilih—bertahan dalam permainan atau pergi sebelum hatinya hancur lebih dalam.

🔥 Sebuah kisah penuh ketegangan, gairah, dan perang hati di dunia penuh intrik kekuasaan. 🔥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal dari Perang Dingin

Valeria’s POV

Aku masih tertidur nyenyak ketika Elizabeth membangunkanku dan membuka kelambu kamar.

“Nyonya, bangunlah, anda harus segera sarapan,”

“Hemm, aku ada dimana?”

“Anda masih ada di Chateau de Clairmont. Namun setelah ini anda akan berangkat ke Paris.”

Sekonyong konyong aku duduk di tempat tidur, dan menatap Elizabeth dengan pandangan tajam.

“Siapa yang memindahkan ku semalam?” tanyaku penuh selidik

“Apa maksud anda Nyonya?” jawab Elizabeth dengan nada heran.

Segera aku sadar apa yang terjadi dan kemudian menghentikan pertanyaan tolol itu. Jelas yang memindahkan ku dari kursi tangan itu ke tempat tidur adalah suami abal abal itu. Tidak mungkin kan aku jalan ke tempat tidur ini sendirian dalam keadaan mabuk.

Kepalaku pening dan terasa berputar putar. Tapi aku menyembunyikannya dari Elizabeth. Aku mencoba tenang dan duduk dengan santai tanpa menunjukkan sisa sisa kemabukan semalam.

Walau aku tahu itu percuma, karena kulihat Elizabeth membersihkan botol wine itu dengan menggelengkan kepala. Pertanda dia tahu bahwa ada seseorang yang menenggak minuman keras itu dengan rakus.

Tak berapa lama kemudian dia menghampiriku dengan membawa baskom besar air hangat dan handuk. Lalu diberikannya handuk yang telah dibasahi dengan air hangat dari baskom besar itu seraya berkata,” Ini, usap lah wajah anda. Anda harus tampak segar. Semoga sisa sisa mabuk semalam dapat teratasi dengan air hangat ini.”

Tiga kali aku mengusap wajahku dengan air hangat, setelah itu mengucapkan terimakasih padanya.

“Darimana kau tahu bahwa aku mabuk?” tanyaku padanya.

“Satu karena ini sudah pukul 10 pagi dan anda tidak segera bangun. Kedua aku melihat botol wine kosong dan gelas kristal berserakan di lantai. Ketiga tuan Alex bukanlah pria malas dan pemabuk. Beliau type pekerja keras dan tentu saja sudah bangun sejak pukul 7 pagi tadi dan berolahraga. Sekarang beliau sudah selesai sarapan dan sedang menunggu anda di meja makan,”

“Untuk apa menungguku di meja makan?” tanyaku singkat

Elizabeth seperti tidak mendengarkan pertanyaanku atau lebih tepatnya tidak menghiraukan pertanyaanku. Tetapi dia segera menjawab dengan nada sedikit tinggi.

“Nyonya, anda harus segera duduk dan sarapan di meja makan bersama Tuan Alex. Karena sebentar lagi Tuan Damian pasti akan berkunjung, sebelum beliau pamit kembali ke Marseille. Tentu anda tidak ingin tuan Alex tampak bodoh makan sendirian dan menyambut pamannya juga sendirian,”

Aku menyadari kebenaran dalam kata kata Elizabeth. Bergegas aku ke kamar mandi meskipun jalanku sempoyongan. Namun aku sudah lumayan segar. Lalu bergegas aku mandi air hangat dengan mengguyur kepalaku berulang kali dengan harapan kesadaranku segera pulih.

Setelah itu aku berpakaian dengan baju yang sudah disiapkan oleh Elizabeth sekaligus berdandan dibantu oleh seorang Hair Stylist. Tak berapa lama kau turun ke ruang makan menemui Alexander.

Aku mengambil duduk tepat di depannya. Dia tampak cuek seperti tidak begitu peduli dengan kehadiranku.

Aku mencoba membuka percakapan dan memancing reaksinya,” Kau tidur nyenyak semalam di ruang baca?”

Dia menurunkan korannya dan menatapku dingin.

“Lain kali jangan minum terlalu banyak. Kau tidak boleh tampil di depan publik dalam keadaan mabuk seperti ini,” ujarnya tanpa memperdulikan pertanyaanku.

Aku tidak kurang akal, segera kusambung perkataan dia dengan statement berikutnya.

“Oh ya terimakasih kau sudah mengangkatku ke tempat tidur. Sungguh kau suami yang baik,” jawabku dengan nada mengejek.

Dia tersenyum sinis dan berkata,” Jangan salah, aku mengangkatmu ke tempat tidur agar kau tidak meracau terus. Kau sungguh berantakan kemarin malam.”

“Kau belum menjawab pertanyaanku Alexander Remington,” ujarku penuh penekanan.

“Tidak ada yang lebih baik dari pada berbagi tempat tidur dengan wanita asing yang tak kuperlukan, apa lagi dia dalam keadaan mabuk! “ Jawabnya ketus

"Jadi begini cara kita menjalani pernikahan ini? Kau bersikap seolah aku tidak ada?" ujarku dengan nada marah.

"Jangan salah paham, Valeria. Aku menikahimu untuk memenuhi persyaratan hukum, bukan untuk memiliki hubungan pribadi denganmu. Kau ada di sini untuk menjalankan peranmu—tidak lebih." ujarnya dengan sikap acuh sambil tetap membaca koran.

Elizabeth datang dan menyiapkan sup jagung hangat untukku.

“Makanlah nyonya, sup jagung ini baik untuk mengobati mabuk,” ujarnya setengah berbisik.

Aku menghirup nafas panjang dan menghentakkannya dengan keras, lalu mulai makan sup jagung dan roti yang disediakan Elizabeth.

Seperti yang sudah diduga, Paman Damian muncul tak lama setelah aku memasukkan suapan terakhir sup jagung dalam mulutku.

“Ah Pengantin baru yang mesra, rupanya kalian sarapan pagi di jam mendekati makan siang,” ujarnya.

Alexander berdiri dan melirik keras ke arahku sebelumnya seperti memberi kode padaku untuk ikut berdiri menyambut pamannya. Sambil menyalami pamannya dia berkata, “ Yah biasalah paman, istriku ini termasuk cukup liar. Aku sampai harus menaklukkannya berkali kali. Tentu saja dia juga kelelahan menangani keperkasaanku.”

Lalu mereka berdua tertawa, sementara aku berdiri mematung tidak paham apa yang mereka katakan. Namun demi akting yang sempurna dan bayaran 20 juta Poundsterling, aku pura pura tertunduk malu dan menutup mulutku.

Paman Damian memperhatikanku dengan seksama sebelum kemudian menyalamiku.

“Selamat datang di keluarga kami Valeria. Sebetulnya nenek moyang kami orang Inggris. Tetapi ibu Alexander adalah salah satu keturunan bangsawan Perancis terkemuka Sehingga tentu saja kami lebih banyak di sini,” jelas paman sambil memperhatikan ku dengan seksama.

Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan paman sembari tetap menunduk seolah olah aku ini gadis pemalu yang baru saja kehilangan keperawanannya. FUCK!

Lalu Paman Damian berpamitan untuk kembali ke rumahnya yang ada di Marseille. Dari cerita Elizabeth, paman Alexander ini mengelola sebuah perusahaan kapal pesiar yang amat besar dan terkenal. Pelanggannya dari kalangan artis dan pejabat Perancis.

“Ok tampaknya aku sudah terlalu lama mengganggu makan siang kalian. Aku pamit dulu untuk kembali ke Marseille. Dan untukmu Valerie, kau harus minta pada suamimu untuk naik kapal pesiar kami keliling eropa,” ujarnya sambil tersenyum dan memandangku tajam penuh makna.

“Tentu paman, saya akan meminta pada Alex kelak,” ujarku singkat.

Lalu Alex dan aku melepas Paman Damian ke pintu depan Kastil dengan sandiwara yang sempurna. Alex tentu saja selalu memeluk dan menggandeng ku dengan mesra. Aku merasa sedikit muak, tetapi kutahan, karena aku harus tampil prima di depan Paman Damian.

Setelah beliau menghilang dari pandangan, tanpa aba aba aku menepis tangan Alex dan membalikkan badan untuk kembali ke kamar tidur. Namun tiba tiba Alex menarik tanganku dengan keras dan mencegahku berjalan menjauhinya. Dia mencengkeram erat pundakku sembari berkata,” Jangan pernah melepaskan tanganku di depan umum. Kau tidak berhak menghindari ku saat kita ada di depan publik. Bersikaplah dewasa dan tidak kekanak kanakan.”

Aku melihat wajahnya yang keras dan mata teduhnya berubah menjadi penuh amarah, sepertinya dia tidak suka ditolak, meskipun dia sendiri yang menghindari terlalu jauh saat berdekatan denganku.

“Maafkan aku Alex,” ujarku lemah

Kemudian dia melepaskan cengkeramannya dan kembali ke meja makan. Mau tidak mau aku seperti anjing yang terpaksa mengikutinya kembali tuannya dengan patuh tanpa protes.

"Ini adalah daftar acara sosial yang harus kita hadiri bersama. Aku ingin kau menghafalnya dan tidak membuat kesalahan seperti tadi. Ingat, semua permainan ini aku lah yang mengatur iramanya dan bukan kau,” ujarnya dengan tatapan dingin sedingin es sembari menatap tajam padaku.

Aku menunduk dan memejamkan mata, lalu menghembuskan nafas kesal seraya melihat daftar yang baru saja dia berikan padaku. Tampak jelas acara acara itu adalah pertemuan dengan kolega bisnis, para pejabat kota paris dan juga beberapa gala dinner.

Aku menyipitkan mataku dan kembali memandangnya dengan tatapan marah. Entahlah, Somehow aku merasa menjadi pion bisnis baginya dalam permainan ini.

Masih dengan tatapan tajam, aku kembali berkata, "Aku tidak ingat ada klausul dalam kontrak yang mengatakan aku harus mengikuti perintahmu seperti halnya sekretaris mu."

Dengan senyum sinis dia berkata,” "Aku pemilik perusahaan ini, dan akulah yang menawari Klausul perkawinan ini Valeria. Jika aku bisa mengendalikan kerajaan bisnis senilai miliaran dolar, maka aku juga bisa mengatur pernikahan ini. Jangan berpikir kau bisa menegosiasikan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari kesepakatan."

Sontak aku berdiri tegak dan menatap lurus padanya kemudian dengan nada tinggi aku berkata padanya, "Aku seorang pengacara, bukan aksesori di lenganmu, Alexander."

Dia menatapku penuh amarah dan kembali menjawab dengan suara pelan penuh penekanan seolah tidak suka dengan jawabanku yang setengah berteriak barusan.

"Tentu saja kau pengacara. Tapi di duniaku ini, kau hanyalah istri seorang miliarder. Kau bisa memainkan permainan ini dengan baik, atau kau bisa tersingkir begitu saja."

Aku sudah tidak bisa lagi mentolerir sikap dan perkataannya yang tidak ada respek sedikitpun padaku, serta merta aku menunjuk ke arah mukanya dengan suara penuh penekanan karena terbakar emosi,” "Kalau kau pikir aku hanya akan mengikuti semua perintahmu tanpa bertanya, kau salah besar. Aku mungkin menikahimu, tetapi aku tidak tunduk padamu."

Lalu aku pergi meninggalkannya seorang diri, dan dia pun membalas ku setengah berteriak,” "Kita lihat saja siapa yang lebih dulu menyerah, Valeria."

Aku dipenuhi amarah dan merasa tiba tiba hidup di sampingnya dan menjalankan perkawinan omong kosong ini sungguh sesuatu yang berat. Aku masuk ke kamarku dengan membanting pintu sekeras kerasnya. BRAK.

Tak lama Elizabeth masuk dan dengan tenang dia menghampiriku seraya berkata,” Anda harus segera bersiap untuk berangkat ke Paris Nyonya, Tuan sudah menunggu anda di mobil.”

Segera kupalingkan wajahku yang penuh amarah pada Elizabeth dan berkata,” Suruh saja tuanmu yang maha benar itu berangkat sendiri ke paris. Aku tidak sudi. “

Tiba tiba Elizabeth menyentuh pundakku dan sambil mengelusnya dia berkata,” Aku tahu tidak mudah berada di posisimu Valeria. Namun kau harus melakukannya sesuai kesepakatan. Aku sangat yakin kau bisa melakukannya.”

Sontak aku menoleh padanya dan berkata,” Apa yang kamu ketahui tentang situasi ini? Mengapa kau tahu rahasia itu dan siapa yang memberitahukan padamu?”

“Maaf jika aku tidak jujur dari awal. Aku adalah pengasuh Alex sejak kecil. Aku sudah seperti ibu bagi Alex. Aku ikut mengatur semua perjanjian nikah yang kalian buat. Aku hanya kasihan pada Alex, dia tidak mungkin jatuh hati pada seorang wanita dengan deadline tertentu, sementara dia berhak atas warisan kedua orang tuanya. Selain dia adalah penerus yang sah, warisan itu juga dia perjuangkan untuk adik perempuannya.”

Entah mengapa mendengar penjelasan itu hatiku luluh dan sembari menghembuskan nafas panjang aku membalikkan badan, dan mengikuti semua kata kata Elizabeth dan bergegas masuk dalam mobil dimana sudah menunggu Alexander didalamnya.

Aku duduk di sebelahnya tanpa memberikan salam atau berbicara apapun. Aku juga bertekad tidak akan pernah lagi mengajaknya berbicara selama kita berdua saja. Namun aku juga bertekad untuk bertahan dalam permainan ini tanpa membiarkan harga diriku diinjak injak oleh lelaki tolol ini.

Ketika mobil bergerak meninggalkan Chateau de Clairmont, aku memejamkan mata dan menghirup nafas dalam dalam. Aku sangat paham bahwa permainan yang sebenarnya baru benar benar akan dimulai. Dan aku harus mencari cara untuk membuat Alex menghargaiku. Aku tidak ingin dia seenaknya saja memperlakukanku tanpa meminta persetujuan apapun. Bagaimanapun aku manusia dan punya perasaan, dan aku tidak ingin diatur macam bawahannya saja. Bagaimanapun dia juga membutuhkanku untuk reputasinya dan tentu saja untuk warisan itu.

Tanpa sadar kami pun tiba tiba saling berpandangan dengan tatapan penuh amarah. Terutama aku. Aku merasa bahwa ini bukan hanya soal Klausul perkawinan pura pura, tetapi juga persaingan dominasi diantara aku dan dia.

*******

1
Myra Myra
ssh Ae bila seseorang terperangkap dgn masa lalu Ae...
naura khalidya
mampir thor...
Leona Night: terimakasih sdh mampir/Heart/
total 1 replies
OBES20
lanjut
Leona Night: Terimakasih /Heart/
total 1 replies
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞IntanArmy💜°𝐒⃟: ✿࿐
mampir semangat
Leona Night: terimakasih sdh mampir
total 1 replies
Kim nara
Bagus ceritanya yuk baca yuk
Leona Night: Terimakasih, semoga menghibur, dan setia baca sampai tamat/Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!