Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Gita menjatuhkan tubuh nya di atas tempat tidur ku yang empuk, dia tampak sangat puas bisa mengerjai Mia dan Mas Randi.
"Kapan mbak mau buang 2 benalu itu dari hidup mbak?" Tanya Gita pada ku.
"Belum saat nya Git, mbak mau puas - puasin dulu bermain sama mereka. Sayang nya mbak gak bisa membalas ibu dan adik nya mas Randi secara langsung!" Ku pikir akan lebih seru jika bisa berhadapan langung dengan orang - orang yang mendukung mas Randi.
"Mereka jauh di Palembang sana mbak, jadi mbak gak bisa berhadapan dengan mereka langsung!" Gita membenarkan ucapan ku.
"Tapi mbak yakin, mereka pasti akan merasakan kesulitan ekonomi. Karena mbak sudah menghentikan aliran dana untuk mereka!" Aku berkata sambil mendudukkan bokong ku di atas tempat tidur.
"Bagus lah kalau begitu, biar mereka sadar mereka gak bisa apa - apa tanpa mbak!" Gita setuju dengan apa yang aku lakukan.
"Mbak mau mandi dulu, bentar lagi magrib!" Aku melangkah kan kaki ku menuju kamar mandi.
Aku langsung membersih kan tubuh ku, dan semua itu membuat ku lebih segar. Aku keluar dari dalam kamar mandi dan melihat Gita sedang asyik dengan ponsel nya.
"Mandi dulu sana, bentar lagi magrib!" Aku menyuruh Gita untuk mandi.
"Bentar lagi mbak, lagi seru ni!" Gita tampak fokus dengan ponsel nya.
Aku hanya bisa geleng - geleng kepala melihat adik sepupu ku ini, Gita kalau sudah berhadapan dengan game online bisa lupa waktu.
"Git, udah adzan magrib ni. Buruan mandi!" Aku merampas ponsel Gita setelah aku selesai berwudhu.
"Duh mbak tanggung banget ni padahal bentar lagi aku menang!" Gita tampak memanyunkan bibir nya karena ponsel nya aku rampas.
"Mandi sana, anak perempuan kok main game hingga lupa waktu!" Aku mengomeli Gita.
Gita segera pergi ke kamar mandi dan aku bergegas melaksanakan kewajiban 3 rakaat ku. Hingga aku selesai sholat magrib, Gita belum keluar dari dalam kamar mandi.
"Anak perempuan kok mandi nya lama amat!" Guman ku sambil melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Tidak lama kemudian Gita keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang masih di gelung dengan handuk.
"Gak sholat Git?" Tanya ku pada Gita.
"Lagi dapet mbak!" Jawab Gita santai.
"Oh, bukan karena dapet malas nya?" Aku bertanya pada Gita.
"He he! Mbak tahu aja!" Jawab Gita sambil tersenyum.
Aku menggeleng kan kepala melihat tingkah adik sepupu ku itu, aku menunggu Gita selesai berpakaian. Lalu aku mengajak nya turun ke bawah.
"Mau makan malam dengan apa Git?" Tanya ku pada Gita.
"Aku mau makan bebek bakar, seperti nya enak. Kita pesan aja deh lewat gofood!" Saran Gita
"Boleh deh!" Aku langsung mengutak- atik ponsel ku untuk memesan menu untuk makan malam kami malam ini.
Karena Mas Randi masih berstatus sebagai suami ku, aku pun tidak lupa memesan untuk nya juga. Tapi untuk Mia, aku tidak perduli dia mau makan dengan apa malam ini. Stok sayur di kulkas masih ada, dan besok bi Sri mau aku minta belanja lagi.
Kami berdua ngobrol di ruang tamu dan kulihat ruang keluarga sudah rapi, tidak lagi berantakan seperti tadi.
"Mas Randi nya mana mbak?" Gita bertanya pada ku sambil berbisik.
"Gak tahu mbak, di kamar nya mungkin!" Aku mengedik kan bahu ku.
Benar saja dugaan ku, tidak lama kemudian mas Randi keluar dari dalam kamar tamu yang selama ini dia tempati. Dan aku tidak melihat keberadaan Mia, mungkin dia sedang ada di kamar nya. Ups, ralat, gudang maksud ku.
Mas Randi berjalan melewati ku, dia menaiki tangga menuju ke lantai atas. Aku heran untuk apa dia pergi ke atas, sedangkan kamar nya ada di bawah.
"Kamu tunggu di sini dulu ya!" Aku meminta Gita menunggu sebentar.
Aku langung naik ke atas mengikuti mas Randi, entah lah kenapa aku curiga dengan nya. Kulihat mas Randi memasuki kamar ku yang memang sengaja tidak aku kunci, dia tampak membuka nakas yang ada di samping tempat tidur.
"Sedang apa kamu mas?" Tanya ku pada mas Randi.
"Eh Rin. Mas cuma mau ambil jam tangan mas aja. Bosen pake jam tangan yang itu itu saja!" Mas Randi berkata sambil meraih 2 buah jam tangan milik nya yang memang tersimpan di sana.
"Kau tidak berhak memakai barang apapun yang aku beli dengan uang ku mas!" Aku berkata sambil mengambil kembali jam tangan yang sudah berada di tangan nya.
"Tapi Rin, aku bosen pake jam itu - itu saja!" Mas Randi memberikan alasan.
"Jika kau bosen, kau bisa beli yang lain nya mas. Tapi aku tidak akan pernah mengizinkan kau menggunakan kembali barang apapun yang di beli dengan uang ku!" Aku berkata dengan tegas.
"Rin, aku ini suami mu. Jadi aku berhak atas apapun yang ada di sini!" Mas Randi berkata dengan tidak tahu malu.
"Calon mantan suami, jika aku menggugat mu karena pernikahan sirih mu dengan Mia sekarang. Maka aku pastikan semua nya akan di kabul kan oleh hakim, dan kau bisa di penjara. Jadi jangan melakukan sesuatu hal yang bisa membuat aku menggugat mu!" Aku berkata dengan berani di hadapan mas Randi
Wajah mas Randi tampak langung berubah, aku tahu mas Randi takut di pecat dan dia juga takut di penjara. Maka nya mas, jangan coba - coba bermain api kalau kau takut terbakar.
"Keluar kau dari kamar lu sekarang juga!" Aku mengusir mas Randi.
"Tapi Rin, aku mohon berikan pada ku jam tangan itu!" Mas Ransi menunjuk pada sebuah jam yang saat ini sudah berada di tangan ku.
"Keluar sekarang juga!" Aku berkata dengan lantang.
Mas Randi akhirnya keluar dari dalam kamar ku dengan perasana kecewa. Ya Allah ampuni aku yang sudah meninggikan suara di hadapan suami ku sendiri.
Aku terduduk di tepi tempat tidur, sesungguhnya aku tidak tega pada suami ku sendiri. Tapi penghianatan yang sudah dia dan keluarga nya lakukan pada ku telah membuat sisi jahat didalam diri ku bangun.
'Ampuni aku Ya Allah, aku sudah bersikap kasar pada suami ku!' Batin ku sambil berlinang air mata.
Aku segera menghapus air mata yang sempat mengalir di pipi, aku harus kuat. Aku tidak boleh lemah di hadapan nya. Jika aku lemah, maka mas Randi dan juga keluarga nya serta Mia pasti bisa menguasai ku.
Aku turun ke bawah dan aku lihat makanan yang sudah aku pesan sudah tiba, Gita langsung membawa makanan itu ke dapur. Gita dengan cekatan menyajikan makanan itu di dalam piring, 3 porsi bebek bakar lengkap dengan sambal dan lalapan nya. Tidak lupa dengan jus mangga kesukaan ku serta buah makanan penutup ny.
"Mbak, mas ayo makan!" Gita berkata sambil tersenyum.
Aku dan Gita langsung duduk di di meja makan, begitu pula dengan mas Randi. Ku lihat wajah mas Randi tampak di tekuk, dia masih kesal pada ku karena gagal mendapat kan apa yang dia ingin kan.Tapi aku tidak perduli, dia harus terbiasa tanpa dukungan dan juga uang ku lagi sekarang.