Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19 | Tamparan Darius
"Owh kamu nantang saya ceritanya, saya buka ya handuknya di depan kamu, saya mau liat reaksi kamu," ujar Javas dengan sengaja. Mendengar hal itu, Isvara sontak langsung menutup matanya dengan rapat-rapat. "Nggak usah gila deh, Om. Aku emang nggak akan terpesona, tetapi aku juga nggak sudi liatnya."
Bohong jika Isvara berkata dirinya tidak terpesona, padahal ia begitu terpesona dengan postur tubuh Javas yang sangat menawan. Otot-ototnya juga begitu kerennya, tetapi Isvara tidak akan mau mengakuinya. Ia begitu malu sekali.
"Saya bercanda lagi, udah ah, saya mau pake baju dulu. Setelah ini kita ke bawah, temuin orang tua kamu. Kamu juga ganti baju sana," titahnya. Javas merasa ia sedang tidak ingin berdebat ataupun bercanda lagi, di bawah banyak orang yang menunggunya. Mereka pasti tidak akan suka jika harus menunggu lama.
"Om aja yang pake baju, aku nggak mau ganti baju. Soalnya bakalan butuh banyak waktu, nanti yang akan makin lama deh," jawab Isvara. Dirinya tadi tidur hanya sebentar, bajunya masih aman begitu juga riasannya yang masih sangat awet. Tiana benar-benar effort sekali, sampai MUA pun dipilihkan yang terbaik padahal pernikahannya hanyalah pura-pura.
"Terserah kamu."
Setelah beberapa menit, Javas sudah berganti pakaian dengan pakaian santai. "Ayo kita turun."
Isvara mengangguk setuju, walau jantungnya berdetak tidak karuan. Karena memikirkan cara untuk menghadapi kemarahan kedua orang tuanya.
Sedangkan Javas malah terus memegangi bibirnya, bibir yang tadi mencium pipi Isvara. "Kenapa rasanya aku menginginkannya lagi ya?" gumamnya pelan.
Javas menjadi bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Apa pipi Isvara itu mengandung narkoba yang bisa membuat orang kecanduan, hingga sekarang dirinya seperti tengah kecanduan dengan pipi Isvara. Itu baru pipi, belum bibirnya.
"Kita gandengan tangan agar terlihat mesra saat turun tangga," ajak Javas yang langsung memegang tangan Isvara tanpa aba-aba saat hendak menuruni tangga.
Sampailah pasangan suami istri itu di ruang tamu, di sana memang sudah ada kedua orang tua Isvara ditambah dengan Eyang Isvara.
Mereka semua langsung berdiri ketika Isvara dan Javas sudah ada dihadapan mereka, Isvara melirik Ineisha dengan sinis. Dirinya jelas tahu, yang membuat kedua orang tuanya datang ke sini adalah Ineisha. Ineisha juga pasti sudah memberitahukan semuanya pada keluarganya.
"Isvara sayang, apa yang Ineisha katakan pada kami semua enggak bener 'kan, Nak?" tanya Aina yang langsung menghampiri putri sulungnya.
"Semuanya bener kok, Ma. Itu memang kenyataannya, perkenalkan ini Mas Javas suamiku sekaligus Papa mertua Ineisha, Papa, Mama sama Eyang belum pernah ketemu 'kan sama Mas Javas," ujarnya memperkenalkan sang suami dengan senyum manisnya.
Javas berinisiatif menyalami mertuanya, tetapi tangan suami Isvara itu langsung ditepis oleh mereka.
Jika Javas hanya besannya saja, tidak menikah dengan Isvara. Pasti mereka dengan senang hati membalas salaman Javas, apalagi dari kacamata bisnis tentu Darius tidak ingin menyianyiakan kesempatan. Namun, sekarang semua berbeda. Mereka terutama Darius tidak sudi menjadikan Javas yang usianya beda 11 tahun lebih muda darinya kini malah menjadi menantunya, suami dari anak sulungnya yaitu Isvara.
"Isvara, kalo kamu mau main prank. Bukan gini caranya, ini benar-benar nggak lucu. Papa nggak suka dengan cara kamu seperti ini," ucap Darius dengan emosi.
Isvara menarik napas, lalu ia keluarkan. Gadis itu melakukan hal itu agar bisa menahan emosinya, ia tidak mau ikut meledak sekarang. "Pa, ini sungguhan. Bukan prank, Isvara juga lagi nggak ngelucu. Isvara memang sudah menikah dengan Mas Javas pagi tadi."
Plak
Suara tamparan yang berbunyi nyaring itu, mendarat mulus di pipi Isvara. Darius–lah yang telah menampar putri sulungnya dengan keras dan tanpa perasaan.
Darius memang tadi berjalan menghampiri Isvara dan langsung menampar putrinya tanpa perasaan, semua yang ada di ruang tamu jelas sangat terkejut dengan perilaku Darius. Mereka tidak menduga, Darius akan menampar Isvara.
Isvara sendiri tanpa sadar air matanya membasahi wajahnya, pipinya memang sakit karena tamparan yang diberikan Papa. Namun, ia merasa hatinya lebih sakit. Setelah bertahun-tahun, baru kali ini Isvara mendapatkan tamparan dari Papa. Gadis itu sadar telah berbuat salah, ia tidak masalah bila dimarahi. Dengan senang hati ini akan mendengarkan suara omelan, dibandingkan harus mendapatkan kekerasan walau hanya tamparan.
"Mas Darius, kamu jangan keterlaluan dong. Isvara itu putri kita, enggak seharusnya kamu berlaku kasar kayak gitu. Kamu liat, pipi putri kita merah karena tangan kamu," ujar Aina membela Isvara, ia langsung memeluk putrinya.
"Maafin, Papa ya, sayang. Papa nggak niat buat nampar kamu kok," ucap Aina sambil terisak, wanita itu masih memeluk putrinya yang menangis. Ia mengulurkan tangannya untuk membelai pipi Isvara yang terkena tamparan dari suaminya sendiri.
Isvara yang masih menangis, mencoba melepaskan pelukan Mamanya. Jelas ia tidak akan bisa memaafkan perbuatan sang Papa yang menurutnya sangat keterlaluan, karena melakukan kekerasan tidak dapat dibenarkan walaupun memiliki alasan.
Setelah berhasil terlepas dari pelukan Mamanya, Isvara langsung menatap nyalang sang Papa. "Kenapa Papa tega nampar aku? Aku tidak merasa berbuat salah, aku hanya menikah dengan pria yang aku cintai. Apa itu salah?"
"Berhenti berdrama, Isvara. Akui saja bahwa kamu memang sengaja melakukan hal ini untuk mengerjai kami."
"Berdrama apa, Pa? Ini kenyataan, Papa harusnya sadar tidak mungkin aku bermain-main dengan pernikahan." Isvara merutuki ucapannya, karena ternyata ia sekarang sedang mempermainkan pernikahan demi menghancurkan pernikahan sang adik.
"Kamu gila apa gimana, Isvara. Kamu menikah tanpa kasih tau Papa sama Mama, kamu nggak anggap lagi kami orang tua kamu. Nggak ada orang kayak kamu nikah seenaknya, enggak inget kamu itu punya keluarga? Apalagi kamu menikah sama pria yang usianya jauh diatas kamu, bahkan Papa sama pria yang kamu nikahi hanya beda 11 tahun. Ini sangat nggak wajar, Isvara," makinya tanpa perduli.
"Oke, aku minta maaf kalo nggak bilang apa-apa sama Papa dan Mama. Aku punya alasan kuat, Pa. Yang harus papa tahu, aku udah dewasa, Pa. Aku bebas menentukan untuk menikah dengan siapa. Aku cinta sama Mas Javas, aku nggak perduli sama umur kami. Aku udah duga Papa dan Mama nggak akan setuju, jadi aku putusin buat kawin lari aja sama Mas Javas. Toh, Papa sama Mama dan yang lainnya nggak perduli sama aku, buktinya aku ngilang dari semalam apa kalian sadar? Apa kalian berusaha cari aku, kalian nggak perduli? Nyatanya kalian tetap menikahkan Ineisha, sekalipun aku nggak ada. Mungkin memang lebih baik aku nggak pernah ada di keluarga Heksatama dibandingkan aku nggak dianggap."
"Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu, Isvara. Sepertinya kamu memang pantas ditampar," kata Darius tidak habis pikir dengan perbuatan putrinya.
Berbeda dengan Rieta dan Aina yang tertegun mendengar ucapan Isvara, mereka memang tidak menyadari ketidak hadiran Isvara pada saat pernikahan Ineisha. Padahal sebagai Kakak, Isvara harusnya hadir dihari bahagia adiknya.
Keluarga Heksatama baru sadar jika tidak ada Isvara diantara mereka, setelah acara pernikahan selesai dan Ineisha bersama suaminya pergi ke rumah keluarga sang suami.
mampir juga dikaryaku yuk/Smile/