Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Kembalikan handphone ku," pinta Ayana.
"Oh tidak semudah itu Nona manis," ucap seorang pria berpenampilan preman itu.
"Kalian ini siapa? Tiba-tiba mengganggu ku seperti ini!" teriak Aya sambil memundurkan langkahnya.
"Kami bukan siapa-siapa kok, kau jangan takut, kita bertiga akan membuatmu melayang diatas awan Sayang," ucap salah satu orang tersebut, terdengar begitu menjijikkan bagi Ayana.
"Cuih, jangan macam-macam ya! Kau pikir aku sudi bersenang-senang dengan kalian," cetus Ayana.
"Kau jangan pura-pura sombong dan jual mahal perempuan sialan, bilang saja, sudah berapa pria yang sudah meniduri mu," ucap salah seorang preman tersebut yang membuat emosi Ayana semakin tersulut.
"Plaaak!" Tamparan mulai melesat ke pipi preman tersebut namun bukannya merasa sakit, preman tersebut malah merasa senang dengan tamparan yang di layangkan oleh Ayana.
"Oh shiiit! Tamparan tanganmu saja begitu menghangatkan pipiku apalagi tubuhmu Sayang, rasanya aku mulai tidak sabar," ucap preman tersebut sambil memajukan langkahnya ke arah Ayana.
Ayana mulai memundurkan langkahnya matanya mengintai jalan mana yang nantinya akan di pilih untuk menghindar dari cengkraman ketiga orang ini.
'Ya Allah lindungilah aku dari kejahatan manusia-manusia biadab di depanku ini,' pinta Ayana di dalam doanya.
*****
Di dalam rumah, saat ini perasaan Anjar gelisah tak menentu biasanya jam segini anak perempuannya itu sudah pulang, tapi siang ini Aya masih belum menunjukkan batang hidungnya.
"Astaga Nak, kenapa telepon dari ibu tidak kau angkat," ucap Anjar harap-harap cemas.
Anjar pun langsung keluar dari rumah, tiba-tiba saja pas dirinya hendak membuka pintu, seekor kucing menerjangnya dari arah depan.
"Meooong!" seru kucing itu sambil menerjang tubuh Anjar sampai-sampai ibu Ayana itu bergidik ketakutan.
"Astaga! Kau ini mengagetkan orang saja," umpatnya yang semakin kesal, karena memang hatinya yang mulai campur aduk tak menentu.
*******
Ayana terus berlari dari kejaran ketiga preman itu, langkahnya kian di percepat agar cepat menghilangkan jejak. Namun di pertengahan jalan tiba-tiba saja langkahnya di hentikan oleh Sese yang sudah tidak asing lagi baginya.
"Hah! Pak Dani!" pekik Aya.
"Mau lari kemana kau perempuan sialan!" desis Dani.
"Minggir jangan halangi langkahku," ucap Ayana yang masih belum menyadari kalau semua ini rencana dari Dani.
"Oh tidak segampang itu perempuan sialan, kau sudah berani menentang ku, maka kau puka harus menanggung resiko atas kesombonganmu itu," cetus Dani.
"Apa! Ini semua kau yang merencanakan," telisik Ayana, sambil melihat ke segala arah dan orang-orang itu saat ini tengah mengelilinginya.
Perempuan itu masih berusaha untuk berjuang, menghadapi ke empat pria bajingan ini, menghalau semua rasa takutnya, untuk mempertahankan sebuah mahkota yang sudah dia jaga sampai sekarang, kalaupun dia harus meninggalkan di tangan ke empat orang ini, setidaknya dia sudah berusaha untuk melindungi mahkotanya.
"Ya Allah tolong selamatkan aku!" jeritnya seraya meminta pertolongan.
"Heh! perempuan sialan, serahkan saja tubuhmu untuk kita berempat di jamin kau akan ketagihan dan memintanya lagi," ucap Dani, terdengar begitu menjijikkan.
"Sampai kapan pun aku tidak sudi di sentuh oleh iblis seperti kalian ini," tolak Ayana mentah-mentah.
"Kamu sudah masuk ke perangkap kami, jangan sok jual mahal kau! Lihat saja sebentar lagi kau akan melayani kami berempat!" desis Dani yang sudah mendekat ke arah Ayana.
Sontak saja perempuan itu langsung menendang alat vital Dani dengan begitu keras, sehingga membuat pria itu menjerit akibat tendangan brutal dari Ayana.
"Auuuuu, memang kau perempuan kurang ngajar!" geram Dani sambil menahan rasa sakitnya.
Sedang anak buah yang lain langsung tertawa menyaksikan kejadian ini, ketika mereka asyik menertawakan bos nya itu Ayana mulai mencari cara untuk keluar dari jeratan mereka ini.
Dia pun mulai berlari, sejauh mungkin namun sayang rencananya itu gagal, karena langkah mereka terlalu cepat untuk menangkap tubuhnya, saat ini tangan Aya di tarik dengan tarikan yang begitu kuat.
"Lepas, pria bajingan lepas!" teriak Ayana.
Kau meminta untuk di lepaskan tidak semudah itu perempuan tengil," ucap salah satu preman tersebut.
Dani pun mulai mendekat ke arah Ayana dengan emosi yang memuncak. "Plaaak ... Plaaak." Tamparan itu mendarat ke pipi Ayana secara berulang kali.
"Ini pelajaran untuk mu yang sudah kurang ngajar terhadap ku!" geram Dani.
Ayana berusaha untuk terlepas dari cengkraman para pria yang sedang memegangi kedua tangannya, gadis ini benar-benar berada dalam tekanan ke empat pria kurang ngajar ini, bahkan sepertinya Dani masih belum puas ingin menyabat tubuh Ayana menggunakan sabuk pinggang miliknya.
"Stop! Jangan lakukan itu," cegah Ayana ketika Dani sudah mulai melambaikan ikat pinggangnya.
"Kau tidak bisa mencegahku, perempuan sialan!" sarkas Dani.
"Crack ... Crack ... Crack." cambukan demi cambukan mulai mengenai tubuh Ayana.
Teriakan gadis itu seolah menjadi bahan lelucon bagi ke empat pria bejad ini, bahkan mereka tega berbuat kasar terhadap seseorang perempuan yang notabene sangat lemah sekali.
Ketika Ayana sedang mendapatkan siksaan yang sangat luar biasa, saat itu pula Andre sudah berada di jalan tempat di mana Aya bercerita tadi di telepon, awalnya dia ingin menyuruh asisten pribadinya, namun suara pria yang terdengar seperti mengancam Ayana membuat Andre harus turun tangan sendiri dan meninggalkan meeting nya hari ini juga.
"Sayang, kau ada di mana," ucap Andre dengan khawatir.
Andre pun mulai menelpon kembali handphone Ayana, dan pria itu menemukan gelombang suara dari handphone terbaru. "Astaga handphone Ayana ada di sini," ucapnya sambil menelisik.
Setelah itu mata Andre menyapu ke segala arah, untuk mencari petunjuk di mana Ayana di bawa oleh pria itu, hingga pada akhirnya netra Andre menemukan sebuah benda yang selalu di bawah Ayana.
"Hah, bukankah itu tas dari Aya," ucap nya sendiri sambil mengambil tas tersebut.
"Berarti Aya tidak jauh dari tempat ini," gumam Andre sambil terus melangkah siapa tahu dirinya menemukan bukti kembali.
Andre terus menyusuri jalanan yang penuh semak-semak dan tidak lama kemudian dia menemukan selisih sepatu Ayana, hatinya begitu hancur melihat satu persatu benda dari Ayana yang tercecer begitu saja.
"Ay, apa kau baik-baik saja, tunggu aku," ucapnya dengan penuh ketakutan, takut kalau sampai sesuatu yang tidak di inginkan menimpa Ayana.
Andre terus berlari hingga dirinya menemukan kembali pasangan sepatu Ayana dan benar Ayana di bawah di tempat yang begitu sepi, emosinya sudah mulai memuncak ketika mendengar jeritan seorang perempuan yang di yakini itu suara dari Ayana.
"Auuuuu, tolong hentikan!" teriak suara itu.
"Ay, apa itu suaramu?"
Andre segera berlari ke arah sumber suara tersebut, sedangkan Ayana saat ini mencoba untuk melindungi dirinya sendiri dengan separuh tenaga yang tersisa, apalagi mereka berempat sudah mulai menarik-narik baju Ayana hingga sebagian dari bajunya sudah robek parah.
"Tolong ... Tolong ....!" teriak Ayana yang sudah tidak sanggup lagi menghadapi ke empat orang tersebut.
Catatan penulis :
Selamat pagi Kakak-kakak semoga suka ya dengan kelanjutan bab ini.❤️❤️❤️🤣🤣🤣
siapa ya yg coba memeras Bu Retno