Mika dan Dena dua teman masa kecil yang dipertemukan kembali lewat dunia yang nyatanya tak seluas itu, dikehidupan berikutnya keduanya malah kembali menjadi musuh dalam selimut dan lupa dengan identitas satu sama lain dimasa lalu, siapakah yang akan sadar duluan dengan hubungan lama mereka, atau justru keduanya malah tak akan pernah ingat dan kenangan manis dulu hilang lenyap begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chacasdks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan dari Semesta
"Kak aku cuma mau pulang bukan menghilang, lepasin gak tangan aku"
"GAK POKOKNYA SEHARIAN INI HARUS SAMA AKU"
"bukannya kamu udah gak butuh aku?"
"MIKA STOP LAH NGOMONG GITU"
Kepala Mika yang awalnya baik-baik saja nampaknya sudah mulai tertular pusing, bagaimana tidak laki-laki dewasa yang saat ini menjadi Dosen nya sungguh tak biarkan dirinya barang beranjak sedikitpun, bahkan ketika Dena tertidur pun laki-laki itu dapat dengan mudah terbangun sebab pergerakan Mika. Bukannya ia tak ingin tinggal lebih lama, hanya saja masih ada tugas yang perlu ia selesaikan malam ini.
"masih ada Kak Aslan loh di bawah, nanti aku panggil deh kalau kamu takut di kamar sendiri" Dena menggeleng cepat, "aku gak takut Kay, cuma mau kamu aja yang nemenin aku bukan Aslan"
Mika memijat keningnya pelan, ia tak menyangka jika Dena punya sisi seperti ini, manja melebihi dirinya sendiri yang notabene nya anak tunggal. "kamu udah mendingan kok Kak, gak usah lebay gitu, pokoknya aku mau pulang" ujar Mika, kali ini dengan tegas, membuat Dena menghela pasrah, ia lepas pegangan tangan itu pelan, kini Dosen muda itu terlihat murung bak anak kecil yang mainannya tengah di rebut.
"Kak, jangan marah dong aku kan besok masih ada kegiatan, kali ini aku gak nginep dulu ya?" bujuk Mika selembut mungkin. Namun wajah itu masih tetap cemberut, ini gawat, sebab pertahanan Mika bisa runtuh kapan saja
"yaudah gak apa-apa, tapi pulangnya aku anter ya?"
Mika mendengus sabar, bagaimana bisa manusia yang masih lemah ini menyetir untuknya, "kamu masih sakit Kak, istirahat yang cukup, oke?" Dena tak menjawab, bibir itu masih cemberut, Mika rasanya sudah ingin menyerah membujuk bayi besar ini, tapi namanya terlanjur cinta apa saja akan dilakukan.
Tangan mungil itu terangkat untuk usap sisi wajah Dena, buat sang empu sedikit mendongak menatap lekat Mika. "sebagai ganti rugi gak nginep, aku ajak makan di luar mau gak? Aku jajanin" dengusan disertai senyum simpul kini tercetak di wajah Dena, membujuk Dena dengan hal kecil seperti mengajaknya pacaran adalah satu kelemahan yang Mika tau.
"kamu memang paling pintar membujuk saya dari dulu" alih Mika terangkat sebelah, meskipun Dena kini sudah resmi menjadi pacarnya tetap saja terkadang laki-laki itu kadang masih menggunakan bahasa formal padanya.
"jadi, Pak Dosen mau gak kalau saya ajak pacaran sebagai ganti rugi?" bujuk Mika sambil menaik turunkan kedua alisnya, buat Dena tak dapat menahan senyumnya lagi ketika Mika sudah memanggilnya seperti itu.
"mau lah, nolak di ajak kamu saya mana bisa nolak" tutur Dena cepat. Mika terkekeh pelan, mendengar Dena menyebut dirinya sendiri dengan sebutan saya adalah satu hal yang paling ia suka, begitu pun Dena, mendengar Mika memanggilnya dengan sebutan Pak Dosen adalah satu hal paling candu yang ingin selalu ia minta.
"oke deh kalau begitu, yuk kita pacaran Pak Dosen"
()
Suhu tubuh yang sebenarnya belum stabil tak buat Dena lantas tidak memiliki tenaga hanya untuk menemani Mika menyantap mie ayam yang sejak kemarin ia ceritakan, warung mie tersebut terletak tak jauh dari rumah Dena, cuma perlu beberapa menit untuk dapat keduanya sambangi.
Dengan jaket yang cukup tebal laki-laki kini duduk di bangku yang masih kosong, disusul Mika yang menduduki kursi dihadapannya setelah memastikan semua pesanan sudah benar. Mika diam-diam lirik Dena yang tengah menggosok kedua telapak tangan itu, sedikit menyesali perbuatannya yang mengajak Dena keluar dalam kondisi seperti ini.
"udah kali ngeliatin nya" ucap Dena yang kini berhenti menggosok telapak tangannya itu. Ia sadar jika Mika diam-diam tengah memperhatikannya.
"aku nyesel deh minta kamu makan di luar gini, apa kita bungkus aja?" tanya Mika terdengar khawatir. "gak usah, aku udah baikan kok, makan disini aja ya Kay?" pungkas Dena meyakinkan, yang dibalas anggukan Mika.
"atas nama Kayla!" suara panggilan atas makanan yang ia pesan terdengar, buat Mika dengan sigap berdiri menuju meja pesanan untuk menerima sebuah nampan yang berisi pesanan ia dan Dena.
"Mika?" suara yang tak asing itu terdengar menyebut namanya, buat ia menoleh pada individu yang berada di sampingnya. Mata itu terbelalak kaget ketika mendapati Wanda berdiri bersama laki-laki yang belakangan ini ia juga kenal. Rasa lapar yang tadinya sudah mengrogoti perutnya kini perlahan hilang, di gantikan oleh banyak pertanyaan yang kini memenuhi kepalanya dengan cepat.
"Wanda? Kak Aslan? Kalian ngapain?"
cukup follow me.. Thank you.