JANGAB LUPA IKUTU AKUN AUTHOR DAN LIKE KOMEN CERITA INI, MAKASIH💙✨
Keyla Azalea Adhitama dan Arka Arion Adhitama. Kedua remaja itu merupakan saudara sepupu, memiliki kemampuan di luar nalar, yaitu bisa melihat sosok tak kasat mata. Tidak jarang sosok-sosok itu akan menampakan wujudnya yang mengerikan di hadapan Arka dan Keyla, bukan tanpa alasan sosok-sosok itu menampakan wujudnya, namun ada tujuan lain kenapa mereka mendatangi Keyla dan Arka.
Yuk, ikuti ceritanya sampai tamat. Bagaimana perjalanan dua remaja yang menghadapi arwah penasaran yang kerap kali mendatangi mereka, untuk minta bantuan menyelesaikan urusannya di dunia. Dan bukan hanya itu, di cerita ini juga ada kisah percintaan anak sekolah yang manis, dan anak geng motor yang di ketua oleh Arka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tatatu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian Natasha
Abizar harus segera mengoperasi pasien itu. Dan entah mengapa Abizar merasa gelisah. Tidak tau gelisah karena apa, pikirannya terus tertuju kepada sang tunangan, Natasha.
"Nama pasien?" Tanya Abizar dengan tatapan datar ke depan.
Sebentar lagi mereka akan sampai di ruang operasi.
Suster menghela nafas berat dan raut wajahnya berubah, terlihat ada kecemasan di sana. Entah apa yang membuat suster itu cemas.
"Nama pasien---Natasha Aji pratama, Dokter."
Deg.
Langkah Abizar seketika terhenti tepat di hadapan pintu ruang operasi.
Tubuhnya menegang jantungnya berdetak kencang, keadaan seketika menjadi hening dunia seakan berhenti berputar.
Dokter muda itu terpaku di tempatnya setelah mendengar nama pasien yang akan ia operasi.
"Maaf dokter. Sepertinya saya mengenal nama itu maaf jika saya lancang dan semoga itu bukan beliau. Nama pasien itu mengapa persisi seperti nama tunangan dokter Abizar?" Tanya suster hati-hati dengan pelan sambil menatap Abizar.
Ini yang membuat Abizar terkejut mendengar nama pasiennya. Nama itu persisi seperti nama tunangannya. Apa hanya kebetulan saja? Atau?.
Abizar menggeleng, rasa takut terlihat jelas dari raut wajah tampannya. Tidak mungkin itu tunangannya.
Abizar yakin Natasha ada di rumahnya.
Karena untuk apa Natasha jalan malam-malam seperti itu, Natasha tidak suka jalan malam. Gadis itu selalu bilang, angin malam tidak baik untuk tubuh.
Jadi pasti itu bukan kekasihnya, mungkin namanya saja yang sama.
Tapi kenapa nama itu persisi seperti nama tunangannya? Apa di dunia ini ada nama persisi seperti itu? Abizar mengangguk samar. Ya, dunia ini luas siapapun bisa menggunakan nama itu.
Abizar menghela nafas berat. Tangannya terkepal kuat, rasa cemas terus menghantuinya.
"Dokter, saya harap itu bukan Mbak Natasha" Kembali suster berbicara dengan suara lirih.
Mengapa bisa suster itu mengenal Natasha?
Ya, karena semua dokter dan suster di rumah sakit ini tau siapa itu Natasha, yang merupakan tunangannya dokter Abizar. Karena Abizar memperkenalkan Natasha kepada mereka semua, bukan hanya itu. Saat tunangan dulu, Abizar mengundang semua dokter dan suster di rumah sakit itu.
Abizar masih terdiam dengan pikirannya. Mencoba menenangkan dan meyakinkan hatinya bahwa itu bukan kekasihnya.
Cklk.
Tiba-tiba pintu ruangan operasi terbuka, munculah seorang dokter, kelihatannya usianya sama dengan Abizar.
"Dokter Abizar." Panggil dokter itu ketika menyadari ada Abizar.
Dokter muda itu bernama Zaidan, sama seperti Abizar, merupakan dokter bedah.
Tapi yang di panggil hanya diam saja dengan tatapan datar ke depan. Abizar masih terkejut dengan nama pasien.
Dokter Zaidan menatap suster yang berdiri di sebelah Abizar, suster menyadari tatapan Zaidan lalu menggeleng pelan, tau apa arti tatapan Zaidan.
"Dokter Abizar?" Kembali dokter Zaidan memanggil sambil menyentuh pundak Abizar seketika membuat Abizar mengerjap tersadar.
"A-ada apa dokter?" Tanya Abizar.
Dokter Zaidan menghela nafas berat, terlihat dari raut wajahnya ada kesedihan di sana. Entah apa yang membuat dokter Zaidan bersedih.
"Saya turut berduka cita atas kepulangan tunangannya dokter Abizar. Beberapa menit yang lalu tunangan dokter Abizar sudah berpulang dan operasi ini tidak bisa kita lanjutkan lagi"
Degh.
Ucapan dokter Zaidan seperti belati yang menghunus hatinya.
Tubuh Abizar menegang kaku, wajahnya berubah pucat, kakinya terasa lemas jantungnya berdetak tidak karuan.
Abizar menggeleng pelan matanya memerah.
Tidak mungkin itu tunangannya. Abizar ingin memastikannya sendiri, ingin melihat pasien itu Abizar tidak percaya dengan ucapannya Zaidan.
Dan suster yang berdiri di sebelah Abizar pun tidak kalah terkejut, mata suster itu membulat dengan mulut di bekap saking terkejutnya. Ternyata pasien itu benar tunangannya dokter Abizar.
"Dokter Zaidan, jadi be-benar itu mbak Natasha tunangannya dokter Abizar?" Tanya suster memastikan sambil menurunkan tangannya yang membekap mulut
Dokter Zaidan mengangguk pelan. "Benar suster, itu adalah tunangannya dokter Abizar. Pasien baru sampai di ruang operasi dan---tidak bisa tertolong lagi. Pasien meninggal sebelum di operasi. Sementara keluarga pasien sudah pihak rumah sakit hubungi, mereka sedang menuju ke sini." Jelas dokter Zaidan.
Abizar menggeleng.
"Tidak, i-itu pasti bukan tunangan saya dokter Zaidan" Kini air mata dokter Abizar luruh. Hatinya menolak itu bukan tunangannya.
Zaidan menggeleng pelan. Menatap Abizar dengan tatapan sendu. Dokter Zaidan tau pasti bahwa pasien itu adalah tunangan Abizar, dari wajah dan namanya pun sama. Apa lagi di setiap sosmed milik Abizar Poto profilnya selalu Natasha. Ya, memang se bucin itu Abizar kepada tunangannya.
"Beliau memang tunangannya dokter Abizar, saya tau pasti----"
Cklk.
Ucapan dokter Zaidan terpotong, kala dokter Abizar masuk kedalam ruang operasi.
"Dokter Abizar." Panggil suster---Melati.
Menatap Zaidan dengan mata berkaca-kaca ."Dokter?"
"Kenapa Natasha pergi secepat itu? Saya kenal dengan beliau, Natasha orangnya begitu baik" Ucap suster Melati dengan lirih.
Natasha adalah gadis yang baik, Suster Melati dan Natasha cukup dekat.
Dokter Zaidan menghela nafas berat.
"Namanya juga takdir suster, kematian tidak ada yang tau dan tidak memandang umur. Mau itu muda ataupun sudah tua bahkan bayi sekalipun jika sudah takdirnya, kita sebagai perawat dan hanya manusia biasa tidak bisa berbuat apa-apa.
Kita doakan saja, semoga Natasha di tempatkan di sisinya yang paling terbaik dan dokter Abizar serata keluarga Natasha bisa menerimanya, mengikhlaskan kepergiannya." Ujar dokter Zaidan.
Suster Melati hanya mengangkut sambil mengusap pipinya yang basah.
****
Dengan tubuh gemetar dan kakinya yang terasa lemas, air mata terus mengalir deras jantungnya
berdetak kencang.
Abizar berdiri di samping brankar menatap nanar tubuh terbaring kaku.
Di ruangan operasi ini masih ada beberapa suster membereskan peralatan medis, wajah pasien di tutupi oleh kain putih.
Dalam kegelisahannya Abizar berharap bahwa tubuh yang terbaring dengan di tutupi kait putih itu bukan Natasha. Sungguh Abizar berharap besar saat ini.
Dengan tangan gemetar Abizar membuka kain.
Deg.
Tubuh Abizar semakin terasa lemas ketika melihat wajah itu. Wajah yang sangat Abizar kenali bahkan selalu membuat Abizar tercandu untuk terus menatapnya.
Kehadirannya yang selalu membuat Abizar nyaman, tutur katanya yang selalu lembut dan perhatian.
Ya, tubuh yang terbaring dengan wajah pucat penuh luka itu adalah tunangannya, Natasha.
"Sa-sayang." Lirih Abizar dengan suara bergetar.
Dengan tangan yang gemetar Abizar menyentuh wajah cantik penuh luka.
Hatinya teriris ketika melihat luka-luka itu.
Beberapa suster yang ada di sana terdiam sambil menatap iba kepada dokter Abizar.
Dokter Zaidan dan suster Melati masuk ke dalam ruangan operasi.
"Ke-kenapa secepat ini?" Lirih dokter Zaidan, air matanya terus mengalir deras, dadanya terasa sesak hatinya sakit.
Abizar rasa separuh jiwanya telah menghilang. Wanita yang sangat ia cintai, wanita yang ingin ia Halalkan agar bisa hidup bersamanya setiap hari, kini telah berpulang untuk selamanya.
Mimpi-mimpi indah setelah menikah yang selalu mereka bayangkan kini sirna begitu saja.
Abizar tidak tau harus bagaimana menjalani hari-harinya setelah sang kekasih tiada.
Kenapa takdirnya seperti ini? Dua kali dalam hidupnya, Abizar di tinggalkan oleh wanita yang sangat ia cintai. Pertama sang Mamah lalu sekarang tunangannya.
Kenapa harus secepat ini? Apa Abizar boleh egois untuk tetap bersama kekasihnya? Abizar ingin kekasihnya hidup kembali.
"Kamu sudah janji akan menikah dengan ku. Sebentar lagi kamu lulus kuliah dan ki-kita akan menikah sayang. Ayo bangun, bahkan aku sudah membeli rumah untuk mu, untuk kita tinggal bersama anak-anak kita nanti!"
Mendengar tangisan dan ucapan dokter Abizar membuat hati mereka ikut sakit.
Suster Melati menundukkan kepalanya dengan bahu gemetar, sebenarnya suster Melati adalah orang yang tidak tegaan, melihat seseorang bersedih maka dirinya juga akan ikut bersedih.
Begitupun dengan beberapa suster di sana ikut menangis juga.
"A-ayo bangun, Sayang." Pinta Abizar sambil memeluk tubuh Natasha.
Kakinya begitu terasa lemas, tubuhnya gemetar hebat.
Dokter Zaidan berjalan mendekati Abizar. Berdiri di samping dokter Abizar, lalu menyentuh pundak Abizar berusaha menguatkannya.
"Dokter harus ikhlas. Tuhan lebih sayang kepada Natasha." Ucap Zaidan berusaha menenangkan.
"Ta-tapi kenapa secepat ini dokter? Sebentar lagi kita akan menikah, ta-tapi---"
Suara dokter Abizar tercekat oleh tangisnya, hatinya sakit jika mengingat mereka akan menikah dalam waktu dekat ini, karena Natasha sebentar lagi akan lulus kuliah.
Dokter Zaidan menghela nafas berat. "Saya mengerti dokter. Saya pernah di posisi dokter Abizar, kita sebagai manusia hanya bisa berencana" Ujar dokter Zaidan dengan suaranya yang semakin memelan.
Cklk.
Tiba-tiba pintu ruang operasi di buka dari luar.
"Natasha, sayang hiks." Histeris seorang wanita paruh baya berjalan cepat mendekati brankar.
Mendengar suara itu membuat Abizar melepaskan pelukannya, menatap wanita paruh baya yang merupakan ibunya Natasha bukan hanya seorang wanita namun ada juga seorang pria.
"Mamah, papah." Panggil Abizar sambil menatap kedua orang tua Natasha.
"Sayang bangun nak, ini mamah bangun sayang." Wanita itu mengguncangkan tubuh Natasha berusaha membangunkan sang putri.
"Bangun nak. Kalau kamu sayang sama mamah maka bangun lah, hiks hiks."
"Mamah sudah kita harus ikhlas." Papahnya Natasha mencekal pundak istrinya.
Berusaha kuat, itu yang saat ini papahnya Natasha lakukan.
Natasha adalah anak tunggal mereka, hanya Natasha lah yang mereka punya. Namun anak satu-satunya itu harus pergi secepat ini.
"Bangun sayang." Mamahnya Natasha memeluk tubuh putrinya yang kaku sambil menangis.
Papah Natasha beralih menatap Abizar, pria paruh baya itu berjalan mendekati Abizar berdiri di sebelahnya.
Menyentuh pundak Abizar membuat pria tampan itu langsung menatapnya.
Pria paruh baya itu berusaha tersenyum walaupun matanya sudah memerah menahan tangis
"P-pah"
Abizar memeluk papahnya Natasha menumpahkan air matanya di sana.
Ya, Abizar dan keluarga Natasha memang sudah sedekat itu.
"Natasha pah, sebentar lagi kita akan menikah ta-tapi---"
Papahnya Natasha hanya terdiam sambil menepuk punggung Abizar berusaha menguatkannya, padahal hatinya juga rapuh.
****
Makasih yang udah membaca, jangan lupa like, komen, vote dan ikuti akun Author😊🙏💙