Hari itu Jeri tak sengaja melihat Ryuna yang sedang menari sendirian di lapangan basket. Ia yang memang dasarnya iseng malah memvideokan gadis itu. Padahal kenal dengan Ryuna saja tidak.
"Lo harus jadi babu gue sampai kita lulus SMA."
"Hah?!" Ryuna kaget.
"Pasti seru." Jeri tersenyum misterius membuat Ryuna menduga lelaki itu akan menyiapkan seribu rencana untuk membuatnya sengsara.
"Seru apanya?! Fix sih, lo yang nggak waras di sini!" gadis itu menatap Jeri dengan pandangan menghujat.
Sejak hari itu, Ryuna harus selalu berurusan dengan Jeri yang senang sekali bukan hanya mengganggu namun juga menjadikannya babu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Tadi pagi Jeri mendapatkan pesan dari Ryuna, gadis itu meminta Jeri untuk tak banyak menyuruhnya karena sedang ada masalah dan mood-nya buruk.
Jeri tak begitu peduli. Serius!
Tapi karena ia merasa masih punya simpati. Akhirnya memilih untuk mengikuti saja, anggap hari ini ia juga memberikan keringanan.
Lelaki itu berada di kantin dengan teman-temannya. Ada satu hal yang membuat Jeri tak mengerti.
"Panggil aja ke sini Jer," kata Raifal melihat Jeri beberapa kali menoleh ke arah Ryuna yang sedang berada di suatu meja dengan teman sekelas gadis itu.
Jeri menoleh, ia menggelengkan kepala.
"Kenapa? Lagi berantem lo berdua?" tanya salah satu teman Jeri yang lain.
"Nggak," ucapnya.
Bukankah mood Ryuna sedang buruk? Gadis itu sedang ditimpa masalah? Lalu apa yang ia lihat sekarang?
Ryuna tampak tertawa lepas dengan teman-temanya, mengobrolkan entah apa sampai begitu terlihat asyik.
"Ryu!" teriak Raifal.
Jeri menoleh kaget. Sementara orang yang dipanggil langsung menoleh.
"Sini deh Ryu!" teriak Raifal lagi.
Jeri menatap ke arah Ryuna. Gadis itu mengernyitkan kening. Ia tampak bicara sesaat dengan teman-temannya. Kemudian mulai berdiri dan melangkah ke arah mereka. Jeri hanya diam.
Sampai akhirnya Ryuna tiba di meja mereka.
"Ada apa?"
"Kenapa lo nggak gabung di sini?"
Gadis itu menaikan sebelah alis. "Kenapa gue harus gabung?"
"Kan-"
"Udah sana balik." Jeri memotong ucapan Raifal.
Ia menatap Ryuna. "Bukannya lagi nggak mood?"
Ryuna mengerjap, lalu memutar kedua bola matanya. "Yaudah gue balik ya. Entar gue gabung lagi kalau kalian ngajak."
Gadis itu berbalik untuk kembali ke mejanya.
Apanya yang sedang ada masalah? Mood buruk? Ryuna terlihat baik-baik saja.
***
Ketika Ryuna dan teman-temannya keluar dari kantin. Jeri mengekor dengan masih menjaga jarak. Ryuna dan teman-temannya berpisah, mereka ke kelas. Sementara Ryuna masih melanjutkan langkah.
Hingga gadis itu terlihat memasuki toilet perempuan. Jeri memutuskan menunggu di luar. Ryuna menghabiskan beberapa menit di toilet.
Ketika gadis itu keluar dan melap wajahnya yang basah dengan tisu. Ia tersentak kaget melihat Jeri bersandar di dekat tembok sambil menatapnya.
"Lo ngapain di sana?" tanya Ryuna dengan kening mengernyit.
Jeri tak menjawab, malah memicingkan matanya selama beberapa saat. Kemudian, bel masuk berbunyi hingga atensi keduanya teralih.
"Eh, gue duluan," kata Ryuna.
Namun ketika hendak melangkah, Jeri mencekal tangan gadis itu.
"Nanti istirahat kedua datang ke lapangan indor," katanya lalu melepaskan tangan Ryuna. Ia membalikkan tubuh dan melangkah pergi.
Ryuna menghela napas, ekspresinya tak terbaca. Gadis itu kembali melanjutkan langkah ke arah yang berlawanan dari Jeri.
***
Lapangan indor pada istirahat kedua ini dipakai oleh beberapa anak IPS untuk bermain voli. Ryuna dan Jeri juga ada di sana, namun hanya melihat di bagian kursi penonton.
"Masalah lo udah kelar?" Jeri memulai pembicaraan lebih dulu.
Ryuna menggeleng. "Entahlah, gue nggak tahu. Gue rasa masalahnya di luar kendali gue."
"Kenapa?"
"Masalah utamanya bukan ada di gue," ucap Ryuna, ia ingin bercerita dan didengarkan, tapi tak begitu yakin apakah Jeri orang yang tepat untuk itu.
Ryuna juga tak ingin seolah begitu terbuka pada Jeri yang notabennya bagian dari salah satu 'masalah' dalam hidupnya. Tapi Jeri punya berbagai pandangan, mungkin saja secara tak sengaja lelaki ini bisa membantunya?
"Jer, orang yang saling suka emangnya sering berantem ya? Maksud gue, lo kan punya bokap nyokap. Oke mungkin untuk beberapa hal mereka berantem, tapi kalau terlalu sering, itu wajar nggak?"