Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu kembali
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Mom???........ Apa katanya tadi, Mom?..... " Renaldo sedikit terkejut. hadapan nya seketika runtuh.
Ia harus kembali menerima kenyataan jika Nathaniel lebih unggul darinya dalam hal apapun. untuk sesaat Valdo tersenyum miris. namun tiba-tiba ada seseorang yang tak sengaja menabraknya hingga menimbulkan kegaduhan.
BRAK
"Ahhhh,maaf Dok, saya kurang hati-hati. maaf karena saya tidak menyadari keberadaan dokter di sini." Ucap seorang wanita yang merupakan pengunjung rumah sakitnya.
"Tidak apa-apa." Jawab Valdo sembari tersenyum ramah sehingga membuat beberapa pengunjung terpana dengan ketampanan parasnya.
Keributan yang timbul itu menarik perhatian Gladys yang berdiri tak jauh dari sana. Wanita itu nampak terpaku karena kembali bertemu dengan sosok yang sudah lama menghilang dan kini kembali muncul dengan Versi yang berbeda.
"Kak," Ucapnya dengan lirih sembari melangkah mendekati Valdo.
Pria itu tersenyum canggung saat menyadari, Gladys Tengah menatapnya sembari melangkah mendekat.
"Hay Glad, senang bertemu denganmu lagi." Sapa Valdo meskipun dalam posisi yang canggung mengingat mereka berada dalam situasi yang sulit di jelaskan.
Valdo yang masih mengharapkan cinta Gladys, terpaksa harus gigit jari setelah mendengar bahwa perempuan itu tengah mengandung benih Nathaniel, yang merupakan mantan sahabatnya.
"Ya.... senang bertemu dengan kakak lagi!" Ucap Gladys sembari buru-buru memasukkan buku pemeriksaan nya ke dalam tas agar Revaldo tak mencurigainya.
Meskipun apa yang ia lakukan sia-sia karena Revaldo sudah mengetahui tentang kehamilannya.
Valdo tersenyum kecil sembari membuang muka ke arah lain. Ia sungguh merasa miris dengan dirinya sendiri yang masih terbelenggu oleh cinta seorang wanita yang telah bersuami.
Terlebih, suaminya adalah mantan sahabatnya sendiri.
Sebegitu Menyedihkan nya Ia sehingga Gladys pun nampak tak berminat untuk memberitahunya tentang kabar bahagia ini. atau itu adalah wujud perhatian Gladys padanya agar tidak semakin sakit hati dengan kehamilannya?
Entahlah, yang jelas Valdo merasa dirinya seperti seorang pecundang saat ini.
Tak ingin terlalu lama bersama Gladys, Valdo memilih segera angkat kaki dari sana. "Baiklah Gladys, masih banyak yang harus aku kerjakan. Maaf, aku pamit terlebih dahulu, semoga temanmu lekas sembuh!"
Ucap Valdo sembari memberikan sentuhan pada bahu Gladys sebelum pergi meninggalkan tempat itu.
Bukan Tanpa Alasan Valdo berkata demikian, karena tempo hari saat Bertemu Gladys untuk pertama kalinya, Wanita itu mengatakan keberadaan nya di rumah sakit itu untuk mengunjungi temannya yang tengah sakit.
Oleh sebab itu Valdo mengikuti Cara main Gladys untuk membohongi dirinya. agar, wanita itu tak malu sudah ketahuan berbohong.
Gladys tak bergeming dan hanya diam saat Valdo melangkah melewati dirinya. Wajahnya nampak satu seolah-olah menguarkan kesedihan yang mendalam.
"Maaf," Hanya satu kata itu yang dapat keluar dari bibir mungilnya sesaat setelah Valdo melangkah jauh.
Dan Tanpa di sadari keduanya pula, Clara ada di sana tengah menatap keduanya penuh curiga dengan senyum sinis yang sejak tadi menghiasi wajahnya cantiknya.
"God Job Glad, akhirnya aku menemukan kelemahanmu! Siapa sangka, Nyonya muda haditama telah menjalin hubungan dengan pria lain di belakang suaminya sendiri." Gumamnya sembari terus merekam kegiatan Gladys sejak tadi.
Meskipun di dalam hati, Clara bertanya-tanya untuk apa kakaknya itu berada di klinik dokter kandungan. Apakah ada temannya yang sakit? atau malah jangan-jangan......
Clara terbelalak ketika terlintas pikiran jika Gladys tengah memeriksa kan dirinya sendiri. atau jangan-jangan selama ia tak ada di Surabaya apakah Nathaniel dan Gladys sudah melakukannya?
"Tidak-tidak, ini tidak boleh terjadi! ini tidak mungkin, Tidak mungkin kak Nathaniel melakukan itu padanya."
Meskipun berucap demikian, entah kenapa hati Clara masih merasa tak tenang sehingga ia perlu membuktikan sendiri jika dugaan nya itu salah.
Setelah lama diam, Clara memutuskan memasukan ponselnya itu di dalam tas dan kembali ingin fokus kepada Gladys. Namun, Saat ia kembali mengangkat wajahnya ternyata kakak angkatnya itu sudah tidak ada di tempatnya semula.
"What? kemana dia?" Gumam Clara sembari menoleh kesana kemari mencari keberadaan Gladys, namun tak kunjung ketemu.
"Ahh lupakan saja! lebih baik aku segera mencari informasi tentang apa sebenarnya yang di lakukan Gladys di sini?" Gumamnya sembari melangkah menuju ke arah resepsionis.
Di sana kemunculannya di sambut ramah oleh seorang wanita berpakaian perawat yang tengah tersenyum ke arahnya.
"Selamat siang ibu, Ada yang bisa saya bantu?"
"Ahh iya ada, bolehkah aku bertanya! apakah di sini ada nama pasien yang bernama Gladys Hadiatmaja?" Tanya Clara dengan suara lirih dan nampak terdengar seperti sebuah bisikan.
Perawat itu menatap Clara dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kening yang mengerut.
Ia terikat kode etik profesi sehingga tidak mungkin ia mengatakan identitas pasien sembarangan kepada orang lain.
"Maaf bu, anda siapa?"
"Oh iya, maaf saya adalah adik dari Nyonya Gladys, Saya tadi membuat janji dengannya di rumah sakit ini. tapi saya datang terlambat, kebetulan saya baru pertama kali datang ke rumah sakit ini jadi kurang paham seluk beluk rumah sakitnya." Jawab Clara dengan tenang sehingga Perawat itu tak semakin curiga.
"Oh begitu ya, Nyonya Gladys baru saja pergi setelah melakukan pemeriksaan tadi. Baru saja ia keluar, apakah anda tidak bertemu dengannya saat menuju ke mari?"
"Benarkah?....... yah sayang sekali," Ucap Clara dengan memasang wajah kecewa.
"Mungkin beliau belum jauh, anda bisa mengejarnya sekarang!"
"Tidak, itu akan sia-sia saja, aku hanya ingin tau sebenarnya kakakku sakit apa? kenapa ia menyembunyikan semua ini dari keluarga kami?"
Melihat Wajah Clara yang begitu kawatir. seperti nya perawat itu merasa kasihan dan tidak menaruh kecurigaan sedikit pun jika Clara tengah bermain peran di hadapannya.
"Sepertinya anda salah paham ,Nona."
"Salah paham, apa maksudmu?" Kening Gladys nampak mengerut tak sabar ingin mendengar sebenarnya Gladys kenapa.
Perawat itu tersenyum, ia tak bisa menjelaskan terlalu jauh karena bukan kapasitasnya menjelaskan tentang kehamilan Gladys, meskipun wanita yang ada di hadapannya saat ini mengaku sebagai adik pasiennya.
"Maaf Nona, saya tidak memiliki kapasitas untuk menjawabnya. lebih baik anda menunggu nyonya Gladys untuk mengatakannya sendiri kepada kalian."
Setelah mengatakan itu, Perawat itu meminta seseorang yang berdiri di belakang Clara untuk maju ke depan.
Dan tanpa di duga seorang wanita menyenggol tubuh Clara hingga tubuh ramping nan seksi itu terjerembab ke lantai dengan cukup keras.
Buk
"Hei," Tegur Clara dengan nada tinggi. "kau buta apa bagaimana? bisa-bisanya kau mendorong ku seperti itu." Ketuanya dengan nada penuh kekesalan.
"Salahmu sendiri, kenapa kau berdiri di sana terlalu lama. kau tuli sehingga tidak melihat jika perawat tadi sudah memanggilku untuk maju?..... lebih baik kau pergi sana! menganggu saja."
jawab Pengunjung itu tak kalah keras sehingga membuat Clara yang berusia saja bangkit semakin emosi.