NovelToon NovelToon
Menjadi Guru Di Dunia Lain

Menjadi Guru Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Akademi Sihir / Penyeberangan Dunia Lain / Elf
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ned_Kelly

Arthur seorang guru honorer di sekolah negeri yang memiliki gaji pas-pasan dengan jam mengajar yang tidak karuan banyaknya mengalami kecelakaan pada saat ia hendak pulang ke indekosnya. Saat mengira kehidupannya yang menyedihkan berakhir menyedihkan pula, ternyata ia hidup kembali di sebuah dunia yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Tetapi uniknya, Arthur kembali menjadi seorang guru di dunia ini, dan Arthur berasa sangat bersemangat untuk merubah takdirnya di dunia sekarang ini agar berbeda dari dunia yang sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29: Melangkah Lebih Jauh

Setelah sesi bonding yang penuh dengan tawa dan sedikit ketegangan karena Mordraxx, hari berikutnya aku memutuskan untuk membawa murid-muridku kembali ke dungeon. Di depan pintu masuk dungeon, murid-murid berdiri dengan familiarnya masing-masing. Masamune dengan Hikari, Charlotte dengan Frosty, Jade dengan Ragnar, dan Johan dengan Aquila. Celestine berdiri di samping Sarasvati, familiarnya yang tampak melayang dengan anggun, tapi sesekali melirik ke arah Mordraxx dengan mata penuh waspada.

Ketika kami menelusuri dungeon, Mordraxx duduk santai di pundakku. Si naga kecil berwajah menggemaskan itu lebih terlihat seperti boneka daripada penguasa kegelapan. Namun, auranya yang berat tetap membuat suasana menjadi sedikit tegang. Celestine, yang berjalan di sampingku, tampak asyik memandangi Mordraxx. Di tengah perjalanan, Celestine mendekat dengan senyum tipis. Tanpa ragu, dia mengulurkan tangan dan mulai mengelus kepala Mordraxx.

“Apa yang kamu lakukan?” tanyaku heran. Celestine hanya menoleh padaku sambil tersenyum kecil, lalu kembali mengelus Mordraxx. Naga itu, yang biasanya sulit diatur, malah menutup mata dan mendengkur pelan, tampak benar-benar menikmati perhatian yang diberi Celestine.

Sarasvati, yang melayang di dekat Celestine, tampak tidak senang. Familiar air itu mendekat, berusaha menarik perhatian tuannya dengan semburan air kecil ke arah Mordraxx. Namun, Mordraxx malah mengibaskan ekor dan menyerap air itu dengan mudah, seolah tidak ada yang bisa mengganggunya.

“Sepertinya Sarasvati cemburu,” kataku setengah berbisik. Celestine tertawa tanpa suara, dan dengan lembut ia menyentuh Sarasvati seolah menenangkan familiarnya yang terlihat merajuk.

Mordraxx membuka matanya, menatap Sarasvati dengan tatapan yang sedikit menantang tapi juga menggemaskan. Dia mendengus pelan dan menjulurkan lidah hitamnya seperti anjing kecil yang sedang menggoda lawannya. Celestine pun tertawa pelan, sambil terus memainkan tanduk kecil Mordraxx.

Masamune, yang melihat pemandangan itu, hanya bisa melongo. “Naga penguasa kegelapan, tapi kelakuannya kayak anak anjing di depan Celestine...” ujarnya tidak percaya. Hikari, familiarnya, tampak menggelengkan kepala, seolah ikut bingung melihat kelakuan si naga kegelapan.

Jade dan Ragnar yang biasanya serius malah tertawa kecil melihat tingkah mereka. “Sepertinya si penguasa kegelapan kita sudah menemukan kelemahannya,” ujar Jade sambil menyeringai.

“Aku tidak menyangka Mordraxx bisa… sejinak itu,” tambah Johan, menggaruk kepalanya. Aquila, di sampingnya, tampak berusaha menjauh dari Mordraxx yang masih asyik menikmati belaian Celestine.

“Jangan tertipu dengan kelakuannya sekarang. Dia tetap naga yang keras kepala,” kataku, meski dalam hati aku merasa lega melihat Mordraxx bisa lebih bersahabat berkat Celestine.

Perjalanan menyusuri lantai-lantai awal dungeon terasa lebih lancar dibandingkan sebelumnya. Musuh-musuh yang dulu terasa menantang kini berhasil diatasi dengan lebih mudah berkat kekompakan murid-muridku. Setiap familiar berperan aktif membantu pemiliknya; Hikari mengeluarkan kilat yang melumpuhkan musuh, Ragnar menyemburkan api dengan akurasi tinggi, Aquila terbang dengan gesit sambil menyerang dari udara, dan Frosty menebarkan es yang menghambat gerakan musuh.

Celestine berjalan tenang di sampingku, sesekali melemparkan pandangan pada Mordraxx yang masih bertengger santai di pundakku. Sarasvati melayang di dekatnya, sesekali memancarkan air untuk menghalau serangan musuh yang mendekat. Celestine, meski bisu, tampak paling menikmati perjalanan ini; dia tidak pernah ragu menyentuh Mordraxx, bahkan sesekali mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang, membuat naga kecil itu mendengus tapi tidak menjauh.

“Sepertinya kita akan sampai di lantai 20 lebih cepat dari yang kupikir,” kataku sambil mengamati peta dungeon yang sudah terekam di benakku. Namun, Mordraxx malah menyeringai lebar.

“Kalau kamu lengah, bisa-bisa mereka langsung disikat Noxcarlis,” gumam Mordraxx dengan nada malas yang membuatku hanya bisa menghela napas. Si naga kecil memang tidak pernah melewatkan kesempatan untuk memberikan komentar pedas.

Saat kami akhirnya tiba di lantai 20, suasana dungeon berubah. Udara menjadi lebih berat, dan aura dari Noxcarlis bisa terasa meski bos lantai itu belum terlihat. Semua muridku memasang ekspresi serius, tapi aku bisa melihat kilatan semangat di mata mereka. Inilah momen yang telah mereka tunggu-tunggu—mengalahkan Noxcarlis bukan hanya soal kemenangan, tapi juga pembuktian diri.

“Jangan terlalu meremehkan,” ingatku sambil melirik Mordraxx yang hanya menguap malas. “Kalian sudah berlatih keras, sekarang tunjukkan hasilnya.”

Pertarungan pun dimulai, dan Noxcarlis muncul dengan wujudnya yang besar dan menakutkan. Namun, murid-muridku tidak gentar. Mereka bekerja sama dengan sangat baik, saling melindungi dan menyerang dengan kombinasi yang mematikan. Mordraxx, meski tidak ikut bertarung, mengamati dengan tajam, seolah menilai setiap gerakan yang dilakukan murid-muridku.

Aku tersenyum melihat mereka. Kali ini bukan hanya aku yang melawan monster kuat, tapi murid-muridku sudah cukup kuat untuk berdiri di garis depan.

“Kalian sudah siap?” tanyaku sambil melihat murid-muridku satu per satu. Mereka semua mengangguk dengan percaya diri, meski aku bisa melihat ketegangan di mata mereka.

Noxcarlis muncul, keluar dari bayangan kegelapan dengan suara berdesis yang memekakkan telinga. Kelabang raksasa itu menjulang di depan kami, tubuhnya memanjang hingga memenuhi sebagian besar ruangan, kulit hitam legamnya berkilauan di bawah cahaya redup. Taringnya yang tajam meneteskan cairan hijau yang jelas merupakan racun mematikan.

“Strategi seperti biasa! Serang dan jangan biarkan dia mendekat!” seruku, memberi tanda pada murid-muridku.

Charlotte maju terlebih dahulu, menggerakkan tangannya dengan lincah. “Frosty, buat dia membeku!” Perintahnya tajam, dan Frosty, si makhluk salju menggemaskan, mengeluarkan hembusan es dingin yang menyelimuti sebagian tubuh Noxcarlis. Udara seketika terasa lebih dingin, dan bagian dari tubuh kelabang itu mulai membeku, namun esnya retak saat Noxcarlis menggeliat marah, menghancurkan lapisan es seakan tidak berarti.

Masamune langsung melompat ke depan, katana-nya terbungkus petir. “Hikari, beri aku daya!” Hikari berteriak pelan, menyemburkan listrik yang menyelimuti Masamune, membuatnya bergerak dengan kecepatan kilat. Masamune mengayunkan katananya ke arah kaki Noxcarlis, memotong sebagian dari kaki kelabang raksasa itu, namun kulit sekeras baja Noxcarlis membuat serangan itu hanya meninggalkan goresan dangkal.

Jade tidak tinggal diam, ia memanggil Ragnar. “Ragnar, serang dengan api!” Salamander Api itu melompat maju dan mengeluarkan semburan api besar yang membakar bagian tubuh Noxcarlis. Api berkobar di sepanjang tubuhnya, tapi kelabang iblis itu hanya mengibaskan dirinya, memadamkan api dengan gerakan cepat.

Noxcarlis berputar dengan gerakan mengerikan, tubuhnya menghantam dinding dengan keras, membuat batu-batu berjatuhan. Johan berteriak, “Aquila, bawa aku ke udara!” Griffin kecilnya segera mengepakkan sayap dan membawa Johan ke atas, menghindari serangan berbahaya. Dari udara, Johan menyiapkan tombaknya, lalu meluncurkannya dengan kekuatan penuh ke arah kepala Noxcarlis. Namun, kelabang itu menggerakkan tubuhnya dengan cekatan, menghindari serangan yang hampir mematikan itu.

Melihat serangan mereka tidak memberikan dampak yang besar, aku memberi isyarat pada Elyrde. “Serangan jarak jauh, Elyrde!”

Elyrde dengan cepat memasang anak panah di busurnya. “Lightning Arrow!” serunya, dan panah bercahaya meluncur cepat, menghantam tubuh Noxcarlis dengan ledakan kilat yang mengguncang. Namun, meski listriknya menghantam kuat, Noxcarlis tetap bergerak tanpa henti, mendesis lebih marah dari sebelumnya.

Saat itulah Celestine maju tanpa ragu. Dia mengangkat tangan, dan Sarasvati, familiarnya, mulai berputar, membentuk lingkaran air di sekelilingnya. Celestine menggabungkan kekuatan angin dan air, menciptakan semburan tornado air yang langsung menghantam Noxcarlis. Tornado itu membuat kelabang raksasa itu terdorong mundur, tubuhnya terpelintir dalam pusaran air yang kuat.

Noxcarlis berusaha melawan, tapi Celestine tidak berhenti di situ. Dengan satu gerakan tangan, dia mengarahkan tornado air itu langsung ke taring Noxcarlis, membersihkan racunnya sementara Sarasvati melayang di sekelilingnya, menghalau setiap upaya serangan balik dari kelabang itu.

Mordraxx yang sedari tadi menonton akhirnya bergerak. Dia melompat dari pundakku dan dengan mudah menenggelamkan taringnya yang mungil namun tajam ke salah satu kaki Noxcarlis, memberikan gigitan kecil yang entah bagaimana membuat kelabang itu menjerit kesakitan, lalu tersungkur ke lantai, terguncang oleh serangan gabungan yang tak henti-hentinya.

Dengan Noxcarlis yang akhirnya terpojok, murid-muridku bersiap memberikan serangan akhir. “Sekarang! Jangan beri dia kesempatan!” seruku. Masamune, Jade, Johan, dan Elyrde mengerahkan semua kekuatan mereka, serangan beruntun mereka akhirnya menghantam tubuh Noxcarlis, menjatuhkan kelabang raksasa itu dengan pukulan akhir yang gemilang.

Noxcarlis terkapar, gerakannya melambat, dan akhirnya berhenti. Murid-muridku berdiri dengan napas terengah, tapi ada senyum kemenangan di wajah mereka. Mereka baru saja mengalahkan penguasa lantai 20, sesuatu yang tidak mudah, tapi berhasil mereka lakukan dengan kerja sama yang solid.

“Bagus, kalian berhasil,” kataku bangga. "Mari kita istirahat sejenak di sini" sambung ku, aku menyadari sesuatu, Noxcarlis tidak menjatuhkan hadiah item seperti terakhir kali aku melawannya.

Sekarang aku menyadari satu hal, boss lantai dungeon hanya akan memberikan hadiah item saat pertama kali dikalahkan saja, setelah itu mereka hanya akan menjatuhkan batu sihir saja.

Mordraxx kembali ke pundakku, mendengus puas. Celestine tersenyum padanya, lalu mengelus kepala kecilnya. Naga kegelapan itu terlihat lebih jinak, setidaknya di depan Celestine, yang berhasil membuat si penguasa kegelapan itu menurunkan egonya.

Setelah pertarungan sengit melawan Noxcarlis, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang yang lebih aman. Udara di dalam dungeon yang biasanya pengap dan menekan kini terasa lebih lega setelah kemenangan yang baru saja diraih. Murid-muridku duduk di sekitar sambil menyeka keringat mereka, kelelahan tapi puas.

Charlotte menatap Frosty yang sedang sibuk bermain dengan es di sekitarnya. “Kupikir bakal lebih sulit. Noxcarlis itu benar-benar tangguh,” katanya sambil tersenyum kecil.

“Kau tadi lumayan juga, Char,” sahut Johan sambil tersenyum, mengelus bulu Aquila yang lembut. “Tapi kelabang itu terlalu keras kepala. Untung saja serangan kita terus-menerus.”

Masamune menepuk-nepuk Hikari yang meringkuk di sampingnya. “Kalau bukan karena Hikari yang memberiku kekuatan tambahan, mungkin aku nggak akan bisa menggores tubuh Noxcarlis sedikit pun.”

Jade mengangguk setuju, menatap Ragnar yang terlihat lelah setelah pertarungan. “Rasanya seperti tidak ada yang cukup untuk melukainya. Noxcarlis memang bukan lawan biasa. Tapi setidaknya, kita bisa menahannya lebih lama dari yang kupikirkan.”

Aku menyesap air dari kantong bawaanku, memperhatikan mereka dengan senyum puas. “Kalian sudah melakukannya dengan baik. Saling melindungi, menyerang dengan strategi, dan tidak panik. Itulah yang membuat kalian menang.”

Celestine duduk agak terpisah, namun perhatiannya tertuju pada Mordraxx yang tampak asyik bergelung di sebelahnya, dengan tubuh mungilnya yang terlihat kontras dengan aura gelap yang masih terpancar. Sarasvati terlihat khawatir, melayang dekat tuannya seakan mencoba menarik perhatian Celestine darinya. Celestine tampak memegang salah satu tanduk kecil Mordraxx, mengelusnya dengan ekspresi lembut, seolah naga kegelapan itu hanyalah hewan peliharaan biasa.

“Dia benar-benar nyaman, ya,” komentarku sambil mengangkat alis, melihat betapa jinaknya Mordraxx di dekat Celestine. “Aku bahkan belum pernah melihat dia sejinak ini.”

Jade tertawa kecil. “Aku masih tidak percaya kau bisa memanggil makhluk sekuat itu, Guru. Dan sekarang, dia terlihat seperti... mainan, terutama kalau Celestine yang pegang.”

Masamune tertawa kecil. “Serius, Guru. Sebenarnya, apa yang kau katakan ke Mordraxx sampai dia mau mengecil dan ikut kita?”

Aku menghela napas panjang, mengingat negosiasi panjang yang melelahkan semalam. “Yah, mari kita katakan saja kalau Mordraxx itu... naga yang punya harga diri tinggi. Aku harus meyakinkan dia kalau aku pantas jadi tuannya. Jadi, selama ini dia mau mengikutiku hanya karena dia penasaran.”

Johan mengerutkan alisnya. “Jadi, selama ini dia mengikutimu hanya untuk mengujimu?”

Aku mengangguk. “Kurang lebih begitu. Dia tidak akan tunduk begitu saja. Aku harus membuktikan diri setiap saat. Kalau aku lengah sedikit, dia mungkin akan berbalik melawan kita.”

Charlotte menatap Mordraxx dengan sedikit ngeri tapi juga kagum. “Jadi, dia semacam... bos kedua yang perlu kamu kalahkan setiap hari?”

Aku tertawa mendengar itu. “Bisa dibilang begitu. Tapi setidaknya, Celestine berhasil menenangkannya. Aku masih tidak mengerti bagaimana dia bisa dengan mudah menjinakkan Mordraxx.”

Celestine mendongak, seolah mendengar namanya disebut, dan tersenyum lembut sambil mengangkat Mordraxx, yang hanya menatapnya dengan mata merah kecilnya. Sarasvati melayang lebih dekat, menatap dengan tatapan penuh waspada pada Mordraxx, tapi naga kecil itu tampak acuh tak acuh.

“Sarasvati, tenang saja. Mordraxx mungkin tampak menakutkan, tapi dia tidak akan melukai Celestine,” kataku, mencoba menenangkan roh air itu. Sarasvati tampak sedikit gelisah tapi tetap setia di sisi Celestine, seakan memastikan Mordraxx tidak membuat masalah.

Elyrde yang biasanya diam akhirnya berbicara, tersenyum kecil melihat interaksi antara familiar mereka. “Mungkin Mordraxx hanya butuh teman... atau mungkin dia hanya takut pada Celestine.”

Tawa pecah di antara kami. Rasanya menyenangkan bisa bersantai sejenak setelah pertarungan yang melelahkan. Meski kami masih di dalam dungeon, suasana menjadi lebih hangat, dan ikatan di antara kami, termasuk familiar yang beragam, semakin kuat.

Aku memandang mereka semua, bangga dengan perkembangan yang telah mereka tunjukkan. “Nikmati momen ini. Kita akan punya banyak pertarungan ke depan, dan setiap kali, kita akan menjadi lebih kuat.”

Murid-muridku mengangguk, dan meski lelah, semangat mereka tetap tinggi.

Setelah momen santai itu, kami mulai berkemas untuk melanjutkan eksplorasi dungeon. Namun, suasana sedikit berubah ketika murid-muridku mulai melirikku dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Meski wajah mereka tampak santai, ada secercah kecurigaan yang tergambar jelas.

Charlotte, yang biasanya vokal, memulai lebih dulu. “Guru, aku penasaran... Kalau kita, para murid, harus bekerja keras untuk mengalahkan Noxcarlis, bagaimana bisa Guru mengalahkan bos lantai 20 itu sendirian sebelumnya?”

Aku tersenyum sambil mengikat tas perlengkapan. “Yah, itu kan sudah lama sekali. Mungkin Noxcarlis waktu itu belum sekuat sekarang.”

Masamune menyipitkan matanya, tampak tak begitu yakin. “Guru , kamu selalu meremehkan dirimu sendiri. Tapi kalau dipikir-pikir, Guru selalu ada di dekat kami, tapi jarang benar-benar terlibat langsung dalam pertempuran... kecuali kalau situasinya sudah benar-benar genting.”

Jade menyikut bahu Masamune dengan senyum nakal. “Masamune ada benarnya. Kalau dipikir-pikir, Guru selalu bertindak seperti penonton. Apa Guru sengaja membiarkan kami yang repot?”

“Apa yang kalian bicarakan?” aku menggeleng sambil tertawa, berusaha menghindari topik yang membuatku merasa diinterogasi.

Namun, Johan tampaknya ingin menggali lebih dalam. “Waktu duel melawan murid Pak Guru Brandon, kamu juga hanya berdiri di sana dan menyaksikan. Bahkan saat kita kesulitan, kamu sepertinya bisa dengan mudah membalik keadaan kapan saja.”

Mendengar itu, Charlotte menyilangkan tangan di dadanya. “Aku pernah dengar dari salah satu murid senior, katanya Guru dulu pernah mengalahkan dua naga hanya dengan satu serangan. Apakah itu benar?”

Aku mengerutkan kening mendengar cerita itu tersebar. “Itu cuma rumor!" Aku bahkan tidak tahu ada rumor yang seperti itu.

Elyrde, yang biasanya pendiam, akhirnya angkat suara. “Dan sekarang, kamu berhasil memanggil Mordraxx, naga kegelapan yang bahkan tidak mau tunduk sepenuhnya padamu. Guru, seberapa kuat sebenarnya dirimu?”

Pertanyaan Elyrde membuat suasana semakin serius. Semua mata kini tertuju padaku, penuh dengan rasa ingin tahu dan sedikit keraguan. Aku hanya bisa tersenyum canggung, tahu bahwa murid-muridku mulai memahami bahwa kekuatan yang kumiliki mungkin jauh melampaui apa yang mereka duga.

“Aku? Aku hanya guru yang sedikit tahu cara bertarung,” jawabku sambil tertawa ringan, berusaha mencairkan suasana.

Masamune tidak menyerah. “Guru , serius. Kalau kamu mau, aku yakin kamu bisa mengalahkan Noxcarlis dalam hitungan menit, kan?”

Aku menghela napas, akhirnya memutuskan untuk menjawab dengan sedikit lebih jujur. “Kekuatan itu hanyalah alat. Tidak peduli seberapa kuatnya aku, yang terpenting adalah kalian belajar dan menjadi lebih baik setiap harinya. Apa gunanya aku menunjukkan kekuatan kalau tidak ada yang bisa dipelajari dari situ?”

Jade menatapku dengan tatapan kagum. “Jadi, kamu sengaja menahan diri?”

“Bisa dibilang begitu,” jawabku sambil tersenyum. “Kalian semua punya potensi besar. Tugasku adalah membantu kalian melihat dan meraihnya, bukan menunjukkan seberapa hebat aku.”

Celestine, yang biasanya diam, tiba-tiba menarik lengan jubahku, menarik perhatian semua orang. Ia memberikan gestur yang sederhana namun penuh arti: jempol yang mengarah ke atas sambil tersenyum lebar. Sarasvati di sisinya juga tampak lebih tenang, mungkin merasa bangga dengan gurunya.

“Mordraxx adalah satu dari sedikit yang tahu seberapa kuatnya aku. Dan dia... ya, mari katakan saja dia masih menunggu momen untuk menantangku lagi,” lanjutku sambil melihat naga kecil itu yang tampak cuek tapi memperhatikan dengan saksama.

Charlotte tertawa kecil. “Mungkin suatu hari nanti, kita semua akan tahu rahasia kekuatan Guru yang sesungguhnya.”

Aku hanya tersenyum sambil melihat mereka satu per satu. “Kalian sudah melihat sedikit. Sisanya, mari kita biarkan menjadi rahasia kecilku. Tapi tenang saja, aku selalu ada untuk melindungi kalian.”

Pembicaraan itu berakhir dengan senyum di wajah semua orang. Meski mereka masih penasaran, setidaknya mereka mulai memahami bahwa kekuatanku bukanlah sesuatu yang perlu mereka khawatirkan. Untuk saat ini, kami masih satu tim, dan itulah yang paling penting.

1
~YUD~
lajrooot!!
Ned: entar dulu ye kasih Ned nafas dulu wkwkwk...
total 1 replies
Ned
Parah nich, dari pagi tadi update eh kelarnya sore
~YUD~
di festival lunaris ini Arthur bakal ikut main apa cuma jadi guru pengawas doang?
Ned: Jadi pengawas doang, tapi....ada tapi nya hehe/CoolGuy/.... tungguin apa yang bakalan terjadi di sana
total 1 replies
~YUD~
nanti Arthur sama Brandon bakal duel gak author?
Ned: Ya tunggu aja tanggal mainnya
total 1 replies
Gamers-exe
kirain masamune date 👍🗿
~YUD~
nanti Charlotte sama Arthur bakal saling cinta gak author?
Ned: Yakin gak ada yang mau sama Celestine nih /CoolGuy/
「Hikotoki」: betul sekali, jadi meski charlotte umur 16 masih available buat dinikahi
total 8 replies
Erwinsyah
mau nabung dulu Thor🤭
Ned: Monggo silakan, jangan lupa vote dan rate bintang 5 nya kakak
total 1 replies
~YUD~
apa tuh yang segera terungkap?
Ned: apa tuh kira-kira hehehe
total 1 replies
R AN L
penasaran sekali reaksi murinya lihat kekuatan asli guru ny
Ned: tar ada kok, tunggu aja tanggal main nya heheh
total 1 replies
Ned
Update diusahakan tiap hari, setidaknya akan ada 1 BAB tiap hari...kalo Ned bisa rajin up mungkin 2-3 BAB...

Minggu Ned libur
R AN L
di tunggu up ny
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
total 4 replies
R AN L
Luar biasa
vashikva
semangatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!