NovelToon NovelToon
Wijaya Kusuma

Wijaya Kusuma

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Fantasi Timur / Konflik etika / Epik Petualangan / Paksaan Terbalik / Penyelamat
Popularitas:45.1k
Nilai: 5
Nama Author: Minchio

Wijaya Kusuma adalah putra kepala desa dari sebuah desa terpencil di pegunungan, dia harus menggantikan posisi ayahnya yang meninggal dunia sebelum masa jabatannya selesai. Sesuai dengan peraturan adat, anak lelaki harus meneruskan jabatan orang tuanya yang belum selesai hingga akhir masa jabatan.

Masih muda dan belum berpengalaman, Wijaya Kusuma dihadapkan pada tantangan besar untuk menegakkan banyak peraturan desa dan menjaga kehidupan penduduk agar tetap setia pada adat istiadat para leluhur. Apakah Wijaya Kusuma mampu menjalankan amanah ini dan memimpin desanya dengan bijaksana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minchio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Terakhir

Setelah warga mengetahui fakta yang sebenarnya, emosi terhadap Ajat mendadak padam, lalu tiba-tiba warga berlari ke arah sungai dan menyiram kobaran api yang sudah terlanjur melahap rumah Ajat.

Warga lainnya ikut terpancing, mereka menyesal sudah membakar rumah Ajat. Kini, mereka berbondong-bondong melemparkan air ke arah kobaran api yang masih menyala hebat.

Wijaya tertegun sedih menatap mereka, lalu Arini mendekati Wijaya, berbisik dengan nada pelan namun terdengar penuh emosi, "Kamu kejam Wijaya, kamu tetaplah pemimpin desa yang pilih kasih! Aku tidak akan pernah memaafkanmu."

"Arini, ayo pergi dari desa ini sebelum polisi datang," ucap ibunya menarik lengan Arini.

"Aku tahu Ajat juga bersalah, tapi kekejaman bapakmu tidak bisa disembunyikan, Arini... Kamu harus bertanggung jawab atas tindakan bapakmu," tegas Wijaya menatap Arini dengan penuh emosi.

"Akang Wijaya, tolong lepaskan anak saya," pinta ibunya.

"Tidak bisa bu, di mata hukum seseorang yang tahu kejadian pembunuhan apalagi ikut bekerja sama dan menyembunyikan pelaku, juga bersalah," jawab Wijaya, memegang lengan Arini dengan penih tenaga.

"Lepaskan aku!" teriak Arini.

"Akang Wijaya, tolong lepaskan Arini," ibunya menangis memohon belas kasih sang Kepala Desa.

"Tidak bisa, bahkan jika Ajat ada di depan mataku, dia juga akan aku tangkap. Semua orang harus mempertanggung jawabkan tindakannya," kata Wijaya.

"Aku mau dibawa kemana, lepaskan aku!" Arini meronta, dengan tenaganya dia berusaha melawan cengkraman tangan Wijaya yang kekar.

"Ke balai desa," kata Wijaya, menyeret Arini meninggalkan lokasi.

Arini tidak bisa melawan lagi, dia hanya bisa pasrah menerimanya. Di kurung dalam ruangan balai desa, di luar, ibu-ibu berkumpul dan bergosip.

"Gak nyangka ya, si Neng Arini meuni setega itu," Wijaya mendengar bisikan seorang warga.

"Saya akan turun ke bawah, tolong jaga Arini. Jangan sampai dia kabur," Kata Wijaya, beberapa pemuda mengangguk.

Wijaya, dengan membawa barang bukti, pergi ke Desa Sagara Dua lagi untuk menemui Ujang, dia ingin meminta bantuan Ujang lagi menghubungi pihak kepolisian.

Saat di perjalanan, dia bertemu dengan Ajat yang ternyata bersembunyi di hutan perbatasan Desa Talaga Seungit dan Karajaan Sagara. Ajat muncul dari balik pepohonan memanggil nama Wijaya.

"Kang Wijaya," teriaknya.

"Jat! Ajat!" jawab Wijaya, suaranya nyaris pecah karena kaget.

"Akang, maafkan saya Kang. Saya sudah melakukan perbuatan dosa," ucap Ajat dengan suara bergetar penuh penyesalan.

"Jat, kamu mau bersembunyi sampai kapan?" tanya Wijaya sedih.

"Saya takut Kang, saya menyesal!" jawab ajat, matanya berkaca-kaca lalu meneteskan air mata, dia pun mencoba menyeka air mata yang mulai mengalir di pipinya.

"Selama kamu hidup dan bersembunyi, perasaan bersalah akan terus menemanimu. Semua rasa bersalah itu akan hilang kalau kamu mengakui kesalahan itu di hadapan hukum adat dan negara. Ajat, aku tidak pernah menyalahkan kamu. Tapi aku harap kamu menyerahkan diri ke polisi. Hanya itu satu-satunya jalan terbaik."

"Kang Wijaya, saya takut. Kang, tolong jangan bawa saya ke polisi. Saya takut Kang," Ajat akhirnya menangis.

Tangisan itu, mengingatkan Wijaya pada masa kecil saat Ajat menangis karena tidak punya mainan perahu, lalu Wijaya mengajaknya membuat perahu dari kulit semangka.

Wijaya menatap sedih sahabatnya dan perasaan bimbang kini menyeruak dalam dirinya. Di hati kecilnya, dia tidak ingin Ajat ditangkap polisi.

"Kang Wijaya, biarkan aku pergi menghilang dari desa adat ini, aku tidak akan pernah kembali. Aku akan merahasiakan harta karun itu dari siapapun," kata Ajat.

Ajat mundur perlahan lalu pergi menghilang dari balik pepohan.

1
Nasirin Indra Laksana
Luar biasa
Minchio: Halo Kak, makasii banget udah ngasih penilaian. ✨🙏
total 1 replies
Sarita
mending pergi sih dari desa itu. buat apa tinggal di desa tapi tiap hari selalu hidup dalam ketakutan
Minchio: Iyaa... 😭
total 1 replies
Habsah Hermawan
cerita nya menarik..smoga karya selanjutnya semakin bagus
Minchio: Terima kasih udah baca sampai akhir semoga terhibur ya, maaf kalau ada salah ketik hehe.
total 1 replies
Minchio
Itu kan desa sebelah bukan desa adatnya, desa sebelah mah udah menerima perkembangan jaman termasuk es batu. 😃
Andalas 476
udah lambat... pendek pulak chapter nya..😵
Minchio: Maaf ya Kak soalnya pas awal nulis ini saya dikasi info sama temen yang udah duluan nulis katanya gak usah panjang² tapi bab bab berikutnya sampai akhie jadi panjang kok hehe.
total 1 replies
Andalas 476
Aturan Tradisi Konyol...😂 manusia punya akal pikiran utk berkembang ,bkn mandeg dsitu aja..
Minchio: Ada alasannya kenapa mereka dilarang menerima perkembangan jaman, silahkan dibaca sampai akhir. 😃
total 1 replies
Endro Budi Raharjo
jd ganteng....
Minchio: Hehe makasi selalu ninggalin jejak Masbro. Semoga selalu terhibur.
total 1 replies
Endro Budi Raharjo
msh blm jago ternyata....
Minchio: Belum mas.
total 1 replies
Endro Budi Raharjo
ajat lg ajat lg....
Minchio: hahaha 😃
total 1 replies
Was pray
bagus ceritanya,semoga wijaya cepat jadi orang yg lebih bijaksana,sehingga benar-benar cocok untuk menjadi sosok pemimpin
Minchio: Terima kasih udah bantu kasih ratting. 😃😄
total 1 replies
Dar Darminadi
👍 mantap makin asyik dan seru
Minchio: Hehe terima kasih, nantikan lanjutannya. Akan semakin seru lagi Wijaya Kusuma belajar menyerap energi alam semesta oleh Gurunya Raja Erlangga. 😃👍
total 1 replies
Mito Lama
bagus
Minchio: Halo, makasi banget udah ngasih review. Ulasanmu sangat berharga bagi aku membantuku semakin semangat melanjutkan cerita ini, semoga kamu terhibur yaa.
total 1 replies
Was pray
wijaya baru sadar diri kalau lemah dan goblok bin tolol, tapi sok kuat dan jagoan, makanya mikir dulu kalau mau bertindak jadi tidak bikin susah orang lain
Minchio: wkwk. 😂😭
total 1 replies
Minchio
Makasi Mas selalu komen di Novelku semoga terhibur ya.
Minchio
Belum punya kekuatan Mas. 😭
Endro Budi Raharjo
dasar penjajah....
Minchio: Seperti itu awal mula adanya peraturan adat Bang. 😅😭🤭
total 1 replies
Endro Budi Raharjo
kok gak bertarung wijaya....
Was pray
wijaya memang belum pantas menjadi seorang pemimpin, dia memimpin dirinya sendiri saja belum bisa, apa lagi memimpin orang lain
Minchio: Betul, karena dia kan terpaksa menggantikan Bapaknya. 😭
total 1 replies
Endro Budi Raharjo
yg byk skrg air mata bu aya....
Minchio: Hahaha..
total 1 replies
Endro Budi Raharjo
buto...buto...ijo...lk...gak...ijo...duduk buto tp pak to...
Minchio: 😂😂😂😂😂😂😂😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!