Kisah cinta Halalillah dan Hilal dimulai dari sebuah rumah tahfidz, mereka memilih menjadi Volunteer, dan itu bukanlah keputusan yang mudah, berani menggadaikan masa muda dan mimpinya pilihan yang amat berat.
Menjaga dan mendidik para penghafal qur'an menjadi sebuah amanah yang berat, begitu juga ujian cinta yang dialami Halal dan Hilal, bukan sampai disitu, kehadiran Mahab dan Isfanah menjadi sebuah pilihan yang berat bagi Hilal dan Halal, siapa yang akhirnya saling memiliki, dan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan cinta dan persahabatan serta ujian dan cobaan mengabdikan diri di sebuah rumah tahfidz?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Modal Bismillah
Berkat Amalan Subuh mereka, Allah tunaikan janjinya, dan memang besok batas akhir mereka harus melunasi pembayaran sekolah. Assisten pejabat tersebut memberikan uang cash membayar barang yang ada di stand.
"Mba sisa barang yang belum di order nanti saya urus ke kantor Mba-nya yah?!" Ucap Mas Pram.
"Iya Pak."
Mereka pun pergi meninggalkan stand yang Halal sewa. Hari ini mereka belajar tentang apa itu Faith dan ketauhidan, bagaimana Allah memberikan rezeki dengan jalan yang tak disangka-sangka.
Halal memeluk Rizka, mereka pun bersuka-cita dengan keajaiban yang Allah berikan kepada mereka.
"Alhamdulillah ya Lal."
"Makanya kalo disuruh sholawat yang ikhlas." Sindir Halal dengan kejadian pagi tadi.
"Iya aku ikhlas kok Lal."
"Sekarang baru tahu kan keajaiban sholawat?!"
"Memang sudah tahu, cuma baru kali ini ngeliat keajaibannya."
"Tugas kita hanya berusaha apa pun kerjaan kita, Allah yang kasih jalan."
Halal menghubungi manager marketing distributor Al-Qur'an, Mirza. Untuk datang ke stand mereka.
"Assalamualaikum Pak Mirza."
"Wa'alikum Salam, ya Lal."
"Pak, ini kan Al-Qur'an kita ada yang borong dan ada uang cash di saya, bisa ambil nggak pak?Sekalian ada yang mau saya obrolin."
"Masyallah, Alhamdulillah. Yaudah saya ke sana, dan share located."
"Baik Pak."
Halal mengirimkan alamat lengkap dan share lokasi yang Mirza pinta, tak beberapa lama Mirza pun datang menemui mereka.
"Wah hebat, rezeki luar biasa." Ucap Mirza.
"Nah, mereka minta untuk dibuatkan penawaran sama invoice untuk pengadaan Alquran, urusan Pak Mirza lah yah, nanti mereka mau ke kantor."
"Alhamdulillah, terima kasih yah Halal, Rizka."
"Sama-sama Pak." Ucap Rizka dan Halal kompak.
"Dan ini ada uang cash kurang lebih Empat Juta Lima Ratus Delapan Puluh Ribu." Halal memberikan uang cash.
"Untuk uang ini kasih aja ke admin yah Lal, bisa temui Mba Mala di kantor, bisa kamu temui langsung sekarang dan sekalian kalian ambil komisi penjualan kemarin dan hari ini." Ucap Mirza meminta mereka untuk temui Mba Mala ( 25 thn ) bertugas sebagai admin.
"Oke, sehabis acara kami temui Mba Mala-nya Pak."
"Atau kamu mau sekalian aja, bareng saya deh yah, selesain dulu deh acaranya, biar saya juga bisa bantu-bantu kalo nanti ada yang minta penjelasan."
"Makasi Pak."
Mirza memilih untuk standby menunggu event mereka sampai selesai.
"Memangnya acara sampai jam berapa? Oh ya terus stand ini sewanya siapa yang bayar?"
"Acara sampai jam 3 sore sih Pak, dan stand kita berdua yang sewa per hari 100 ribu."
"Gini aja, untuk sewa tempat saya yang bayar, jangan pake uang sendiri, dan bukannya memang kamu bisa ajukan juga ke kantor?!"
"Ah nggak apa-apa Pak, awalnya juga kan nggak enak, kalo nanti nggak ada penjualan."
"Ada penjualan dan tidak ada, itu sudah kewajiban kantor."
"Lagi juga kan memang kita jualan hijab, jadi mestinya Setengah-setengah dengan hijab pak.",
"Nggak apa, biar saya aja yang bayar."
Selagi mereka asik diskusi, beberapa mahasiswi mendekat ke stand mereka dan memilih beberapa pcs hijab.
"Alhamdulillah." Ucap Rizka dan Halal.
Mirza menatap mereka dengan senyum, melihat Halal begitu mandiri.
"Wanita-wanita hebat." Ucapnya.
Mirza melihat kegigihan mereka, hingga terpikirkan olehnya untuk menjadikan Halal dan Rizka pembicaraan pertemuan bulanan para mitra, untuk memotivasi mereka.
"Lal, Riz.., kita itu ada acara bulanan dengan para reseller kita, kadang pengajian rutin dan kadang kita isi dengan training, kalian nanti ngisi yah? Bisa ceritakan semangat kalian menjadi reseller Syabil Qur'an.
"Kita belum ada apa-apanya Pak, mungkin lagi hoki aja."
"Bukan hoki tapi tekun yang saya liat dari kalian."
Memang terlihat dari semangat Rizka dan Halal bagaimana mereka berjuang demi bertahan hidup dan menjual beberapa produk reseller, nyaris tanpa modal, hanya berbekal semangat.
Selepas mereka menyelesaikan satu hari acara, Rizka dan Halal merapikan barang bawaan, Mirza ikut membantu.
"Ini barang-barangnya masukin ke mobil kalian?!"
"Hah?! Mobil?" Hahaha, Rizka dan Halal tertawa, Mirza menyangka kalau mereka membawa kendaraan.
"Kita itu nggak bawa mobil pak tapi Buroq," Jawab Rizka.
"Serius?!"
"Serius, itu kita parkir disitu." Jawab Hilal menunjukkan tempat parkir gerobak mereka.
"Apa? Kalian pake gerobak? Darimana?"
"Iya pake gerobak, nggak jauh kok pak paling 6 Kiloan."
"6 Kilo kalian bilang nggak jauh, Masyaallah."
"Biasanya juga kita jalan 10 Kilo."
"Untuk?'
"Kita ada kerja sambilan juga kan Pak,"
"Apaan itu?"
"Ngumpulin barang bekas."
"Yang bener kalian?!"
"Beneran, masa bohong."
"Kita juga selain jualan kaya begini, ngajar di Rumah Tahfidz." Jawab Rizka.
"Dimana?"
"Deket rumah."
"Nah, kalo ada rumah-rumah Tahfidz, majlis dan pesantren yang butuh Al-Qur'an kabarin saya, ada wakaf Qur'an juga kan di kita."
"Serius Pak?" Tanya Hilal.
"Iyalah masa saya bohong." Mirza mengembalikan ucapan mereka.
"Yaudah nanti saya coba tanya yah sama pemilik yayasan mau tidak Nerima wakaf Al-Qur'an."
"Maulah, masa enggak, tau kita aja yang ngasih langsung, kirim aja alamatnya."
"Nanti saya WhatsApp ya pak."
"Oh ya, saya juga belum punya nomor kalian."
"Wah bos sendiri payah, nggak punya nomor anak buah." Celetuk Rizka.
"Iya saya baru sadar, mana nomor kalian?"
Rizka dan Halal memberikan nomor mereka.
"Nanti saya ke Rumah Tahfidz kalian dan berikan Al-Qur'an."
"Terimakasih sebelumnya Pak."
"Yaudah gini aja, barang-barang bawa ke mobil saya."
"Gerobak-nya?"
"Iya ya..." Baru sadar kalau Halal dan Rizka pakai gerobak.
"Duh lain kali kalo ada hal-hal gini hubungi kantor biar di anter atau hubungi saya juga nggak apa-apa."
"Pak..pak, lahir udah ngerepotin orang tua, hidup dan dewasa sampai mati masa ngerepotin orang terus."
"Bebas deh semua kalian."
"Kami bawa gerobak aja ke kantor."
"Bingung saya, yaudah saya tunggu di kantor."
"Siap bos."
Mirza meninggalkan Halal dan Rizka, lalu memacu kendaraannya, sesampainya di kantor, Mirza meminta Mala untuk cairkan komisi Halal dan Rizka.
Dengan peluh yang tersisa Halal dan Rizka menemui Mba Mala dan mengambil hak mereka.
"Alhamdulillah akhirnya ada jalannya juga."
"Jujur saya nggak ngerti sama jalan pikiran kalian."
"Udah jangan dipikirin pak, untuk hidup kita aja nggak banyak mikir."
Setelah menerima penghasilan, Halal dan Rizka pergi berlalu dengan menyisakan canda dan tawa.
Halal pun memberikan bagian untuk Rizka.
"Alhamdulillah, akhirnya kebayar juga ijazah kita, terimakasih Lal."
"Sama-sama cuy, moga makin banyak rezeki kita."
"Amin, sehat terus ya badan." Pinta Rizka dan berharap semoga masih diberikan kesempatan kesehatan sama Allah."
kalo kita pandai bersyukur,apapun yg Alloh kasih,akan terasa nikmat
kefakiran tidak menjadikan kalian kufur nikmat
Rizk & iskandar🥰🥰