"Ayah! ibu! kakak! Dimana kalian semuanya, hiks..."meraung Jeony sejadi-jadinya melihat anggota keluarga yang sudah tak bernyawa akibat kecelakaan beruntun yang menimpa keluarga pak Loey Christian.
"Kenapa tuhan? Kenapa engkau mengambil semua orang yang hamba sayang tuhan, hiks..."jeony meraung sejadi-jadinya di tempat kejadian yang dimana kondisinya pun saat ini juga tidak memungkinkan.
Ya memang benar adanya saat ini kondisi jeony pun begitu memprihatinkan. Karena kejadian naas itu yang membuat jeony mengalami patah tulang cukup parah yang membuat jeony harus menjalani serangkaian operasi estetika dan orthopedi agar dapat menyelamatkan nyawa jeony yang hanya tinggal menghitung jam.
Setelah melakukan serangkaian operasi, akhirnya nyawa jeony pun berhasil di selamatkan. Waktu terus berlalu hingga perubahan pada Jeony pun semakin terlihat jelas bahkan jeony dianggap seperti orang gila oleh warga sekitar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyajenkpankestu_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Dihindari menjadi anak napi? Tidak pernah ia dapatkan. Teman-temannya justru sangat kagum, dengan cara menyampaikan kisah sang ayah. Namun, kepandaian gafi dalam berbicara mulai mendapat perhatian dari orang dewasa. Banyak orang-orang yang mendekatinya, menggali informasi tentang seluk beluk ayahnya. Di usianya yang masih dibawah sepuluh tahun, gafi belum cukup pandai menilai karakter orang. Sampai ia sadar, sebagian dari mereka hanya memanfaatkan pendapat gafi. Tidak jarang juga menggiring ke hal yang menyedihkan. Kemudian, dijadikan peruntungan dari beberapa pihak.
Pernah sekali gafi diundang ke salah satu stasiun tv dalam acara bedah buku sang bunda yang terbaru. Namun, pembawa acara menggiring opini gafi ke hal yang membuat seakan anak itu mengalami pemeriksaan dari Teman-teman karena masa lalu sang ayah. Tentu saja, hal itu membuat bunda jihan marah dan memutuskan untuk walk out setelah meluruskan kebenaran. Akan tetapi, media sosial memberitakan sebuah potongan kalimat yang membuat penjelasan bunda jihan tidak berarti dan membuat salah paham beberapa orang sekitar.
Gafi sangat merasa bersalah karena kata-kata yang keluar dari mulutnya membuat semua orang berfikir dia membenci masa lalu sang ayah, padahal tidak. Mulai saat itu, ia berusaha menjaga diri dari orang yang berpotensi memanfaatkannya, lebih menjaga lisan, dan terus mempelajari karakter orang. Gafi sudah tidak peduli ketika orang lain mengatakan dia sombong dan angkuh. Yang paling penting, ia tahu siapa yang harus benar-benar dihormati dan siapa yang hanya menjadi sekedar teman bahkan siapa yang harus dihindari sejak saat pertama kali bertemu.
Dan kali ini mau tidak mau, gafi akan tinggal bersama orang yang beberapa waktu bertemu dengannya dalam keadaan tidak tepat. Beruntung sekali pekerjaannya sebagai fotografer dan videografer yang membawanya beberapa minggu kedepan untuk bekerja di luar kota. Ia berharap ketika sudah pulang, perempuan tersebut sudah tidak ada dirumahnya. Tiba di rumah, gafi lekas membawa perempuan yang tidak sadarkan diri itu ke kamar kosong yang ada di rumahnya. Gafi serahkan semuanya pada sang bunda sementara ia pergi untuk membersihkan diri dan melakukan hal lain yang belum terselesaikan.
Sudah cukup larut, tetapi gafi tidak mendapati sang bunda turun untuk makan. Gafi pun kembali ke kamarnya yang ada di sampingnya untuk melihat keadaannya sang bunda.
"Bunda. Ayo makan dulu!"Ucap gafi setelah membuka pintu.
"Sebentar nak. Kasihan, kalau dia sadar nggak ada siapapun nak"ujar bunda jihan.
"Kamu sudah lapar nak?"tanya bunda jihan sembari mengusap pelan tangan perempuan yang sedang tak sadarkan diri.
"Belum bunda, Gafi tunggu bunda aja kalau gitu"jawab gafi sambil menggelengkan kepala sejenak.
"Maaf ya nak"sahut bunda jihan dengan nada pelan.
"Enggak apa-apa bunda"jawab gafi sambil mengulas senyuman yang lembut.
Lantas, saat gafi beranjak pergi, tetapi ia urungkan dulu sejenak karena ia melihat perempuan diatas tempat tidur sudah sadar dan mengangkat tangan untuk menutup mata.
"Alhamdulillah, kamu sudah sadar"ucap bunda jihan.
Perempuan itu tidak mengacuhkan ucapan bunda jihan dan mengamati sekeliling dengan tatapan kosong. Ketika bunda jihan memberikan minuman, perempuan itu hanya memegang karena sorot matanya yang tertuju pada gafi. Terlihat sekali kebencian dalam tatapan teduh itu.
"Namaku bunda jihan. Kamu bisa memanggilku bunda"ujar bunda jihan yang mencoba mengalihkan perhatian perempuan itu.
"Dan dia putraku namanya gafi"ucap bunda jihan kepada jeony.
"Kami harus memanggilmu siapa!"Ucap bunda jihan. Perempuan itu justru mengalihkan perhatiannya pada bunda. Tetapi, tidak lekas memberi jawaban.
"Sebut saja nama apapun yang bisa kami gunakan untuk memanggilmu"
"Jeony!"
"Apa yang kamu butuhkan saat ini!"Tanya bunda jihan sembari tersenyum. Tetapi, perempuan bernama jeony hanya bergeming.
"Banyak luka di kakimu nak!"ujar bunda jihan sambil menatap kaki jeony yang penuh luka gores, lecet dan memar serta perban kaki jeony begitu kotor dan banyak darah.
"Sepertinya kamu jalan terlalu jauh. Kakimu lelah, dia butuh istirahat"
"Bundaku orang baik dan punya empati yang besar ke orang lain. Kalau kau ingin tinggal disini jangan membuatnya menghabiskan waktu untukmu"cetus gafi dan seketika mendapatkan tatapan protes dari bunda jihan. Gafi hendak beranjak pergi, tapi teringat akan satu hal.
"Oh ya! Aku mengizinkan kamu untuk membenciku karena aku tahu kamu membutuhkannya"ujar gafi lalu pergi keluar dari kamar. Saat yang sama, sorot mata jeony semakin dipenuhi kebencian pada gafi.
"Kamu bisa melakukan seperti apa yang putraku katakan"bunda jihan mengulas senyum dengan lembut. Bunda jihan hendak membelai rambut jeony, tetapi jeony berusaha menghindar.
"Kamu sudah merasa lapar?"tanya bunda jihan, tetapi tetap tidak mendapat respon dari Jeony.
"Bunda ambillah makanan untukmu, ya."ujar bunda jihan beranjak berdiri sambil mengusap pundak jeony, kemudian keluar dari kamar.
"Kenapa anda menolongku"tanya jeony tepat bunda jihan keluar dari kamar.
Jeony harus mendengar sebuah alasan sebelum memutuskan langkah selanjutnya. Wanita paruh baya dengan hijab segiempat yang menutupi dada itu kembali memberikan senyuman ramah dan memberikan jawaban.
"Karena kamu berharga."Ucap bunda jihan.
Saat itu juga jeony bergeming. Lalu, gafi kembali ke dalam kamar dan membawa kursi roda milik jeony yang begitu sangat berat.
"Nih kursi roda butut lo yang paling lo sayang"ucap gafi sambil meletakkan kursi roda tepat di pinggir ranjang. Kemudian, gafi mengajak sang bunda keluar dari kamar.
Setelah bunda jihan dan gafi keluar dari kamar, kemudian jeony segera mengambil perlengkapan untuk mengganti luka kaki yang sudah terlihat sangat buruk dan bau anyir dari kaki kanan jeony yang terluka semakin menyeruak. Lalu, joeny mengganti perban itu secara perlahan, sangat berhati-hati dan sekaligus bersyukur. Karena, tidak ada luka yang lebih parah dari batas maksimum luka jahitan estetika di kaki kanannya itu.
Setelah cukup lama berkutat dengan perban sekaligus cairan HCL, akhirnya jeony telah selesai mengganti perban luka kaki yang patah. Tetapi, tanpa jeony sadari, gafi dan bunda jihan memantau joeny mengganti perban kaki yang terluka parah dengan sangat miris. Bahkan bunda jihan langsung memeluk sang putra dengan erat karena ia menyaksikan sendiri bagaimana jeony bisa tetap bertahan dengan luka parah seperti itu. Dan juga, tatapan mata tajam gafi tak lepas dari jeony yang saat ini sedang membungkus luka kaki dengan perban yang baru."Kemana orang tua lo jo? Apa orangtua lo sudah nggak peduli. Gue bakal mencari tahu sendiri" gumam gafi penuh tekad sambil melirik sang bunda yang terus menangis melihat jeony yang memiliki luka yang cukup parah bahkan sangat parah.
"Nak! Kita harus panggil tenaga medis luar kota besok nak?"ujar bunda jihan sembari mengusap wajahnya yang terus mengeluarkan air mata.
"Ya bunda. Besok kita panggil tim dokter"Jawab gafi seadanya."Gue harus menghubungi dia ini, agar dia mendapatkan pengobatan lebih baik"gumam gafi dalam hati sambil melihat jeony yang kembali tertidur dengan tenang.
semangatt thorrr/Drool//Drool/