NovelToon NovelToon
Fragillis Puella

Fragillis Puella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dyeka

Blurb

Valencia Agatha Gavriella
Gadis cantik yang hidupnya hanya tentang kesedihan dan gadis polos yang sebenarnya memiliki banyak rahasia.
Dibenci ayah dan abangnya hanya karena dianggap penyebab meninggal bundanya.
Selain di benci ayah dan abangnya, ia juga dibenci oleh kekasih nya. Devlyn Favian Smith–Manusia bastard yang mengklaim Valencia Agata Gavriella hanya untuk balas dendam atas kematian saudara kembarnya.
Sifatnya yang licik dan kejam membuat semua orang takut pada nya.
Hidupnya memang penuh air mata, tetapi bukan harus ia menyerah melainkan ia harus tetap tegar karena masih ada janji dan tugas yang ia harus lakukan.

•Penasaran gak nih?
•Rahasia apa sih yang disimpan Cia?
•Tugas apa yang dilakukan oleh Cia?
•Dan sekuat apa Cia menghadapi pacar yang Toxic dan kebencian cinta pertama dan kedua nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyeka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Trauma Cia Semakin Parah

“Bos, Narel ngajak balapan,” ucap Bryan tiba-tiba di tengah keheningan kamar rawat inap Cia. Setelah acara maaf-maafan tadi mereka semua nggak langsung pulang, mereka memilih menemani Cia.

“Kapan?” tanya Devlyn singkat.

“Vero bilangnya lusa,” jawab Bryan yang hanya di balas anggukan kecil oleh Devlyn.

“Narel siapa?” tanya Jojon bingung.

“Ketua geng Draco,” jawab Bryan.

Cia yang baru saja selesai menelan makan malamnya langsung terdiam, ia seperti mengenal nama tersebut. Semakin lama ia mengingat tiba-tiba tangannya gemetar dan nafasnya mulai sesak kembali. Narel, ketua geng Draco. Iya, Cia ingat, Narel adalah seseorang yang hampir melecehkan nya di gudang terbengkalai di ujung kota bandung.

Tania yang sedang menyuapi Cia juga ikut terdiam setelah mendengar nama Narel. Narel ketua geng Draco? Apa Narel yang dimaksud mereka adalah Narel yang sama dengan kejadian itu?

Tania yang memang sedari tadi menatap wajah Cia langsung buru-buru pencet tombol darurat atau sering di sering di sebut emergency button begitu melihat tangan Cia yang mulai gemetar dan sesak nafas.

Sedangkan Alva yang baru saja tertidur di sofa luar ruang kamar Cia langsung lari masuk ke dalam ruangan Cia begitu mendengar alarm emergency. Menerobos kerumunan teman-temannya dan Tania yang masih saja memencet tombol emergency lalu memeluk badan Cia yang sudah gemetar ketakutan.

“Hey, mereka nggak mau jahat in Cia,” bisik Alva pelan di kuping Cia dengan badan tetap memeluk badan Cia, tetapi masih saja gemetar bahkan mulai berontak.

Suara pintu terbuka. Terlihat dokter Ana berjalan cepat ke arah mereka. “Kalian semua keluar dulu,” perintah dokter Ana.

Setelah semuanya keluar, dokter Ana langsung memberikan suntikan obat tidur hingga 10 detik kemudian badan Cia mulai lemah dan tertidur. Dokter Ana tersenyum kecut sambil membenarkan infus Cia yang hampir terlepas karena berontak tadi.

Sedangkan di luar semuanya masih menampilkan wajah khawatir sampai akhirnya tatapan itu berubah menjadi bingung ketika dari arah lift terlihat Rama Gavriell dan Rena Gavriella.

“Alvarez, Cia baik-baik saja, kan? tanya Rena dengan raut wajah khawatirnya sangat jauh berbeda dengan laki-laki yang berada di samping nya.

“Baik-baik aja, tan. Cia cuma kecapean biasa apalagi kemarin habis hujan-hujan, kan? jadi cuma masuk angin biasa,” jawab Alva bohong. Nggak mungkin dirinya berkata jujur ketika semua teman-temannya berada disini apalagi manusia setan itu juga berada di sini.

Zia yang melihat ibu dari sang pacar terlihat khawatir langsung memberikan air putih agar sedikit tenang.

“Tante sama om ada hubungan apa sama Cia?” tanya Jojon dengan wajah polosnya yang bodohnya diangguki mereka semua, kecuali Tania dan Alva.

Bryan yang panik, takut dengan kejujuran Rena pun langsung menjawab, “Anak pembantu gue.” Rena tersenyum kecut mendengar ucapan anak pertamanya apalagi Rama hanya diam tanpa membantah ucapan Bryan sedangkan Tania dan Alva menahan ketawa mendengar ucapan panik Bryan. Sebenarnya mereka mau kesal, tetapi setelah mengingat fakta kalau kekayaan Cia lebih besar dari Bryan langsung meluap rasa kesal mereka.

Cia memang nggak pernah mendapatkan kasih sayang dan financial dari Rama Gavriell, tetapi Cia mendapatkan dari nyonya besar Gavriella atau ibu dari Rama Gavriell. Pabrik teh di bandung berhasil dikelola oleh anak yang selalu disebut anak pungut oleh Rama Gavriell meskipun di bantu oleh anak kedua nyonya besar Gavriella dan Vino.

“Alva ikut saya!” perintah dokter Ana dingin begitu dirinya keluar dari ruangan Cia.

Alva mengikuti dokter Ana dari belakang, menghiraukan raut wajah bingung teman-temannya dan kedua orang tua Cia. Kenapa Alva yang harus ikut? Kenapa tidak di kasih tau saja semuanya?

“Trauma Cia kembali lagi.” Empat kata yang nggak ingin Alva dengar harus terdengar hari ini. Di dalam ruangan ber Ac, tepatnya di lantai 3 ruangan psikiatri.

“Mau sampai kapan kalian melakukan misi ini? Trauma Cia pasti akan tambah parah kalau kalian tetap melanjutkan misi nya karena bukan hanya Devlyn yang kasar, tetapi juga keluarganya yang pastinya mempercepat trauma Cia bertambah,” lanjut dokter Ana menatap punggung Alva.

Alva membalikan badan lalu berjalan ke arah dokter Ana yang saat ini bersandar di meja kerja nya. “Kak, lu adalah orang pertama yang tau kalau gua selalu menentang misi ini dan lu tau kan peraturan SevenDie gimana?” jawab Alva dengan nada lemah.

“Kita lakukan misi ini, tapi kita percepat, bisa? Paling tidak dua bulan dari sekarang” tanya dokter Ana seperti menantang.

Alva terdiam sebentar lalu mengangguk setuju. Ia akan merundingkan dengan teman-teman nya nanti. “Gua pamit pulang, ya, kak? SevenDie mau nongkrong,” pamit Alva dengan nada mengejek lalu dibalas tatapan kesal oleh dokter Ana.

Di dalam lift Alva berusaha menenangkan emosi nya, ia nggak mau semua orang tahu keadaan Cia, ia takut mereka semua tahu keadaan mental Cia menjadi alat balas dendam kedua sahabatnya.

Dengan tatapan dinginnya, Alva berjalan ke arah mereka semua berkumpul. Tatapan tajamnya mengarah ke Rama lalu sedikit memaksakan tersenyum setelah ditatap khawatir oleh Rena.

“Alva, Cia baik-baik saja, kan?” tanya Rena dengan raut wajah khawatirnya.

“Tante tenang, ya? Cia cuma kelelahan,” jawab Alva menenangkan Rena yang dari awal datang sangat khawatir dengan Cia. Inti Nevermind dan Zia saling bertatapan bingung. Kalau cuma anak pembantu, kenapa wajah Rena khawatir?

“Maaf tante, Alva dan Tania pamit pulang dulu, ya?” ucap Alva pamit pulang yang hanya di balas anggukan kepala oleh Rena.

“Kalau ada apa-apa nanti tante bisa hubungi Alva,” lanjut Alva lalu menarik Tania untuk cepat-cepat pulang karena inti SevenDie sudah menunggunya dan meninggalkan teman-temannya yang sepertinya juga ikut-ikutan pulang.

“Bang, lu yakin ninggalin Cia?” tanya Tania yang saat ini sudah masuk di dalam mobil.

Alva hanya diam focus mengendarai mobil. Jalanan sedikit lenggang jadi Alva dengan mudah mengendarai mobil sedikit cepat hingga di lampu merah ia berhenti lalu menatap adiknya yang terlihat khawatir meninggalkan Cia. Ia tersenyum tipis melihat kekhawatiran adiknya, ia kira adiknya akan cemburu karena mengingat sikapnya sangat peduli ke Cia bahkan kalau di lihat perhatian yang ia beri ke Cia lebih besar daripada Tania. “Maafin abang, ya? Abang lebih perhatian ke Cia daripada kamu, tapi kamu harus tau kalau abang juga sayang kamu,” ucap Alva menatap Tania yang di balas helaan nafas oleh adiknya.

“Bang, Tania justru bahagia abang mau nerima Cia. Tania nggak pernah iri sama Cia bahkan Tania mau abang selalu lindungi Cia walaupun Tania tahu kalau Cia adalah gadis yang kuat. Setidaknya kalau Cia nggak dapet pelukan dari om Rama dan Bryan, dia dapetin itu dari abang jadi Tania harap abang jangan pernah merasa bersalah kaya gitu,” jawab Tania tegas, ia selalu bersyukur abangnya mau menyayangi Cia.

Dulu Alva selalu posesif dengan pertemanan Tania bahkan ia selalu melarang Tania yang ingin main keluar rumah sampai akhirnya waktu itu karena Tania kesal selalu dilarang bermain keluar rumah, ia nekat keluar rumah untuk mengejar kucing kesayangannya yang kabur. Ia berhasil mendapatkan kucingnya, tetapi karena nggak hati-hati ia hampir ditabrak oleh pengendara mobil yang saat itu sedang mabuk. Iya, dia selamat, tetapi tidak dengan seseorang yang menolongnya. Anak kecil yang katanya anak baru di kompleknya itu mengeluarkan darah di pelipis dan tangannya. Tania inget banget gimana takutnya dirinya ketika bertemu keluarga penolongnya yang ia tahu mereka adalah nenek dan tantenya, tetapi ketakutan itu hilang begitu mendengar kalau keluarga penolong nggak menyalahkan Tania justru mereka mengkhawatirkan keadaan Tania yang saat itu pasti terkejut. Dan, sejak saat itu keluarga Tania berhutang nyawa pada gadis lugu yang tak lain adalah Valencia Agatha Gavriella.

Tania mengerutkan dahinya bingung ketika tujuan mereka bukan ke rumah melainkan ke apartemen abangnya yang saat ini dijadikan markas anak SevenDie. Berjalan ke lantai 15 sambil menatap abangnya yang selalu tanpa ekspresi di wajahnya hingga sampai di apartemen Alva yang sudah ada kedua temannya dan satu laptop di meja ruang tamu.

“Sudah siap semuanya, by?” tanya Alva ke kekasihnya. Tadi saat masih di ruangan dokter Ana, ia menelpon pacarnya untuk berkumpul di apartemennya termasuk kedua sahabatnya yang saat ini masih berada di korea.

“Lama banget lu, oncom!” teriak seseorang dari laptop. “Gangguin orang pacaran aja, lu,” lanjut seseorang tersebut mengomel kesal.

“Heh, markonah, lu kira jarak rumah sakit sama apartemen abang deket? Jauh, bruv,” jawab Tania dengan nada julid.

“Jangan ribut! Jadi gimana, Va? Kenapa kita disuruh kumpul?” lerai orang kedua yang juga sama berada di sana dengan tegas. Dia adalah ketua bayangan SevenDie.

Alva yang sedari tadi menyender di bahu Ara pun langsung menegakan badannya lalu menatap lawan bicaranya sambil menghembuskan nafasnya pelan. “Kak Ana minta kita percepat misi kita soalnya mental bocil taruhan nya di misi ini, kalian nggak lupa kan tentang trauma Cia?” ucap Alva menjelaskan keadaan Cia yang saat ini semakin parah kalau terlalu lama menjalankan misi ini apalagi pemicu parahnya trauma Cia di dekat Cia sendiri.

“Devlyn kasih tau aja. Bukannya misi kita akan lebih cepat selesai kalau Nevermind juga ikutan, ya?” ucap adik kembar Ara yang langsung di angguki oleh Tania dan satu temannya yang berada di korea.

“Di sekitar Nevermind ada pengkhianat,” jawab Alva lalu melanjutkan, “Dua bulan kita selesaikan atau kita kehilangan dua orang sekaligus? Gua yakin musuh incar Cia juga. Jadi gimana keputusan lu, No?”

Seseorang di seberang sana yang dipanggil No langsung mengangguk setuju karena menurut nya yang tahu segalanya di Jakarta Alva jadi lebih baik ia menurut saja atau kejadian satu tahun yang lalu terulang.

“Wait, gua baru ngeh, kalau kalian berdua di sini terus yang jagain Agatha siapa?” tanya Ara yang menanyakan keadaan Cia. Agatha adalah nama kecil Cia dan hanya orang terdekat Cia yang boleh memanggil nama tersebut.

“Di jaga sama orang tua nya,” jawab Tania singkat, tapi bisa buat terkejut semuanya karena kejadian langka ini. Kenapa disebut kejadian langka? Karena baru kali ini kedua orang tua Cia mau menjaganya.

“Lah tumben itu om-om bego mau jagain anaknya,” respon kembaran Ara heran.

Jam sudah pukul 21.00. Namun, ke enam anak ini masih bercanda tawa seakan menghilangkan kerinduan mereka semenjak berpisah demi menjalankan misi ini.

Pah, mah, ayo pulang. Bryan capek di sini.

Bryan, kasihan Cia nggak ada yang jaga.

Sudahlah biarkan saja anak ini di sini sendirian. Toh, sedari tadi nggak mau bangun, lagian saya juga capek. Ayo kita pulang!

“Sialan!” umpat enam manusia berbeda tempat ketika mendengar suara dari handphone milik Alva. Sengaja Alva menyambungkan Chip pada kalung Cia dengan handphone nya. Ia tahu kejadian ini pasti terjadi jadi ia menyambungkan nya untuk berjaga-jaga kalau Cia di tinggal oleh mereka.

Tak lama handphone Alva berdering. Nama tante Rena tertera jelas di log panggilan membuat ke tiga cewek yang berada di apartemen Alva langsung menyiapkan telinga nya untuk menguping pembicaraan Alva dan ibu dari bocah kecil kesayangannya itu. Sedangkan, dua orang yang saat ini berada di korea menatap bingung ketika Alva menerima panggilan telepon lalu tersenyum miring ketika tahu bahwa yang telfon ibu tiri Cia.

Mereka berenam terkekeh sinis begitu mendengar pernyataan maaf karena meninggalkan Cia di rumah sakit dari Rena. Sudah mereka duga kalau mereka pasti akan pulang daripada menemani anaknya yang saat ini sedang terbaring lemah di rumah sakit.

“Rumah sakit,” ucap Alva lalu mematikan laptop nya begitu temannya yang berada di korea mengangguk.

“Finally bisa ngrecokin bocil!!” teriak adik kembar Ara.

Mereka berempat langsung berangkat ke rumah sakit untuk menemani Cia setelah menyiapkan perlengkapan untuk menginap. Jalanan yang sudah lenggang karena jam sudah menunjukan pukul 22.00 memudahkan Alva untuk segera sampai di rumah sakit.

“Jalan nya pisah,” ucap Ara begitu sampai di parkiran khusus keluarga Smith yang di angguki mereka bertiga. Alva dan Tania terlebih dahulu lalu Ara dan saudara kembarnya ikut keluar setelah Alva dan Tania berjalan sedikit menjauh.

Setelah memastikan aman mereka semua pun langsung masuk ke dalam kamar milik Cia.

“Hey, cantik, kenapa murung?” tanya Ara saat masuk melihat adik kesayangannya sedang menatap langit di malam hari.

Cia yang nggak mau Ara khawatir langsung menggelengkan kepalanya lalu tersenyum cerah ketika melihat Tania dan saudara kembar Ara yang sering ia panggil Nini. “Kalian datang ke sini?” tanya Cia dengan mata berbinar membuat ke empat remaja ini tersenyum hangat.

“Iya dong!” jawab Tania dan Nini dengan semangat sambil menunjukan chiki snack yang mereka beli tadi sebelum ke rumah sakit.

“Lihat kita juga bawa bantal buat tidur di sini,” lanjut Tania sambil menata bantal yang mereka bawa.

Sedangkan Ara dan Alva hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku ketiga adik mereka yang sedikit heboh, tetapi mereka juga tersenyum senang karena akhirnya Cia tersenyum setelah terlihat murung. Cia memang bisa bohong ke dua gadis yang begonya sama, tapi tidak untuk Ara dan Alva.

Mereka semua berbaring di karpet sambil melihat upin Ipin di TV yang mereka sambungkan lewat youtube karena Upin Ipin di jam segini sudah selesai.

“Mulutnya Fizi minta di geprek,” komentar Tania yang angguki oleh mereka semua.

“Iya, bener, harusnya nggak di temenin aja itu Fizi,” lanjut Alva yang juga-juga ikut berkomentar ketika melihat adegan dimana Fizi berkata, Tak ada emak tak ada lah surga. Alva yang berada di Nevermind sangat jauh berbeda di SevenDie. Alva sebenarnya bisa bercanda dan ngomong panjang, tetapi dengan syarat harus ada Ara di dekatnya. Memang sedikit bucin dan bikin gumoh, tetapi itulah Alva yang katanya kulkas dua pintu nya Nevermind.

“Cia Ikut tes beasiswa di thailand dan kemarin sudah berhasil di tahap berkas. Kurang tahap wawancara dan tahap prestasi ,” ucap Cia sambil menatap teman-temannya yang terlihat serius melihat upin ipin membuatnya mendengus kesal karena nggak ada respon dari mereka, kecuali Ara yang memang duduk paling dekat dengannya langsung menatap bertanya.

“Kapan dua tahap itu? Nanti kakak temenin,” tanya Ara yang artinya mendukung kegiatan yang akan dilakukan Cia.

“Kalau tahap prestasi besok Lusa lewat online, kak,” jawab Cia tersenyum karena Ara mau mendukung kegiatan yang sedang ia lakukan. “Tapi, Cia bingung nanti ikut tes nya di mana? Laptop Cia ketinggalan di bandung,” lanjutnya sambil mencebikan mulutnya kesal.

Ara terkekeh ringan. “Nanti tes nya di Apartemen Kafi, mau? Laptop kakak ada di apartemen Kafi atau kamu mau bawa aja?” ucap Ara memberi solusi.

“Di apartemen Kafi aja,” jawab Cia lalu di angguki oleh Ara.

“Yaudah sekarang kamu tidur,” ucap ara sambil mengelus kepala Cia supaya cepat tidur.

“Lah, kirain tadi diem karena dengerin ternyata tidur,” lanjut Ara terkekeh ketika melihat teman-temannya tertidur.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!