Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#33. KIYD.
Dor!!
Pria di hadapannya Red itu pun tumbang, dengan bersimbah darah karena kepalanya berlubang.
Dor!!
Doorr!!
Red menggelinding demi menghindari tembakan dari arah lain.
Wanita itu bersembunyi di balik tembok.
Shine melemparkan pistol kepada Black dan Blue.
Para anak buah Barca yang baru datang pun ternyata bersenjata.
Mereka melempar tembakan, ke arah dua orang pria yang berada di belakang meja bartender.
Seketika Black pun mendudukkan dirinya sambil menarik nafas dalam.
"Kau sangat berantakan," ejek Red yang melihat kunciran dari rambut panjang Black sudah carut marut tak karuan.
"Baru saja aku mau berterimakasih padamu, tapi kau sudah mengejekku lebih dulu." Black sempat-sempatnya melepas kunciran kemudian menyugar rambutnya kebelakang.
"Cih!" cebik Red yang semenjak kejadian tadi rasa tak sukanya berubah menjadi benci kepada pria ini.
"Kalian berdua! Ngapain malah mojok berdua. Bantu kami dong!" sergah Dark dengan gigi putihnya yang menyeringai seram.
"Sialan! Aku lelah tau!" jawab Red ketus tak terima.
"Untung saja gua bawa anak buah sempat menyusup, sebelum si kadal kurap itu mengunci semua akses keluar." Dark masih menatap tajam ke arah Red dan Black.
" Kita harus segera pergi dari sini, sebelum adik dari mafia bau tanah itu mengirim pasukannya lagi, bahkan dia bisa saja meledakkan tempat ini," kata Blue yang baru saja menembak dua orang anak buah Barca.
Meskipun Roberto telah mati, sang adik Barca tentu takkan diam saja.
"Apa maksudmu pria yang suka jelalatan itu, dia adiknya buaya koreng?" tanya Red pada Blue, sambil melirik ke arah Black.
"Cepat kita pergi dari sini! Aku dan Shine telah menghabiskan semua anak buah Barca. Walaupun begitu, kita tidak bisa mengabaikan Barca dan rencana yang tengah pria itu susun "
"Mungkin, ini saatnya tuan Leonard kembali menancapkan kukunya di lembah hitam," ucap Black dengan seringainya.
Blue memerintahkan pada semuanya agar gegas angkat kaki, sebelum ada hal buruk yang berkelanjutan.
Red mengangguk setuju.
Bagaimanapun tubuhnya serasa remuk.
Kepalanya pusing, karena mencium bau anyir darah bercampur dengan minuman beralkohol.
Klab malam itu begitu berantakan, dengan raga terkapar hampir di setiap sudut. Para pengunjung sudah kocar-kacir keluar sejak pertempuran awal.
Sedangkan para pekerja, mungkin bersembunyi di salah satu ruangan.
DOR ... DOR!!
Dark menembaki kunci, dan pintu pun terbuka.
"Menurutmu, apakah kejadian ini akan tercium pihak berwajib?" tanya Shine pada kawannya yang berkulit legam tapi berkharisma itu.
"Gua rasa Barca, telah mensiasatinya. Karena itu dia dengan percaya diri mengirim anak dengan senjata lengkap," jawabnya, sambil meregangkan otot lehernya.
_________
Kejadian di klab malam membuat adik dari Roberto ini meradang. Pria itu rugi besar, kehilangan anak buah serta kehilangan uang. Belum lagi ia menemukan fakta bahwa sang kakak mati di tangan musuh.
"Mereka benar-benar tidak bisa dianggap remeh. Dari mana Leon mendapatkan anak buah sekompeten itu," geram Barca kesal, marah dan semakin dendam.
"Aku menginginkan wanita itu. Bawa dia kesini!" teriak Barca di tengah mini bar-nya. Nampaknya, pria itu sudah mulai mabuk.
"Aku benar-benar menginginkannya, merasakan tubuhnya, hahaha!" gelak tawa dari pengusaha aliran hitam itu menggema.
"Nick, kau harus mendapatkannya untukku. Atau, tubuhmu akan kulemparkan pada hiu!" ancam Barca. Membuat, Nick akhirnya mengangguk patuh.
"Sial, kenapa jadi aku yang harus melakukannya. Sedangkan, wanita itu pasti di kawal ketat saat ini," batin Nick mengumpat pada nasibnya.
Barca menyeringai sinis, dengan segala rencana yang tersusun di dalam kepalanya.
___________
Rencana pernikahan Leo dan Nadia tetap berjalan semestinya meskipun dengan pengawalan ketat nantinya.
Leo telah menyiapkan semuanya.
Leo takkan diam saja tanpa sebuah rencana maupun strategi setelah para anak buahnya bertempur beberapa malam lalu.
Mau tak mau Leo menghidupkan kembali klan Leon King demi menjaga apa yang harus ia jaga. Selama beberapa tahun belakangan ini, Leon sempat bersembunyi dari dunia hitam itu.
Akhirnya hari itu pun tiba, dimana Nadia merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya, karena kegugupan yang luar biasa.
Bukan hanya risau dan tak tenang karena akan mengikat janji untuk kedua kali dalam hidupnya.
Akan tetapi, kemungkinan penyerangan dan ancaman dari para musuh calon suaminya yang membuatnya khawatir.
Nadia nampak takjub kala memandangi dirinya di depan kaca. Riasannya membuat dirinya bagaikan dewi.
Akan tetapi, seketika wajah itu murung. Risau dan khawatir itu tercetak jelas pada wajah cantiknya. Hingga menutupi gurat kebahagiaan yang seharusnya memancar saat ini.
"Aku harap, pernikahanku kali ini adalah yang terakhir." Nadia bergumam pelan dengan kedua tangan yang saling menggenggam.
Meskipun ia tau bahwa penjagaan di hotel ini sangatlah ketat. Tetep saja, Nadia tidak bisa membohongi perasaannya yang gelisah.
Lamunannya seketika pun buyar seiring bunyi ketukan pada pintu kamarnya. Membuatnya segera melangkah menghampiri untuk membukanya.
Klek.
Sosok gagah rupawan nan dewasa, dengan postur tinggi tegap, kini tengah tersenyum begitu hangat padanya.
Bahkan, wajah itu menjadi halus, karena Leo telah mencukur bulu di area sekitar rahang tegasnya.
"Leo."
Pria dengan tampilan yang begitu memukau pun tersenyum menatap bidadari di hadapannya ini.
"Apa kau sudah siap, ratuku?" tanya Leo, dengan panggilan yang membuat Nadia tersipu malu.
Hingga dirinya hanya dapat mengangguk pelan.
Leo mengulurkan tangannya, menaikkan dagu pada wajah yang tengah menunduk itu.
Cup!
Sebuah kecupan lembut mendarat di bibir Nadia yang merah merona. Membuat wanita itu menegang lantaran kaget.
"Kau ini. Ingin menghancurkan riasanku, ya," gemas Nadia.
Sementara Leo tertawa tanpa dosa.
"Kita harus segera berikrar, karena aku sudah tidak tahan untuk memakanmu." Leo menarik tangan Nadia, menuntunnya keluar kamar dari hotel yang memang telah Leo booking untuk perhelatan besar pernikahan keduanya.
"Sejak kapan kau berubah jadi kanibal?" kaget Nadia seraya melepaskan genggaman tangan Leo dan mundur menjauh dari lelaki yang akan menjadi pendamping hidupnya itu.
"Oh, astaga! Bukan memakan dalam konotasi yang sebenarnya, Nadia ...!"
...Bersambung...
wc umum.
pas lah pasangan SM penjahat kelamin