NovelToon NovelToon
Black Parade

Black Parade

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Identitas Tersembunyi / Kutukan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Dendam Kesumat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sad Rocinante

Nb : konten sensitif untuk usia 18 tahun ke atas !

Parade Hitam, wabah Menari.
Kisah kelam dalam hidup dan musik.
Tentang hati seorang anak manusia,
mencintai tapi membenci diri sendiri.
Sebuah kisah gambaran dunia yang berantakan ketika adanya larangan akan musik dan terjadinya wabah menari yang menewaskan banyak orang.

------------------------------------------------

Menceritakan tentang Psikopat Bisu yg mampu merasakan bentuk, aroma, bahkan rasa dari suatu bunyi maupun suara.

Dia adalah pribadi yang sangat mencintai musik, mencintai suara kerikil bergesekan, kayu terbakar, angin berhembus, air tenang, bahkan tembok bangunan tua.

Namun, sangat membenci satu hal.
Yaitu, "SUARA UMAT MANUSIA"

------------------------------------------------

Apa kau tahu usus Manusia bisa menghasilkan suara?
Apa kau tahu kulitnya bisa jadi seni indah?
Apa kau tahu rasa manis dari lemak dan ototnya?
Apa kau tahu yang belum kau tahu?
Hahahaha...

Apakah kau tetap mau menari bersamaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sad Rocinante, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian III - Invitation Letter

Pada suatu sore yang mendung, pukul empat sore merenung, setiap orang berpakaian kusam, riuh rendah baju hitam, hiruk pikuk sepatu merah memenuhi seluruh negri, hitam pekat awan dan penduduknya.

Tanggal 24 datang sebuah surat, diantarkan oleh seorang lelaki misterius berpakaian rapih dan tentu saja serba hitam karena saat ini sedang parade hitam, dengan topi topper berpita putih (kini lebih di kenal dengan topi pesulap), dasi putih kusam, dan sepatu merah mengkilap.

Pria itu datang seperti seorang pencuri yang mengendap-endap menoleh ke kanan dan kiri, dengan elegan membungkuk meringkuk, menyerahkan sebuah surat kepada Minette agar sekiranya diberikan langsung olehnya kepada Nyonya Frances Pazzi Way, sang tuan rumah.

Sesaat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya, tanpa sepatah kata pun dia pergi bak bayangan, kembali mengendap-endap berjalan di antara lorong-lorong sempit perkotaan, membisu bersama aroma amis jalanan, menghilang bagai keyakinan.

Sementara itu di atas balkon istananya, Nyonya Way sedang asik menikmati awan sepi bersama segelas teh hangat, seruput halus wajah berseri.

"Nyonya ... ada sebuah surat untuk Anda."

Minette yang datang tiba-tiba, menunduk hormat bersama sebuah amplop hitam dengan pin merah di tangannya.

"Baik, letakkan saja di meja, saya sedang menikmati senja." Seruput mewah di bibir Si Nyonya mewarnai kesunyian balkon.

Minette dengan sopan mengulurkan tangannya jauh kedepan, meletakkan amplop surat dengan pelan.

"Kalau begitu, saya mohon permisi, Nyonya."

"Silahkan."

Teh hangat kembali diseruput, rasa hangat direnggut, hembusan angin menari bersama rumput, gerimis menangis menjadi hujan penuntut.

"Aaahhh ... hari semakin dingin saja."

Nyonya Way meraih amplop hitam dan membuka tali yang terikat melilit pin merah di tengahnya.

"Pasti ini surat dari Nyonya Helena."

Mengeluarkan surat yang terbuat dari kertas tebal seperti kartu, surat itu berwarna hitam dengan tulisan bertinta emas.

"Hmm ... seperti biasanya."

Nyonya Way berjalan ke arah salah satu cermin yang tergantung di dinding, meletakkan surat di depan cermin tersebut dan mulai membaca.

"Dasar Nyonya Helena ... Bangsawan Rose'shiel memang beda."

Seperti dugaannya, surat itu merupakan surat undangan pesta dari salah satu bangsawan paling berpengaruh, serta merupakan sahabat dan saingan Nyonya Way dalam perebutan posisi The May Quuen setiap tahunnya.

Hanya bangsawan-bangsawan serta orang kaya elit lah yang menerima undagan unik ini, setiap pesannya di tulis secara terbalik sehingga para tamu undangan harus meletakkannya di depan cermin agar pantulan pada cermin lah yang akan mereka baca.

Surat tersebut berisi ucapan salam hangat dan tentunya undangan serta keharusan setiap tamu yang datang untuk mengenakan topeng maupun pakaian serba mewah, megah, dan paling aneh yang mereka miliki. Hal ini merupa kebiasaan mutlak pada setiap acara rahasia kaum elit kebangsawanan.

"Tidak terasa, beberapa hari lagi pertemuan akan segera digelar, saya tidak sabar menanti lagi."

Nyonya Way berjalan kembali ke kursi, terduduk bahagia, meringis tak sabar hati menunggu hariha.

Hari semakin gelap, pukul lima bagaikan malam saja, hujan semakin deras dan petir menggelegar keras.

Balkon tak sehangat dan seterang sebelumnya, Nyonya Way meraih lilin di hadapan, menyalakan dengan korek api di atas meja.

Haahh ....

Surat undangan kembali dimasukkan kedalam amplop, dililitkan talinya, entah mengapa hangat terasa. Dengan dua jari menahan amplop, Nyonya Way mengarahkan surat undangan kehadapan lidah api lilin, api tersulut dari sudutnya, angin berhembus — menghembuskan abu kertas, surat undangan telah hangus sepenuhnya.

Pembakaran surat merupakan salah satu bentuk kerahasiaan tentunya.

Huuufff ....

Hembusan napas Nyonya mengakhiri malam tiba.

***

"Nyonya, ini gaun pesanan Anda telah sampai, perancang terbaik di kota telah berusaha memberikan segala sentuhan seni hayalan di dalamnya."

Pada pagi hari Minette datang membawakan kiriman berupa gaun serta topeng pesanan Nyonya Way, gaun itu sangatlah mewah dan sangat aneh pula, Gaun hitam mengembang dengan rumbai dan renda-renda putih yang di bentuk sedemikian rupa layaknya kelopak bunga mawar musk, di sekujur gaun terdapat jahitan benang emas dengan motif tengkorak dan hewan-hewan melata.

Tidak lupa beberapa miniatur hewan dari emas yang tergantung di antara gaunnya, seperti lebah, ulat, katak, ular, kupu-kupu, burung, tikus, kucing dan banyak lagi hal-hal aneh yang semuanya tanpa kepala, hanya badan saja.

Untuk bagian kepala, Perancang mengirimkan sebuah topeng emas yang haya seukuran pipi ke atas, dimana sisi-sisinya berhiaskan bulu-bulu halus bebek maupun burung berwarna putih, entah berapa hewan yang mati demi hal itu.

Di tengah topeng sekitar dahi terdapat lingkaran api seperti matahari bersinar, ditengah mata hari tersebut terukir satu mata dengan berlian biru sebagai bola matanya.

Diatas topeng terdapat tudung ataupun dapat disebut topi yang tertancap banyak sekali bulu-bulu hitam, bulu-bulu itu tersusun semakin panjang ke atas dan belakang, dari bulu gagak, kemudian bulu ayam, bulu angsa, dan paling ujungnya adalah bulu unta yang semuanya hitam dan pastinya dari hewan asli bukan tiruan pula.

Anting-anting di keluarkan dari dalam kotak — kepala bayi dan sebuah miniatur mawar merah besar yang mekar. Terbuat dari tembaga yang diberi warna dari darah hewan asli sehingga masih berbau amis.

"Wah ... Nyonya, ini luar biasa sekali, apakah ini karya dari langganan Nyonya? sepertinya ini karya terbaik dia," ujar Minette menyentuh gaun dengan kagum.

Dengan mata berbinar, Nyonya Way tak-dapat berhenti tersenyum menatap gaun barunya.

"Yah ... ini sangat luar biasa, ini bukanlah karya si tua Lakes, melainkan seorang perancang busana bernama Salvador Elter, yang di sarankan langsung oleh Lakes kepada saya."

"Dan masih ada satu gaun lagi nyonya, sepertinya samalah bentuknya dengan gaun Anda ini, tatapi gaun itu berukuran kecil, untuk siapakah itu, Nyonya?" Minette menunjuk ke arah kotak di samping lemari.

"Itu bukanlah gaun, dasar Minette! itu adalah kostum pesta untuk Mercury, memang sengaja segala aspek di dalamnya selaras dengan gaun saya, bahkan sama persis."

"Wah ... beruntung sekali Tuan Muda Mercury, apakah Tuan Muda Hutton juga sama?" Minette sedikit menyindir rasa penasarannya.

"Tentu tidak, anakku Hutton cukup perpakaian layaknya pesta biasa saja, sebaiknya kau tidak perlu bertanya apa-apa lagi Minette, segera rapihkan saja semua ini dan esok hari persiapkan untuk pesta yang akan saya hadiri malamnya."

"Baiklah Nyonya, saya tidak bermaksud demikian, saya minta maaf."

Sebenarnya jauh dalam hati Minette tersimpan beribu tanya dan kekesalan, kenapa Tuan Muda Huttonnya terasingkan sedangkan si kutu penghisap darah diperlakukan layaknya istimewa?

Entahlah siapa yang tahu wahai Minette.

Berakhirlah perbincangan bertepuk sebelah tangan antara Minette dengan Nyonya Way, tak ada yang dapat terjadi di luar keinginan Sang Nyonya, bahkan menipu Tuhan pun bukan masalah besar baginya.

Di halaman depan istana, Nyonya Way yang terduduk di bawah payungan dua orang pelayan nampak sangat antusias serta serius akan persiapan pesta besok, dia memanggil dan mengumpulkan seluruh utusan pengawal, pelayan, maupun kusir kereta yang akan ikut bersamnya nanti.

Para utusan itu di berikan topeng putih bersama dengan jas dan gaun hitam yang baru saja di beli oleh Minette untuk mereka gunakan esok hari, selagi kau bersama Sang nyonya, semuanya harus nampak sempurna bahkan jika engkau hanyalah seorang cecunguk pesuruh saja.

Semua utusan nampak amat bahagia dan bangka akan dirinya masing-masing, setelah di bubarkan mereka dengan ligat dan semangat mempersiapkan segala kebutuhan esok hari, ada yang mengelap sepatu serta topi, mencoba topeng apakah selaras dengan wajah, dan dengan segera membersihkan kereta kuda serta memberi kuda-kudanya makan dan dimandikan juga, semuanya nampak baik dan tak sabar akan hari esok, tanggal 27 yang menggebu.

Mercury dan Hutton yang sedang asik belajar menulis di kamarnya, beberapa hari ini mereka selalu didatangi oleh Dokter Jules yang senantiasa membimbing dan mengajari mereka, apalagi Mercury yang seperti seekor lintah yang tanpa ampun menghisap semua ilmu yang di paparkan kepadanya.

Hanya ini yang menarik dari manusia ...

Hanya ini yang baik dari manusia ....

Mercury tanpa lelah menggerakkan tangannya, menggores tulisan demi tulisan, ratusan lembar kertas bukanlah berlebihan baginya, Nyonya Way selalu menyediakan segala keinginan mereka.

Tok ... tok ... tok ....

Suara ketukan pintu memompa rasa semangat dan bahagia di hati Mercury, berharap semoga yang datang adalah Dokter Jules sang guru pengajarnya.

"Ini Mama ... bolehkah Mama masuk?"

Ternyata itu Sang Nyonya, sial ....

"Tentu saja Mama ... masuklah, pintu itu tak terkunci," jawab Hutton mempersilahkan.

"Hi ... kalian sedang apa, manisku?"

"Kami sedang belajar Mama, aku mengajari Mercury tetapi sekarang malah dia yang jauh lebih hebat dari pada aku Mama."

"Wah ... Kamu hebat Mercury, dan untuk Hutton jangan sampai kalah loh ...." Nyonya Way mencolek hidung mungil Hutton.

"Tidak Mama, bahkan jika saudaraku mengalahkanku, aku tidak keberatan sama sekali, aku hanya butuh dia selalu bersamaku, dan lihatlah senyumnya saat menulis itu ... bukankah itu luar biasa?"

Hutton nampak sangat menyayangi Mercury saudaranya, dia telah memberikan segala yang dia punya, hati bukanlah harga mahal untuk seseorang yang menjadi obat kesepian dan kesendirian yang selama ini menyiksanya.

"Ya ... ya ... memang begitulah seharusnya seorang saudara, anakku."

Nyonya Way mengelus kepala Mercury, memanggilnya untuk mendengarkan hal yang akan dia bicarakan.

"Mercury ... nanti lagi menulisnya, tolong lihat Mama sebentar."

Mercury pun menoleh, memutar badan untuk melihat Nyonya Way, entah apa yang akan Si Nyonya Katakan, cukup menarik tetapi sangat mengganggu dalam waktu bersamaan.

"Tolong persiapkan dirimu untuk acara besok malam, dan jangan terlalu nakal ya ... kamu hanya harus diam mengamati setiap hal, Mama berjanji akan memberikan hadiah apapun yang kamu mau nanti," bujuk Si Nyonya lembut, mengayomi penuh harapan .

Mercury membalasnya dengan senyuman dan menunduk patuh, mengiakan segala hal yang dia tidak butuh, menyiksa namun apa boleh buat.

"Aku ikut juga kan Mama ...?" potong Hutton manja.

"Ia sayang ... kamu ikut, tetapi kamu akan bersama Minette dan para pengawal ya, biarkan saudaramu dulu yang ikut, Mama Janji kapan-kapan kamu yang akan menjadi bintang utamanya."

"Baik Mama, itu bukan masalah bagiku, hehe ...."

"Kalau begitu Mama pergi dulu, kalian lanjut saja kegiatan kalian."

Ummuah ... ummuah ....

"Selamat tinggal dan bersenang-senanglah, anak-anak ...."

Nyonya Way menciumi kening kedua putranya, berpamitan keluar dari ruangan, meninggalkan kecupan basah beraroma teh segar dan bau harum dari tubuh hangatnya.

Mercury dan Hutton pun melanjutkan kebersamaan mereka, setelah selesai belajar, mereka bermain sesuai perjanjian antara mereka berdua.

Sampai sore bahkan malam Mercury menunggu kedatangan Dokter Jules, alangkah sialnya sang Dokter tak kunjung datang bertamu ataupun hanya sekedar lewat saja — suara napas, detak jantung, bahkan langkah kakinya sama sekali tak terdengar seharian ini.

Manusia memang begitu, selalu memiliki alasan untuk dicintai dan dibenci dalam waktu bersamaan.

1
Sulis Tiani Lubis
negeri yang dibalik?
SAD MASQUITO: gimana? hahaha
total 1 replies
L'oreal ia
jadi bacaan cewek cocok, apalagi cowok.
pokoknya netral dah, baru kali ini ketemu novel klasik kayak novel terjemahan aja
Gregorius
thor, Lo gila kayak pas nulis ini
Anonymous
lupa waktu jadinya
hopitt
alur cerita penuh warna, tidak monoton, naik turun kayak mood gw wkwk
Kyo Miyamizu
cerita ini bikin segala macam perasaan muncul, dari senang sampai sedih. Gila!
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
SAD MASQUITO: terima kasih kawan atas kesediaannya membaca novel saya
total 2 replies
AmanteDelYaoi:3
Mendebarkan! 😮
SAD MASQUITO: terimakasih banyak, kakak pembaca pertama saya, akan saya ingat.
izin screenshot ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!