*Untuk mengerti alurnya di sarankan membaca terlebih dahulu Nightmare system sampai selesai*
Kisah seorang pemuda yang memiliki cita cita untuk menjadi seorang atlet mma, terpaksa harus meninggalkan cita citanya karena dia harus bekerja menghidupi ketiga adiknya dan dirinya sendiri akibat ayahnya menghilang. Di usia 10 tahun, dia mengalami sebuah kejadian yang membuatnya mengalami amnesia ringan dan tidak sadar dirinya pernah menolong sesuatu yang sekarang kembali membantu dia menyelesaikan masalah yang sedang di hadapinya.
Genre : Fantasi, fiksi, action, comedy, drama, super heroes, mystery.
Mohon tinggalkan jejak ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Keesokan paginya, “kak...kak...bangun kak,” Adel mencoba membangunkan Ardo yang tertidur sambil bersender ke dinding tepat di sebelah ranjang ketiga adik nya.
“Ugh...pagi Del,” ujar Ardo sambil perlahan membuka matanya.
“Kak, hari ini aku pergi sama kak Helmi, tolong antar Andin dan Anisa ya, tadinya aku mau pesan taksi online buat mereka, tapi kayaknya bahaya ya,” balas Adel.
“Hmm kamu bener juga, ok nanti aku minta tolong Desi juga supaya bisa pakai dua motor,” balas Ardo.
“Telat kak, tuh,”
Adel menunjuk ke belakang, Ardo mengintip ke belakang Adel, dia melihat Desi sudah siap mengenakan pakaian senamnya yang di lapis oleh kaus dan jaket sedang duduk bersila di lantai sambil melihat smartphone nya.
“Oh dia udah di sini ? Andin ama Anisa sudah siap ?” tanya Ardo.
Adel menunjuk ke arah ranjang, Ardo menoleh melihat Andin yang baru bangun dan masih acak acakan, sedang berusaha membangunkan Anisa yang masih terlelap.
“Bentar lagi mereka siap, aku keluar bentar ya, beli mie gelas buat kita sarapan,” ujar Adel.
“Ya udah, aku mandi dulu,” balas Ardo.
Adel berdiri dan berjalan keluar dari kamar setelah pamit kepada Desi, Ardo langsung bergeser kemudian duduk di depan Desi.
“Lo ga tidur ya ?” tanya Ardo.
“Tidur kok, tapi ya emang biasanya gue bangun pagi pagi walau tidur malam sekalipun,” jawab Desi.
“Lo bisa bantu anter Anisa kan ? boncengan ama lo naik motor ?” tanya Ardo.
“Katanya mau pakai taksi online aja ?” tanya Desi.
“Yah lebih aman gue ama lo yang anter mereka, kalau Adel sih pasti aman, karena walau dia bilang naik angkot, pasti di anter ama Helmi,” jawab Ardo.
“Ya udah, ga apa apa, abis itu kita ke gym ?” tanya Desi sambil menunjuk ke udara.
“Bwuung,” sebuah layar hologram berwarna kuning terbuka di depan wajah Ardo, langsung saja Ardo tersenyum membacanya,
\===========================================
Daily Training :
- Push up (0/50)
- Sit up (0/50)
- Squat (0/50)
- Using sandbag and pivot (0/100)
Reward Training :
Exp point : Push up, sit up, squat x1 --- 100p
Sanbag punch right and left x1 --- 50p
Money : Push up, sit up, squat x1 --- 100.000 IDR
Sanbag punch right and left x1 --- 50.000 IDR
\===========================================
“Sip, nambah nambah duit buat beli mobil,” ujar Ardo tersenyum.
“Dasar lo, tapi ya bener juga sih,” balas Desi.
“Eh...kakak mau beli mobil ?” tanya Andin yang tidak sengaja mendengar ucapan Ardo.
“Iya Ndin, buat ke cisarua besok, beli yang second aja, supaya bisa langsung di pakai,” jawab Ardo.
“Loh beneran kak ? waduh, emang duitnya cukup kak ?” tanya Andin.
“Cukup kok, asal tidak yang terlalu mahal, yang penting muat rame rame dan kuat menanjak ke puncak,” jawab Ardo.
“Udah bilang kak Adel belom kak ?” tanya Andin.
“Belom sih, tapi aku yakin dia setuju kok,” jawab Ardo.
“Soalnya kak Helmi bilang semalem dia rela keluar mobil, jadi aku pikir kita rame rame naik mobil kak Helmi,” balas Andin.
“Ya ga apa apa, dia bawa mobil aja sendiri, aku sama Desi, tinggal kalian mau ikut mana kan,” balas Ardo.
“Gitu ya, ntar aku ngomong ama kak Adel dulu deh,” balas Andin.
“Aku ikut kak Ardo,” celetuk Anisa yang baru bangun.
“Nah sudah ada satu peserta Do,” balas Desi.
“Ih mobil nya baru mau di beli Nis,” ujar Andin kepada Anisa.
“Loh emang kenapa kalau mau di beli, kan nanti sore berarti udah ada mobilnya,” balas Anisa.
“Ya udah, kalian siap siap dulu, nanti aku dan Desi yang anter kalian ke sekolah, pulangnya sukur sukur aku dan Desi bisa jemput kalian langsung pakai mobil,” balas Ardo.
“Oh gitu,” balas Andin dan Anisa bersamaan.
Ardo bisa melihat, walau Andin terdengar khawatir namun wajahnya menampakkan kalau dia sebenarnya senang, sedangkan Anisa sudah langsung senang tanpa menunjukkan ekspresi yang aneh aneh. Tak lama kemudian, Adel kembali dan mereka ber lima menikmati sarapan mi gelas yang di beli oleh Adel. Setelah Adel di ceritakan oleh Andin dan Anisa,
“Hmmm....kalau gitu ajak kak Helmi aja sekalian jadi dia ga perlu bawa mobil,” ujar Adel.
“Lah justru kalau bisa dia juga bawa mobil, jangan lupa, kita masih belom lepas dari bahaya dan tujuan kita ke cisarua buat ngobrol sama om Irwan,” balas Ardo.
“Jadi maksud kakak, kalau kenapa napa, aku, Andin dan Anisa pulang sama kak Helmi gitu ?” tanya Adel.
“Ya, makanya aku mau minta tolong ama dia supaya bawa mobil juga kesana, tapi ya...kalau dia mau sih,” jawab Ardo.
“Dia mau kok, semalem dia nawarin, bener kan Ndin ?” tanya Adel sambil menoleh melihat Andin.
“Iya kak, aku kan udah bilang tadi,” jawab Andin sambil melihat Ardo.
“Iya, pacar kak Adel ganteng, Nisa juga mau ikut sama mobilnya,” tambah Anisa.
“Oi Nisa, dia belum jadi pacar ku,” tegur Adel.
“Ah kak Adel ngeles lagi, kasian tau kak Helmi, dia sampe begadang di sini nemenin kita dan pulang pagi, begitu besar pengorbanannya tapi ga di akui ama kak Adel, gimana kalau aku aja yang menjawab perasaannya, toh muka ku dan kak Adel mirip hehe,” balas Andin sambil membetulkan kacamatanya dan tersenyum lebar.
“Jangan rese ya Ndin, sudah ku bilang dia belum jadi pacarku, ngerti kan maksudnya,” balas Adel.
“Belum berarti akan hehe,” ledek Desi.
“Ih...kak Desi rese, bukan aku ga mau sama dia kak, dia baik banget, selama ini aku di bantu terus sama dia, aku ga enak jadinya sama dia, aku sebenarnya mau pacaran sama yang seimbang, aku bantu dia dan dia bantu aku, tapi kalau kak Helmi rasanya terlalu baik buat aku dan aku jadi ngerasa ga pantes gitu ada di samping dia,” ujar Adel.
“Oh kalau itu aku juga sama kok Del, aku juga deket sama satu cowo yang baik banget sama aku, tapi aku malah bikin dia kecewa dan sakit hati, ketika aku sadar, aku bener bener nyesel banget dan hanya bisa berharap dia bahagia walau dia deket dengan ku, berarti kita sama ya,” ujar Desi sambil memegang tangan Adel.
“Maksud lo gue ?” tanya Ardo tiba tiba sambil menoleh melihat Desi dan menunjuk wajahnya.
“Hah....jangan kegeeran lo, jelas bukan lo lah, emangnya cowo cuman lo ? kan enggak, lagian kita berdua kan temenan, gue ga mau ngerusak pertemanan kita tau,” teriak Desi.
“Oh kirain hehe,” ujar Ardo tersenyum.
“Dasar rese,” balas Desi sambil membuang wajahnya yang cemberut dan melipat tangan di dadanya.
“Barusan...kok kayak nya yang curhat kak Intan ya ?” tanya Adel, Andin dan Anisa dalam hati mereka sambil menoleh melihat satu sama lain karena heran.