Gu Yinchen, dijuluki sebagai Kultivator Pedang Bulan oleh Raja Iblis yang menyerangnya bersama dengan ribuan orang dari lima sekte ternama. Julukan itu diberikan usai Gu Yinchen mati setelah jantungnya berhasil dihancurkan oleh Raja iblis.
mungkinkah Gu Yinchen akan kembali demi membalaskan dendam rekan seperguruannya dan kelima tetua Sekte yang mati sia-sia demi membunuh Raja iblis yang memiliki lima jantung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Huacheng Imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 28 - TEH MELATI
Aroma teh melati hangat, menusuk indera penciuman Gu Yinchen ketika dia sedang duduk di depan sebuah meja bundar. Ditonton oleh beberapa orang yang tampaknya bukanlah orang biasa. Mereka mengenakan pakaian seragam yang di dadanya melekat lambang Sekte awan. Lima orang ini terus menatapnya dengan selidik seakan mereka baru saja menemukan spesies hewan langka yang sukanya membuat masalah.
”Hei! Aku dengar, kamu bisa memancing para monster mendekatimu ya?” tanya seorang anak laki-laki yang paling kecil berusia 12 tahun.
Gu Yinchen terdiam kebingungan. Tak mengerti maksud yang diucapkan oleh anak laki-laki itu padanya. Tetapi, yang jelas dia bisa bernafas lega karena berhasil kembali ke penginapan dengan selamat setelah hampir bertaruh nyawa dengan monster cacing tanah yang kuat.
”Kamu ini tidak boleh bertanya seenaknya pada orang asing! Kita diperintahkan untuk terus menjaganya dan mengawasinya seperti ini oleh Lin Wen!” sahut murid perempuan yang terlihat sedikit lebih dewasa dibandingkan dengan keempat murid lainnya. Namanya Shi Lun.
”Apakah salah satu dari kalian tidak bisa menceritakan apa yang terjadi di sini?” tanya Gu Yinchen sembari menadahkan dagunya di atas punggungnya. Sudah sejak tadi dia menanyakan pertanyaan yang sama namun, tidak ada satupun yang menjawab.
”Senang sekali menjadi murid pribadi Guru besar Sekte Matahari. Dia menyuruh kami menjagamu dengan baik dan jangan sampai kamu terluka sedikitpun.” sahut yang lain.
”Ya. Kamu membuat kami sedikit kesulitan tadi. Untungnya kami semua kuat jadi, kami bisa melindungimu dari monster yang hendak menyerang, tahu?” lanjut murid laki-laki dengan percaya diri meski saat ini sedang ditatap sinis, tidak percaya oleh Shi Lun.
”Jujur saja kalian tidak bisa bertarung tanpaku kan?!” suara seorang gadis memecahkan percakapan murid-murid ini sampai mereka semua akhirnya terdiam seketika begitu mendengar suara langkah kaki yang memasuki ruangan.
Kelima murid ini langsung menunduk, sembari mempersilahkan seseorang masuk dan berdiri di depan mereka juga di hadapan Gu Yinchen.
Sosok perempuan itu tampak tegas, dengan tatapan tajam menusuk indera penglihatan Gu Yinchen. Tubuhnya ramping, dengan rambut hitam legam yang dikuncir kuda serta kedua matanya yang juga memiliki warna coklat keemasan seperti warna mata milik rata-rata orang di sini. Bibirnya dipoles dengan warna merah merona hingga membuatnya terlihat jauh lebih tegas dibandingkan dengan murid perempuan yang mengawasi Gu Yinchen. Namun, yang sebenarnya, usia Lin Wen justru lebih muda dibandingkan dengan Shi Lun. Tetapi, Lin Wen mampu menunjukkan kemajuannya pada petinggi sekte hingga dia akhirnya diangkat sebagai murid tingkat tiga.
”Apakah dia ini Lin Wen yang mereka sebut tadi?” batin Gu Yinchen memperhatikannya.
Ada yang aneh dengan sosok perempuan yang muncul di depannya ini. Dia seperti memancarkan energi menyeramkan dari hewan buas. Sama seperti saat dia berhadapan dengan monster cacing tanah tadi meskipun dia belum menemukan tubuh asli monsternya. Tatapannya begitu mengintimidasi bersama dengan sorot warna coklat keemasan yang sekarang terlihat berubah warna menjadi merah menyala.
”Kau sudah sadar rupanya.” Lin Wen memberi jeda. ”... Katakan pada kami, mengapa kau tiba-tiba berada di gubuk reyot di tengah hutan malam kemarin?” ucapnya dengan dingin.
”Hahaha! Dia pikir aku akan menjawabnya?!” batin Gu Yinchen mulai menantang. ”... katakan dulu, dimana Guru sekarang?! Aku hanya akan menceritakannya setelah aku menceritakannya pada guru!” jawabnya sembari mengacungkan jari telunjuknya ke arah Lin Wen.
”Sayang sekali, Guru mu saat ini sedang ada urusan dengan petinggi Wang Le. Hanya ada kami di sini jadi, kau harus menceritakannya pada kami semua!” ucap Lin Wen memaksa.
”Kalau aku tidak mau, apakah kepalaku akan dipenggal?” tanya Gu Yinchen asal. Meski begitu, ucapannya ini berhasil memancing Lin Wen untuk segera menarik pedangnya kemudian menghunuskan ujungnya di depan leher Gu Yinchen dan menantangnya.
”Kalau itu yang kau mau. Aku akan langsung memenggal kepalamu jika kau tidak menjawab pertanyaan ku!” ucapnya memaksa.
”Kalau kau lakukan itu apakah tidak berbahaya bagi Sekte awan? Jangan main-main dengan Guru besar Sekte Matahari! Kalian tahu sendiri kan? Diantara keempat sekte yang lain, sekte Matahari disebut-sebut paling kuat. Kalau tidak percaya, kenapa kalian tidak bertanya pada yang lain?” jawab Gu Yinchen tanpa rasa takut sama sekali, mengabaikan ujung pedang yang nyaris menusuk lehernya.
Lin Wen tampak terdiam dan berpikir sejenak. Dia tidak diizinkan bertindak gegabah tanpa memikirkan akibatnya. Para petinggi sekte awan juga selalu mengingatkan murid-muridnya bahwa mereka semua bertindak netral. Tidak peduli siapapun yang sedang berperang, mereka tidak akan ikut campur begitu juga masalah yang sedang dialami oleh Gu Yinchen dan Qing Luan yang merupakan orang-orang dari sekte Matahari. Maka dari itu, dengan sikap netral yang mereka miliki, sudah hampir 50 tahun, Sekte Awan tidak pernah sekalipun menghadapi masalah yang sangat berat.
Tetapi, bagi Lin Wen ini bukanlah masalah yang bisa dianggap biasa saja. Ini adalah masalah yang besar. Tempat kelahirannya diancam oleh keberadaan monster tingkat tiga dan empat yang masih belum terbunuh. Dia sudah menaruh dugaan kalau Gu Yinchen lah yang memancing semua monster itu datang kemari sesuai yang dikatakan oleh Wang Le.
Akan tetapi, Qing Luan mengancam. Siapapun yang berani menyentuh atau melukai bahkan membunuh murid kesayangannya, dia tidak akan segan membunuhnya dengan cara yang paling buruk.
Lin Wen menghela nafas. Dia membanting pedangnya ke lantai sebelum dimasukkan kembali ke dalam sarung. Dengan wajahnya yang masih terlihat sangar, dia duduk tepat di hadapan Gu Yinchen sembari berdiam diri selama beberapa saat.
”Lin Wen? Ada apa? Kenapa tidak jadi?” Shi Lun mencoba bertanya tetapi, melihat tatapan jengkel Lin Wen, dia pun akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niatnya.
~o0o~
”Haah, Qing Luan. Sebenarnya aku selalu khawatir dengan kedatangan orang asing yang masuk ke kota Wuqing, di wilayahku. Tapi, kau bukanlah orang asing bagi kami dan semua yang terjadi di sini selama kau ada, itu sudah dianggap hal biasa. Tetapi, dengan datangnya monster tingkat tiga dan empat, apakah aku tidak bisa menaruh curiga pada muridmu?” Wang Le menghela nafas sembari menaruh cangkir tehnya kembali ke atas piring.
Qing Luan memejamkan matanya sebentar. Hanya dia yang tidak menaruh kecurigaan sama sekali. Tetapi, melihat kejadian di Sekte Matahari beberapa waktu lalu dan membaca kabar dari Bao Yueri, apakah itu tidak cukup membuatnya curiga kalau memang ada sesuatu yang aneh dengan Gu Yinchen?
”Apakah benar, monster-monster itu tidak pernah menyerang lagi semenjak lima puluh tahun lalu?” tanya Qing Luan.
”Tentu saja, untuk apa aku berbohong? Apakah di tempatmu tidak pernah terjadi kedamaian dan terus menerus diserang monster?” jawab Wang Le.
”Wang Le benar. Dulu, sekte Matahari adalah tempat yang aman dan damai. Tidak pernah lagi muncul monster yang merangkak naik dari dalam tanah. Tetapi, sejak kami kedatangan Gu Yinchen, kami mulai merasakan perbedaannya. Monster-monster itu tiba-tiba menyerang dan melukai kami. Tetapi, saat aku membawa pergi Gu Yinchen, sekte Matahari kembali menjadi tempat yang aman. Apakah mungkin ini ada hubungannya? Tetapi, kenapa kejadian itu bisa terjadi?” batinnya Qing Luan.
”Bagaimana Luan? Apakah kau sudi aku memeriksanya?” tanya Wang Le.
Qing Luan menghela nafasnya. Menaruh kembali cangkir teh yang di angkat olehnya kemudian menjawab, ”... akulah yang akan memeriksanya sendiri dan membunuh monster tingkat empat yang mengganggu kalian kemarin.”