NovelToon NovelToon
One Day With You

One Day With You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: IamLovelyvi

Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 29

Setelah liburan usai, mereka akhirnya kembali ke kota untuk melanjutkan aktivitas padat seperti biasanya. Liburan kali ini cukup mengesankan bagi Evelyn, tapi terkadang menyebalkan karena ada Baron yang selalu bertindak sesuka hati padanya.

Peter dan Baron kembali sibuk dalam kegiatannya. Khususnya Baron yang memiliki kegiatan ganda setiap harinya. Dalam satu bulan ke depan, Baron akan menyelesaikan pendidikan terakhirnya, sehingga pria itu hampir tidak punya waktu untuk mengganggu Evelyn.

Namun percayalah, di tengah kesibukannya Baron tidak akan membiarkan Evelyn begitu saja. Gadis itu begitu berharga sehingga Baron menugaskan beberapa pengawal untuk mengawasinya. Bahkan ia tidak mengizinkan gadis itu membawa mobil sendirian.

Hari ini Evelyn pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku yang diperlukan. Kali ini ia tidak berani memakai pakaian terbuka karena takut Baron akan berbuat macam-macam lagi padanya. Ia tidak mau kejadian di vila sampai terjadi lagi.

Ketika Evelyn tengah memilih beberapa buku di rak yang cukup tinggi, ia hampir menabrak seseorang karena tidak memperhatikan langkahnya. Evelyn menoleh pada orang tersebut dan ia cukup kaget melihat Pak Devan di sana.

"Pak Devan, anda di sini juga?" ia menyapa dengan senyum hangat.

Pak Devan mengangguk seraya membalas senyumannya. "Aku sedang mencari sebuah buku."

"Saya juga."

"Bagaimana kabarmu?" tanya Pak Devan.

"Saya baik-baik saja Pak."

Evelyn tidak sadar pandangan Devan tertuju ke lehernya yang masih meninggalkan bekas gigitan Baron yang sudah membiru. "Sepertinya kau sangat menikmati waktu liburanmu." ucapnya penuh ironi.

Evelyn mengangguk, "Saya baru pulang dari puncak Pak, suasana di sana sangat menyenangkan dan saya menikmatinya."

"Ehm... Pak Devan, kebetulan kita bertemu, saya ingin bicara dengan Anda." ucap Evelyn.

"Tentang apa? Katakan saja."

"Saya pikir lebih baik kita bicara sambil duduk."

Pada akhirnya mereka memutuskan bicara di kafe yang berada di seberang toko buku. "Apa yang ingin kau bicarakan?"

Evelyn menarik nafasnya sebelum bicara, "Mengenai pembicaraan kita di telfon beberapa hari yang lalu. Aku membutuhkan bantuanmu Pak."

Mendengar itu, Devan menegakkan tubuhnya. Ia menatap Evelyn dengan intens. Sejak awal ia sudah tertarik dengan gadis ini saat pertama kali bertemu. Devan mengangkat alisnya agar Evelyn melanjutkan ucapannya.

"Aku ingin keluar dari rumah itu." ucap Evelyn. Evelyn mulai menceritakan apa yang dialaminya sejak bertemu dengan Baron dan keinginannya untuk lepas dari jeratan pria itu.

"Aku sudah menduga hal itu." ucap Devan membuat Evelyn mengerutkan keningnya.

Devan mengambil ponselnya dan memberikannya pada gadis itu. "Bacalah. Itu adalah dokumen yang beredar di situs rumah sakit internasional. Di sana tertulis bahwa Baron mengidap penyakit mental yang tidak biasa. Dari seratus persen, Baron memiliki empat puluh persen penyakit psikopat. Jadi tidak heran dia sanggup melakukan hal itu padamu." terang Devan.

Evelyn membaca dokumen itu dengan kening berkerut. Ia tidak menyangka akan hal itu. Devan menyeringai melihat keterkejutan Evelyn. "Mungkin tidak banyak yang tahu hal itu karena Tuan Peter sengaja merahasiakannya. Kebetulan aku memiliki teman dokter di rumah sakit internasional dan dia membocorkan hal ini padaku."

"Jadi, bagaimana aku bisa membantumu Nona Lawrence?"

Evelyn sampai di rumah saat hari hampir gelap. Ketika ia melewati kamar Baron, entah kenapa ia begitu penasaran. Setelah mendengar kebenaran tentang pria itu, Evelyn merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ia seolah tidak percaya Baron memiliki gangguan mental yang serius mengingat pria itu terlihat seperti orang normal.

Evelyn membuka kamar Baron yang tidak terkunci. Ia pikir Baron tidak ada di kamar karena kesibukannya, ternyata begitu ia membuka pintu, Baron sedang duduk di meja kerjanya menatapnya dengan bingung. Pada akhirnya Baron tersenyum sambil melepaskan kaca mata bacanya.

"Ada apa?"

Evelyn meringis seperti tertangkap basah. "Aku..."

"Kemarilah." pria itu berdiri lalu berjalan menuju sofa.

Tangannya menepuk sofa agar Evelyn duduk di sana. "Duduk di sini." dengan kikuk Evelyn duduk di sana. Begitu ia duduk, Baron merebahkan tubuhnya di sofa, menggunakan paha Evelyn sebagai bantalannya. Evelyn terkesiap, namun tubuhnya seolah mulai terbiasa akan sentuhan-sentuhan Baron.

Baron memejamkan matanya, tangannya menunjuk keningnya, "Bisakah kau memijat di sini?"

"Di sini?" Evelyn memegang dahi Baron. Pria itu mengangguk membuat Evelyn memijat kening pria itu.

Baron bergumam pelan seolah menikmati pijatan Evelyn, "Ya, lakukan lebih kuat lagi. Pijatanmu sangat enak, aku menyukainya."

Evelyn melakukannya, tanpa sadar salah satu tangannya mengelus rambutnya membuat Baron nyaman dengan perlakuannya.

"Kau dari mana saja?" Baron bertanya tiba-tiba. Evelyn menghentikan tiba-tiba gerakannya. Ketika Baron membuka matanya tiba-tiba dan menelisik reaksinya, Evelyn bingung untuk memberikan jawaban.

"Kenapa berhenti? Lanjutkan pijatanmu dan jawab pertanyaanku." Baron memejamkan matanya kembali membuat Evelyn cukup lega. Tatapan pria itu sangat mengintimidasi membuat suaranya tercekat.

"Aku dari toko buku."

"Kau menemukan buku yang kau cari?" tanya Baron.

Evelyn mengangguk, "Ya."

Baron tiba-tiba mengubah posisi tubuhnya menghadap perut Evelyn dan menenggelamkan wajahnya di sana. Tindakan itu membuat Evelyn terkesiap sebab hembusan nafas Baron menggelitik kulit perutnya yang sensitif. Pria itu sangat senang melakukannya.

"Baron, bagaimana pandanganmu tentang seorang ibu?" tanya Evelyn.

Baron membalas tatapan Evelyn, seraya tersenyum. "Kau sedang mengejekku? Kau tahu jelas aku tidak pernah merasakan kehadiran seorang ibu dalam hidupku. Bagaimana mungkin aku memiliki pandangan khusus tentang ibu?"

"Maaf." Evelyn merasa bersalah.

Keheningan terjadi untuk beberapa saat di antara mereka sampai Baron mengambil tangan Evelyn dan memainkan jemarinya. "Mungkin aku tidak pernah merasakan kasih sayang ibu. Tapi Nenek pernah mengatakan bahwa perangaimu sangat mirip dengan Mamaku. Karena itu aku mencoba mendekatimu karena aku ingin merasakan sosok seorang ibu dalam dirimu."

Baron mencium telapak tangan Evelyn, deru nafasnya terasa hangat membuat tubuhnya berdesir. "Tapi sepertinya kau terlalu sulit dihadapi Nona Lawrence, aku kewalahan."

"Aku..." Evelyn tidak tahu harus berkata apa. Baron sangat rumit untuk dipahami. Cara pria itu memperlakukan dirinya tidak tepat. Baron hanya memiliki obsesi terhadap dirinya. Pria itu hanya ingin memilikinya dan bersikap dominan untuk menguasai dirinya. Sementara Evelyn jelas tidak mau menerima perlakuan itu. Ia ingin kebebasan tanpa kekangan yang membuatnya sesak.

"Tidak usah dijawab. Kau tidak perlu berperan sebagai ibu dalam hidupku. Kau hanya perlu tetap di sisiku dan tidak berusaha mencoba lari dariku." manik Baron menyala penuh peringatan. Pria itu seolah tahu isi hati Evelyn yang meronta-ronta melarikan diri darinya.

"Kau hanya milikku Evelyn Lawrence. Kau bisa lepas dari genggamanku hanya jika kau sudah tidak bernafas lagi. Selagi nafasmu masih berhembus, kau akan tetap berada di sisiku!"

1
Km Manik
kak belum ada lanjutanya y
Km Manik
kak kok belum ada lanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!