Hasna Az Zahra terpaksa harus menikahi Mantan Mertuanya setelah tunangannya meninggal dunia. Dalam pernikahan ini, dia menjadi orang ketiga, di perlakukan tidak adil, menjadi istri yang tak di anggap. Mantan Mertuanya sangat membencinya dan menyalahkan dirinya atas kecelakaan anak semata wayangnya.
Akankah Hasna bertahan menjadi madu Mantan Mertuanya atau memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Part 33
Alena menahan amarahnya, dia pun tersenyum. Tidak ada salahnya ia bermain dengan licik. Ia akan berpura-pura menerima Hasna kalau bisa, ia akan membuat Hasna masuk ke rumah ini dan membuatnya menyerah, lalu run.
"Honey, ada baiknya kalau Hasna kamu ajak ke sini. Aku ingin meminta maaf dan kau tau kan, perut ku tiap bulan akan membesar."
Serkan memindai setiap kata Alena, tapi kalau berpikir dari dulu, ia teringat Alena memang baik. Hanya saja tadi mungkin dia emosi, tapi ia tetap akan menekankan Alena dan tidak memanjakannya.
"Terima kasih, tapi satu hal yang kamu perlu tau. Aku tidak ingin kamu menyakiti Hasan, Azzam sangat melindungi Hasna." Serkan tetap teringat pada yang dulu, bagaimana Azzam sangat menjaga Hasna dengan baik. Bagaimana perjuangan Azzam dulu?
Azzam, benar anak itu sekalipun sudah meninggal masih meninggalkan nama yang tak mungkin aku bisa menghapusnya. Walaupun Serkan sudah aku buat membenci istrinya, tapi hatinya untuk Azzam tidak pernah sirna. Tetapi ada untungnya juga dari ku, dengan begitu, aku bisa membuat Serkan tetap berada di samping ku.
"Iya, aku sangat menyesal. Ternyata tidak ada yang lebih baik selain kebahagiaan keluarga kita."
Serkan tersenyum senang dan mengangguk, dia pun meninggalkan Alena.
"Hasna, setelah Azzam meninggal. Kau yang menjadi masalah ku, awalnya aku memang berniat membunuh Azzam, tapi Tuhan berpihak pada ku. Aku tidak perlu repot-repot mencemari tangan ku."
"Hasna, aku ingin lihat kau bisa bertahan berapa lama dan Leon, kapan dia kesini?" Alena bergumam sendiri, dia menggigit kukunya sambil memikirkan bagaimana yang ia harus lakukan pada Hasna.
***
Serkan mengemudi dengan keadaan tersenyum, wajahnya yang tadi kusut bagaikan jemuran yang kusut, kini terlihat tenang dan damai. Awalnya ia merasa terbebani, Alena hamil dan ia tidak ingin berpisah dengan Hasna. Ya, Hasna adalah ketenangannya.
"Azzam, aku tidak tau harus berterima kasih atau tidak pada mu. Tetapi, aku merasa tenang bersama Hasna. Maafkan Daddy."
Sekalipun Serkan merasa tenang dan nyaman, ia tidak bisa melupakan Azzam begitu saja.
"Tapi Hasna masih mencintai mu, bolehkah aku menerobosnya Azzam? ah iya, aku berpikir seperti apa? Azzam akan marah pada ku, tapi aku ..." Serkan menggeleng, ia tidak mau berpikir yang tidak-tidak, saat ini tujuannya adalah Hasna.
Andreas menghubungi Serkan, dia membuntuti mobil tuannya itu. Ia merasa aneh, Serkan tampak tersenyum begitu saja.
"Hallo And?"
"Apa Tuan baik-baik saja?" tanya Andreas. Dia terus saja melihat mobil di depannya.
Serkan tersenyum, hatinya saat ini bagaikan bunga mawar yang baru mekar seakan tak ingin layu. "Iya, Alena menerima Hasna."
Andreas terkejut, hampir saja ia tidak fokus dan menabrak belakang mobil orang lain di depannya, dia pun berbelok sedikit, lalu menurunkan kaca mobilnya dan mengangguk sambil tersenyum seolah meminta maaf.
"Apa Tuan yakin?" tanya Serkan kemudian. Dia kembali fokus ke arah pembicaraannya tadi.
"Kau meragukan Alena? hem ... Dia ingin meminta maaf dan ingin aku membawa Hasna."
"Apa tuan percaya?"
"Iya aku percaya."
"Bagaimana kalau nanti Nyonya Alena menyakiti Nona Hasna? apa yang akan tuan lakukan?"
"Kalau begitu, dengan tangan ku sendiri yang akan memberikan pelajaran. Aku tidak akan membiarkan Hasna di sakiti." Entah itu karena Azzam atau karena lainnya. Ia tidak tau, yang jelas ia hanya ingin melindungi Hasna. Timbul rasa keinginan itu.
makanya Azzam memilih calon istrinya utk mendampingi ayahnya