Rate. 21+ 🔥
Darren Alviansyah, anak konglomerat yang terkenal dengan sifatnya yang sombong dan juga hidupnya ingin selalu bebas, serta tidak mau di atur oleh siapapun. Darren juga tidak mau terikat dengan yang namanya wanita, apalagi pernikahan.
Setiap harinya Darren selalu menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang dan akan selalu pulang dalam keadaan mabuk, membuat kedua orang tuanya kesal. Darren juga tidak bisa memimpin perusahaan Papinya dan hal itu semakin membuat orang tuanya murka. Pada akhirnya orang tuanya mengirimkannya ke kampung halaman supir pribadinya.
Dira Auliyana, gadis yang sederhana juga mandiri. Dia di tugaskan untuk merubah sifat sombongnya Darren, hingga dirinya harus terjebak pernikahan dengan Darren.
Mampukah Dira menaklukkan sifat Darren yang selalu membuatnya kesal dan pernikahan seperti apa yang mereka jalani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai awal yang baru
Dira terbangun saat mendengar suara ayam berkokok lantang di pagi hari. Dira meregangkan otot-ototnya sebelum beranjak bangun dari tempat tidurnya, lalu Dira melirik Darren yang masih tertidur pulas dengan mulut sedikit terbuka.
Tiba-tiba wajah Dira bersemu merah mengingat kejadian semalam, di mana Darren hampir membuatnya terbang melayang. Dira memegangi pipinya yang bersemu merah dan tersipu malu.
Dira menatap lekat wajah damai Darren. Telunjuk Dira terulur menyentuh alis tebal Darren, kemudian bergerak ke hidung mancung Darren. Dira ingin menyentuh bibir tebal Darren, tapi saat akan bergerak menyentuh bibir Darren. Tiba-tiba Darren langsung membuka matanya dan menarik telunjuk Dira. Darren langsung menarik tengkuk Dira dan mencium bibir Dira. Darren melu mat bibir Dira dan di balas oleh Dira.
Darren menarik wajahnya dan mengusap bibir basah Dira menggunakan jempolnya, kemudian Darren mencium kening Dira.
"Selamat pagi, istriku," ucap Darren di selingi senyum manisnya.
Jleb
Dira langsung merona mendengar kata istriku. Darren semakin tersenyum lebar melihat pipi Dira yang merona dan itu menambah kecantikan Dira yang kini di akui oleh Darren.
Mereka berdua saling pandang, dan keduanya tidak ada yang beranjak bangun dari tempat tidur. Tangan Darren terulur menyentuh pipi Dira dan mengelusnya.
"Maaf, atas kesalahan gue kemarin. Gue nggak ada maksud buat selingkuh bahkan nggak kepikiran ke arah sana. Jujur... gue cuma ingin tau, apa elo bakal cemburu atau tidak atas apa yang gue lakukan sama perempuan itu."
"Iya, aku maafin."
"Apa... elo... cemburu? saat gue jalan sama perempuan itu?"
"Entahlah," ucap Dira seraya mengedikan bahunya," Tapi yang jelas aku gedeg lihat perempuan itu."
Darren tersenyum, dan masih mengelus pipi Dira lembut.
"Dira...."
"Tumben kamu nyebut namaku,"cibir Dira.
Darren hanya tersenyum lebar.
"Ra... apa elo bersedia membuka hati elo untuk gue."
"Maksudnya?"
"Maksud gue gini. Gue ingin kita saling membuka hati dan juga gue ingin kita saling belajar mencintai agar hubungan kita semakin dekat. Apa... elo bersedia?"
Dira diam sesaat.
" Aku... aku akan mencobanya dan juga aku akan belajar mencintai kamu."
Darren tersenyum mendengar penuturan Dira yang baginya itu adalah angin segar untuknya yang ingin memulai menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Dira.
"Tapi...."
" Tapi apa?" tanya Darren.
"Bisa nggak kalau kamu ganti panggilan kamu, jangan panggil elo gue, aku nggak nyaman dengerinnya."
" Oke, gue bakal ganti aku kamu," jawab Darren.
Dira melirik jam yang tergantung di dinding, dan ternyata sudah pukul setengah enam pagi. Dira bangun dari tidurannya dan akan turun dari tempat tidur.
" Mau kemana?"
"Mau ke kamar mandi."
"Oh... tapi sebelum kamu turun dari atas kasur, kamu harus membiasakan cium aku dulu," ungkap Darren.
"Kenapa harus cium kamu dulu?"
"Sebagian awal memulainya hubungan kita. Siapa yang bangun duluan, dialah yang harus menciumnya," tukas Darren.
"Karena kamu yang bangun lebih dulu, berarti kamu yang harus cium aku," sambung Darren.
"Tapi...."
"Nggak ada tapi-tapian. Cepat lakukan," perintah Darren.
Dengan ragu Dira mencondongkan tubuhnya mendekati Darren dan mencium kening Darren.
Darren memejamkan matanya meresapi ciuman Dira.
" Sudah," tukas Dira.
"Yang ini belum dan yang ini juga belum." Tunjuk Darren kepada kedua pipinya dan bibirnya.
" Memang harus ya?"
Darren mengangguk. Dira kembali mendekatkan wajahnya mencium kedua pipi Darren dan terakhir Dira ragu untuk mencium bibir Darren. Dira menelan ludahnya saat akan mencium bibir Darren.
Pelan tapi pasti Dira menyentuh bibir Darren dan menciumnya walau hanya sebentar. Pipi Dira langsung bersemu merah dan segera menarik wajahnya dari depan Darren dan segera turun dari kasur, kemudian melangkah cepat keluar kamar dengan rasa malu karena harus lebih dulu mencium Darren.
Darren tersenyum melihat tingkah Dira yang tersipu malu, kemudian Darren meraih bantal dan memeluknya erat seraya tersenyum merekah.
"Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta," gumam Darren masih dengan senyumnya yang terus tersungging di bibirnya.
"Ahh... mending gue mandi."
Darren segera bangun dan bergegas ke kamar mandi.
***
Selesai sarapan, Dira mengantar Darren ke depan teras sembari membawa tas kecil Darren.
"Aku berangkat kerja dulu ya."
"Iya...." Sembari mencium tangan Darren.
Darren mencium kening Dira, setelah itu Dira mengulurkan tas kecilnya. Darren melangkahkan kakinya tapi baru tiga langkah Darren berbalik lagi.
"Ada yang lupa," kata Darren.
"Apaan?"
Darren mendekatkan pipi kirinya ke depan wajah Dira. Dira mengernyitkan dahinya menatap wajah Darren.
"Sebelum aku berangkat kerja, kamu harus membiasakan cium pipi aku dulu," ujar Darren.
Dira segera mencium pipi Darren, tapi Darren langsung merubah posisi wajahnya menghadap ke Dira, sehingga bukan pipi yang Dira cium melainkan bibir Darren.
"Eemmm...." suara Dira, sembari membulatkan bola matanya dan memukul dada bidang Darren, sedangkan Darren mengulum senyumnya.
"Kamu harus melakukannya setiap aku mau berangkat kerja dan i Miss you, my wife...." bisik Darren di telinga Dira, setelah itu menatap wajah Dira seraya mengedipkan sebelah matanya.
Dira langsung tersipu dan jangan di tanya seperti apa meronanya pipi Dira. Darren tersenyum melihat Dira yang kini tengah memalingkan wajahnya karena bersemu merah.
Gemas rasanya melihat wajah Dira yang tengah memerah seperti tomat.
Darren kembali melanjutkan langkahnya untuk mencari nafkah untuk Dira, dengan awal yang baru dan semangat yang baru. Kalau buka karena ada kerjaan yang harus di selesaikan hari ini, Darren ingin menghabiskan weekendnya bersama Dira di rumah.
________***_______
Tolong bacanya jangan senyum-senyum sendiri ya, karena othor nggak punya obatnya 🤭🤭🤭