NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Abi

Jodoh Pilihan Abi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pelakor jahat
Popularitas:78.7k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nur Halimah

Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, malam itu adalah pertama kalinya Abi membentak Zahra supaya putrinya itu menikah dengan anak Kyai Amir, Gus Afkar. Padahal Gus Afkar adalah suami incaran sahabatnya, dan dia sebenarnya berencana untuk lanjut S-2 dulu.
Setelah pengorbanannya, ia harus menghadapi sikap sang suami yang tiba-tiba berubah dingin karena setelah akad nikah, dia mendengar rencana Zahra yang ingin menceraikannya. Belum lagi, reputasi pondok yang harus ia jaga.
Mampukah Zahra bertahan diantara orang-orang yang punya keinginan tersendiri padanya? Dan akankah ia dapat mempertahankan rumah tangganya?
Zahra sang anak kesayangan keluarga, benar-benar ditempa dalam lingkungan baru yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagaimana bisa?

“Assalamualaikum, Gus!” sapa Adrian pada mantan ustadznya itu.

“Waalaikumsalam, Adrian. Bagaimana kabarmu?” tanya Gus Afkar terlihat ramah. 

Semakin dia ramah, semakin zahra was-was.

“Alhamdulillah, baik Gus. Gus gimana?” tanya balik Kak Adrian tak kalah sopannya.

‘Allah, kenapa kau tempatkan aku diantara keduanya?’ pikir Zahra begitu galau dan takut dengan sikap kepura-puraan keduanya. 

“Alhamdulillah sangat baik dan sangat bahagia, apalagi ditemani istri sebaik Zahra,” ucap suaminya itu membuat Zahra terkesiap.

“Masya Allah,” tiba-tiba terdengar suara celetukan guru-guru lain yang baru saja masuk ke ruang guru tersebut setelah habis mengajar jam terakhir. 

Terlihat Gus Afkar tersenyum sambil menoleh ke belakang, begitupun Zahra dan Kak Adrian. 

“Mau dong kayak Ning Zahra, digombalin,” celetuk guru lain yang terlihat sudah agak tua itu.

“Hush ngawur!” ucap guru di sebelahnya.

“lha kok ngawur, maksudku itu, aku mau digombalin kayak Ning Zahra, sama suamiku sendiri lah! tapi kok ya sudah kadaluwarsa,” jawab guru tadi enteng membuat seisi ruangan tertawa serentak.

Zahra menghela nafas lega, setidaknya ketegangan antara dua lelaki di depannya itu sedikit mencair.

“Ayo, Dek! kita pulang, masalah laptop gampang, suamimu ini juga jago IT,” ucap gus Afkar sambil memegang bahu Zahra. 

Tapi bukan itu yang paling menakutkan, kenapa lelaki itu berkata padanya seray memegang bahunya, tapi matanya malah melirik ke arah Kak Adrian.

Zahra meringis kecut.

Sementara Gus Afkar tampak segera mengemasi barang istrinya itu kemudian mencangklong ransel tersebut di bahunya

Bahkan ketika marah begini kau masih perhatian padaku Gus pikir Zahra

“Makasih ya, Adrian. Kami pulang dulu!” ucap Gus Afkar sambil tersenyum kepada lelaki di depannya itu.

Rasanya semakin di ajak pulang, semakin Zahra was-was.

“Mari semuanya,” sapa Gus Afkar kepada guru lain di ruangan tersebut, sambil kemudian meraih tangan Zahra dan menggandengnya.

Zahra hanya bisa tertegun menatap tangan kanannya yang digandeng oleh suaminya itu.

‘Entah aku harus bahagia atas sedih, digandeng olehmu dalam keadaan sikapmu yang begitu dingin dan marah, Gus,” pikir Zahra sambil masih menatap tangan suaminya itu.

Ia kemudian menatap punggung lelaki itu yang sama sekali tak berbalik atau sedikit menoleh kepadanya.

Lelaki itu berjalan dengan mantapnya, sembari menggenggam tangan Zahra erat-erat.

Kadang Zahra suka heran dengan sikapnya. Lelaki itu terlihat marah, tapi tetap tak melepas gandengannya meski sudah tidak ada orang yang memperhatikan mereka.

“Gus Afkar, Ning Zahra!”

Zahra dan suaminya sontak berhenti dan menoleh ke sumber suara tersebut.

Tampak seorang santriwati berlari menghampiri mereka dari arah rumah Kyai Amir.

“Ada apa?” tanya Gus Afkar sambil tetap menggandeng tangan Zahra.

“Ini Gus, Neng Zahra dipanggil Umi Aminah ke rumahnya, katanya ada yang ingin dibicarakan,” ucap gadis itu.

‘Apa yang ingin dibicarakan Ummi, apa tentang data santriwati tadi. Astaghfirullahaladzim, laptopku rusak lagi,” pikir Zahra.

“Oke sampaikan ke ummi, Ning Zahra akan ke sana,” Jawab Gus Afkar dengan tenang seolah tidak terjadi masalah apapun di antara mereka.

“Baik Gus,” jawab santriwati itu kemudian membalikkan badannya untuk pergi menyampaikan pesan yang diminta oleh Gus Afkar untuk Umi Aminah.

“Pergilah! tapi jangan membuat Ummi kaget oleh sikapmu,” ucap Gus Afkar kepada Zahra dengan nada lirih yang terdengar begitu dingin.

“Aku tahu batasanku, Gus,” jawab Zahra yang sedari tadi begitu kesal.

Ia terus menahan diri dan terasa dituduh dalam diamnya sang suami.

Lelaki itu kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Zahra dan berbisik, “Syukurlah kalau kamu tahu batasanmu, karena aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti perasaan keluargaku, seperti kau terus menginjak-injak perasaanku,” ancam lelaki itu.

“Jadi selama ini, Gus tidak menganggapku keluarga,” tanya Zahra dengan lirih.

Lelaki itu kemudian terlihat menjauhkan wajahnya dari telinga Zahra.

Dia kini tampak menatap mata Zahra yang tiba-tiba meneteskan air mata di pipinya itu dalam-dalam.

Zahra menelan ludahnya dan segera mengusap air mata itu.

Ia lalu berbalik pergi ke rumah Ummi Aminah, meninggalkan lelaki iru yang tampak tertegun menyesal dengan ucapannya. 

Zahra sendiri bingung dengan perasaannya yang hancur, yang sebenarnya tidak ia pahami.

Bukankah ia sendiri yang ingin pernikahan itu berakhir, tapi kenapa ia marah ketika suaminya itu tidak menganggapnya sebagai keluarga.

“Eh ada Neng Zahra,” sapa Ning Alfiyah yang tampak sedang membaca buku di teras rumahnya.

Tanpa terasa ia telah sampai di teras rumah Kyai Amir.

Zahra berusaha tersenyum walaupun hatinya begitu ketir.

“Assalamualaikum,” ucap Zahra.

“Waalaikumsalam, lagi nyari Ummi, ya Ning?” tanya Ning Alfiyah.

Zahra mengangguk pelan.

“Bisa Klop begitu, barusan Ummi nyariin Ning Zahra,” jelas Ning Alfiyah.

‘Memang Ummi yang lagi nyari Ning,” batin Zahra.

“Ummi ada di kamarnya Ning, masuk aja!” lanjut gadis itu.

Zahra kemudian berjalan masuk ke rumah itu, namun baru beberapa langkah Ning Alfiyah memanggilnya kembali.

“Ning!”

Zahra menoleh ke belakang lagi, tampak Gadis itu sekarang berjalan menghampirinya.

“Apa Kak Adrian tadi sudah pulang, Ning Zahra?” tanya gadis itu.

‘Kalau sampai aku bilang aku tahu Kak Adrian belum pulang, dan sampai ini didengar orang lain termasuk Gus Afkar, mungkin dia akan salah sangka lagi,” pikir Zahra tidak ingin memperpanjang masalahnya.

“Kamu telepon saja, Ning kurang tahu,” jawab Zahra.

“Bener juga, Ning Zahra kan bukan ibunya atau pacarnya, mana tahu dia sudah pulang atau belum.”

“Hah? Maksudmu apa?” tanya Zahra heran  dengan pernyataan ngawur gadis itu, kalau sampai suaminya itu mendengar, apa yang akan terjadi.

Gadis itu meringis malu, kemudian berkata,  “maaf Ning, kadang mulut ini sukar direm,” ujar gadis itu menyesal.

Zahra menatap dalam ke arah gadis yang baru kuliah semester pertama itu.

“Lain kali kalau Ning Alfiyah ngomong berhati-hati ya! takutnya ada yang salah sangka,” ucap Zahra menasehati.

“Iya, Alfiah salah, maaf ya Ning,” ucap Gadis itu menyadari kesalahannya

Zahra kemudian lanjut masuk dan mencari Ummi Aminah.

Ternyata Ibu mertuanya itu terlihat baru saja akan keluar dari kamarnya, saat dia melihat Zahra.

“Alhamdulillah, ayo masuk ke kamar Ummi, Ning,” ajak wanita itu sambil menghampiri Zahra, dan menangkupkan tangannya di belakang bahunya sambil menepuknya pelan beberapa kali.

Keduanya berjalan masuk ke kamar Ummi Aminah, dan duduk di atas ranjang beliau.

“Sehat Ning?” tanya Ummi Aminah.

“Alhamdulillah, sehat Ummi. Ummi bagaimana sehat?” tanya balik Zahra.

“Alhamdulillah sehat,” jawab Ummi Aminah dengan lirih kemudian batuk-batuk.

Zahra mengusap-usap dada Ibu mertuanya itu untuk meredakan batuknya.

“Ini namanya sakit Ummi, wong batuk-batuk begini. Ummi harusnya istirahat saja, tidak usah memikirkan data santriwati. Zahra pasti bisa menyelesaikannya,” ujar Zahra dengan khawatir.

“Tidak apa-apa, ini cuma batuk, penyakit tua saja, kamu tidak perlu terlalu khawatir!” Jawab wanita itu.

Zahra memandang cemas ke arah wajah sang mertua.

“Gimana tadi ngajarnya? betah ta?” tanya wanita itu terdengar begitu perhatian padanya.

‘Allah, andai aku bisa serakah, aku ingin Ummi Aminah tetap menjadi mertuaku selamanya, Meski aku sudah berpisah dengan Gus Afkar’ pikir Zahra penuh harap.

“Alhamdulillah betah Ummi, Insya Allah,”

Umi Aminah terlihat tersenyum mendengar jawaban Zahra tersebut.

“Ning Zahra, Ummi  mau tanya sesuatu, tolong Ning Zahra jawab dengan jujur,” pinta wanita itu tiba-tiba terdengar begitu berhati-hati.

‘Kenapa aku merasa takut dengan pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Ummi’ pikir Zahra bertanya-tanya.

Wanita itu yang semula hanya berbicara dengan menoleh kepadanya, kini terlihat menghadapkan badannya ke arah Zahra.

Ia memegang tangan Zahra yang berada di atas pahanya, sambil menatap mata Zahra dalam-dalam.

“Apa kamu dan Gus Afkar baik-baik saja?”

Deg

Zahra begitu terperanjat mendengar pertanyaan dari ibu mertuanya itu.

“Mengapa Ummi bertanya seperti itu? Zahra dan Gus Afkar Insya Allah baik-baik saja,” Jawab Zahra tenang berusaha menyembunyikan kekagetannya.

“Alhamdulillah, Ummi kira ada apa. Soalnya beberapa kali Ummi melihat kalian itu diem-dieman,” ucap Ummi Aminah.

“Namanya rumah tangga, Ummi, pasti ada pasang surutnya, tapi insya Allah bisa kami lalui dengan baik,” jawab Zahra tidak ingin membuat Ibu mertuanya yang sedang sakit Itu khawatir.

‘Maaf Ummi, Zahra terpaksa berbohong’

“Dua hari lagi, bareng sama agenda temu alumni, Gus Afkar kan milad Neng Zahra,” ujar Ummi Aminah.

‘Allah Karim, Bagaimana Zahra tidak tahu?’ pikir Zahra kaget sambil membelalakkan matanya tanpa sengaja.

“Kenapa, apa Ning Zahra tidak tahu?”

Deg

1
Siti Yatimatin
mana julukan istri shjolihahmu zàhra yg kau ajarkan pada muridmu emang takut dosa suami minta hak ìstri menolak dilaknat alloh
Siti Yatimatin
Dasar bodoh kamu AZZAHRA KHOIDUNNISA
Lilik Juhariah
disini yg bikin pembaca jengkel , lebih takut janji ke sahabat drpd janji pada Sang Pencipta
Lilik Juhariah
bener bener Gus afkar menahan nafsunya , tapi istrinya yg keterlaluan
Lilik Juhariah
karaktermu aneh Zahra , sama suami berani udah tau hukumnya , kl sama sahabat takutnya minta ampun
Lilik Juhariah
hiks iks ks
Lilik Juhariah
punya suami sprt Gus afkar , jadi istrinya tersanjung banget
Lilik Juhariah
nurut suami zahra
Lilik Juhariah
ceritanya bagus pemilihan katanya bagus
Lilik Juhariah
ya ahirnya, biang keroknya kabur semua, andai suami sprt Gus afkar damai tuh para istri, sabar pengertian
Lilik Juhariah
la opo kok nuduh orang gk jelas
Lilik Juhariah
karakter Zahra sampe disini gk suka banget, mentingin temennya , gk jujur, dan lebih jengkelin lagi sukanya bicara dalam hati
Lilik Juhariah
ini Zahra udah tau bertemu selain mahram apalagi udah punya suami dosa, dilakukan trs , ntar jadi fitnah
Lilik Juhariah
ini kelakuannya nayla
Lilik Juhariah
Zahra lebih banyak bicara dgn hatinya, wkkwk
Lilik Juhariah
Nayla terlalu Ter obsesi
Lilik Juhariah
kesenengnya ngomong gitu, ntar kl nikah beneran sakit hati, untung Islam melarangnya , Zahra Zahra
Lilik Juhariah
haaah janinnya siapa , tapi masih ngejar Gus afkar
Lilik Juhariah
walau pun amnesia juga gk begitu , tetap harus jujur ,
Lilik Juhariah
lah Nayla ini lucu , wong Gus afkar cintanya sama Zahra , emang kl Zahra cerai trs bisa kamu gantikan jadi istri Gus afkar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!