Berawal dari menemukan seekor kadal di sawah ladangnya, Kadal yang tak lajim. Ekor ( buntut ) bercabang dua, dan berlekuk seperti lekuk keris.
Bu Surmi, wanita paruh baya yang menemukan kadal tersebut.
Namun naas, bagi hewan tersebut yang dibunuh mati oleh Bu Surmi. entah apa alasannya.
***
Namun siapa sangka.
Ternyata kadal itu kadal Jejadian dari sebuah JIMAT PUSAKA yang akan diturunkan pada Surmi. Sebagai salah satu keturunan dari cerita legenda Eyang Cakra Buana. Ratusan tahun silam.
Karena telah membunuhnya, akhirnya Bu Surmi terpaksa harus meminta maaf pada Eyang Cakra Buana yang akhirnya Bu Surmi pun dimaafkan, bahkan pada akhirnya, Bu Surmi sah diwarisi Keris Jimat Pusaka dari leluhurnya itu.
Namun sayang, Keris Jimat Pusaka itu banyak yang menginginkannya terutama dari kalangan para demit dan siluman.
Apakah Bu Surmi bisa menggunakannya, ketika mendapatkan Jimat tersebut?
Dan siapakah yang akan TERKENA TULAH dari Jimat Pusaka tersebut....!??"
Yuk disimak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Kadal Misterius Muncul Lagi
Mbok Darsih dan Bu Surmi sudah berada di ujung jalanan aspal. Sekitar 20 meteran dari mereka turun dari ojek tadi. Keduanya mulai menyusuri jalanan kecil dan ke sananya jalan setapak.
Suara hewan atau binatang hutan mulai terdengar. Terutama suara Tonggret/ garengpung ( Kinjeng tangis) yang saling bersahut-sahutan, semakin menambah getir dan sakitnya perasaan bagi orang yang sedang mengalami patah hati atau bersedih. Beruntung suasana perasaan Mbok Darsih dan Bu Surmi kelihatannya baik-baik saja.
Burung kutilang yang begitu cerianya tidak mau kalah dengan burung Tekukur hutan yang sama-sama uji kebolehannya. Seolah memberi ucapan salam selamat datang pada kedua wanita sepuh dan paruh baya tersebut.
Mbok Darsih dan Bu Surmi terus berjalan ke arah Selatan. Kedua wanita yang berbeda usia itu mulai melewati jalan setapak yang sedikit menanjak.
Walau tidak terlalu menanjak, tapi tanjakannya panjang. Kanan kiri penuh dengan pepohonan pinus bercampur dengan pohon kebun, seperti albasiyah, mahoni dan juga pohon petai pun ada. Pohon pinusnya juga tidak terlalu padat. Menandakan, hutan nya sering dijamah oleh warga sekitar. Karena masih area kehutanan yang sangat dilindungi serta memang masih dekat dengan kampung Hahawuan.
Selama awal perjalanan, kedua wanita itu tidak banyak berbicara. Yang terdengar hanya tarikan nafas masing-masing.
Sesekali Mbok Darsih dan Bu Surmi bertemu dengan warga yang sedang mengambil getah pinus. Dan juga warga yang baru pulang dari pekerjaanya yang dipinggulnya penuh dengan berbagai dedaunan untuk pakan ternak kambing dan sapi.
Matahari mulai condong ke barat. Mbok Darsih dan Bu Surmi terus beralan.
Kali ini jalanan semakin menanjak. Pepohonan kebun pun sudah tidak terlihat lagi. Hanya dominasj pepohonan pinus yang mulai padat, atau jaraknya berdekatan.
Nafas Bu Surmi mulai terengah-engah.
Walau usianya lebih tua, Mbok Darsih kelihatannya belum ada tanda-tanda letih. Bahkan ia berjalan dengan jarak yang sudah jauh di depan. Untung saja Mbok Darsih sabar dengan menunggu Bu Surmi yang ketinggalan jauh di belakang oleh langkahnya.
"Berhenti dulu, Mbok.. Capek banget hehehe" Kata Bu Surmi terkekeh sambil mulai mengatur nafasnya kembali.
Mbok Darsih hanya tersenyum.
"Iya, Nyi... tuh nanti di sana. Kita istirahat. Di tempat yang agak datar. Nanti sambil makan nasi timbel nya." Jawab Mbok Darsih, sambil menunjuk ke tempat di depan.
"Paling 60 apa 70 meteran lagi, Nyi. Ayo... masa di sini mah kurang nyaman." Sambungnya lagi.
Bu Surmi hanya mengangguk kemudian mengatur nafasnya kembali.
Tas nya yang berisi perbekalan, kini sudah ada di punggungnya lagi. Setelah diletakkan, berhenti sebentar. Kemudian ia melangkahkan kakinya lagi setelah beberapa helaan nafas untuk pengaturan pernafasannya. Detik kemudian ia sudah mengikuti langkah Mbok Darsih yang sudah mendahuluinya di depan beberapa langkah.
...********...
#Di ladang Pak Amet.
"Hmmmmm memang aneh. Sangat aneh..!!. " Pak Amet bicara sendiri. Pandangannya tak lepas dari hewan kadal yang masih di hadapannya.
"Dilihat dari postur tubuhnya memang bukan sembarang kadal. Seperti kadal jejadian. Bahkan kalau diperhatikan, ekornya kayak berbentuk keris kecil. Inikah penyebab isteriku kesakitan gara-gara membunuhnya. Tapi kenapa masih hidup lagi yah. Apa ada kadal yang lain yang masih sejenis ini yah... benar-benar nggak masuk akal. Hadeeeeh."
Pak Amet terus membatin dan geleng-geleng kepala tak mengerti.
"Aliran airnya tersumbat apa ada kebocoran lagi, Pak Amet.!"?
"Astagaaa...!! Kaget Aku..!" Pak Amet hampir saja terpeleset ke selokan air. Mendengar kedatangan suara yang tiba-tiba.
"Eeeh... Pak Banu.... bikin kaget Saya ajah... !" Kata Pak Amet sambil menoleh ke arah suara. Ternyata Pak Banu, tetangga sawahnya. Pria seusianya yang sama-sama punya ladang berdekatan dengan ladang Pak Amet.
"Hehehehe Pak Amet yang melamun, Saya tadi panggil-panggil dari Saung, diam saja. Akhirnya saya kesini. Mau ngajak ngopi dulu di Saung sebelum kerja." Timpal Pak Banu terkekeh.
"Oowh... Iya sebentar. Nih Saya mau nambal bendungan sebentar. Banyak yang pada bocor soalnya." Timpal Pak Amet.
"Siap. Saya tunggu di saung yah. Kebetulan saya bawa singkong goreng, mungpung masing anget." kata Pak Banu sambil berlalu meninggalkan Pak Amet.
"Iya. Pak." Jawab Pak Amet. Ekor matanya tanpa sengaja ke arah batu cadas yang ada hewan Kadalnya.
"Haaaah... kemana larinya kadal misterius itu...!!?"
tolong bantu dari pihak Mangotoon nya....
kayak nama tetangga ku hHaha
lanjut yuk... ber Horor ria.... hehehe