NovelToon NovelToon
Dicerai Suami Dinikahi Mantan Atasan

Dicerai Suami Dinikahi Mantan Atasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Wanita Karir / Kaya Raya / Penyesalan Suami
Popularitas:205k
Nilai: 4.7
Nama Author: Kaisar Biru Perak

Hubungan manis antara Nisa dan Arman hancur akibat sebuah kesalahpahaman semata. Arman menuduh Nisa mewarisi sifat ibunya yang berprofesi sebagai pelacur.

Puncaknya setelah Nisa mengalami kecelakaan dan kehilangan calon buah hati mereka. Demi cintanya untuk Arman, Nisa rela dimadu. Sayangnya Arman menginginkan sebuah perceraian.

Sanggupkah Nisa hidup tanpa Arman? Lantas, berhasilkah Abiyyu mengejar cinta Nisa yang namanya selalu ia sebut dalam setiap doanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaisar Biru Perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Rujuk?

"Kak Abiyyu?" Tiba-tiba Nisa memanggil Abiyyu. Meniru teman-teman Annisa yang baru saja memanggil Abiyyu dengan sebutan itu. "Saling follow ig, yuk?" lanjutnya

"Kamu nggak cocok manggil aku kaya gitu. Nis!" Dahi Abiyyu mengkerut, heran mendengar bagaimana cara Nisa memanggilnya barusan.

"Nggak cocok?" Satu alis Nisa terangkat ke atas seolah memikirkan sesuatu. "Apa maksudnya itu? Apa aku terlalu tua?"

Wajah cantiknya sengaja dibuat cemberut dan itu membuat Abiyyu tertawa. Apa-apaan sikapnya ini.

Jelas-jelas Nisa mengatainya menyebalkan dan mengatakan tidak akan menemuinya. Tapi kenapa Nisa justru menghampirinya lebih dulu. "Mungkinkah dia merindukanku?" batinnya.

"Bukan gitu maksudnya." Pria itu tersenyum tipis, lalu meraih tangan Nisa. "Aku pikir, kamu lebih cocok memanggilku dengan sebutan 'sayang'."

Sebuah ciuman pun mendarat di punggung tangan Nisa dan Nisa segera menarik tangannya.

Bukan marah. Nisa hanya melirik Abiyyu dan mengatainya, "Dasar genit! Aku tahu aku janda. Tapi bukan berarti aku suka kamu berlaku seperti ini, ya?"

"Kalau kamu nggak suka, maka kembalikan ciumanku barusan." Tak mau kalah, Abiyyu pun menantang. "Tapi di sini!" katanya sembari menunjuk bagian pipi.

Kalah berdebat, Nisa memutuskan diam. Hanya melihat wajah tampan itu dan kadang-kadang menunjukkan senyumnya yang manis.

Di sisi lain, Abiyyu hanya berdiri. Berdiri tegak sementara tangannya dia simpan di saku celana. Lalu, matanya yang indah menatap Nisa dengan penuh cinta.

Melihat adegan seperti itu, siapa yang tidak salah tingkah. Annisa yang melihat dari gerbang sekolah bahkan lari terbirit-birit saking malunya.

Sementara teman-temannya yang tadi menggoda Abiyyu terlihat mulai cemburu berat.

"Apa kamu siang ini kamu senggang?" Abiyyu melihat sekeliling. Sedikit malu menjadi pusat perhatian anak SMA. "Kalau kamu senggang, makan bareng, yuk?"

"Enggak!" Nisa menggelengkan kepalanya. "Aku ada janji sama orang lain."

"Siapa?" Alis Abiyyu terangkat ke atas. "Apa aku kenal?"

"Teman lama!" Wanita itu mengangguk. "Kamu kenal!"

Setelah mengatakan itu, Nisa tersenyum. Lalu melambaikan tangannya sebelum berbalik arah dan pergi.

Di sisi lain, Abiyyu hanya melihat kepergian calon istrinya dengan satu pertanyaan besar. "Siapa orang itu?"

.

.

.

Siang harinya ...

Nisa menyimak dengan serius saat teman lamanya bercerita. Sesekali, Nisa akan tersenyum tapi tak jarang pula dia akan menangis.

Perasaanya campur aduk. Apalagi saat temannya mengatakan kalau ibunya sudah berubah dan dia sangat menyesal karena menceraikan istri pertamanya.

"Kenapa kamu tertawa?" Arman-teman lama Nisa itu mengaduk minumannya dengan senyum tanpa arti. "Menertawakan kebodohanku?"

"Tidak. Aku tertawa karena perkiraanku benar." Nisa menunduk sebentar. "Aku yakin suatu hari kamu akan datang menemuiku."

Sepasang mantan itu pun saling melempar senyum. Mereka memang sudah berpisah, tapi mereka masih mengenal bagaimana sifat mantan pasangan mereka masing-masing.

"Maafkan aku, Nis!" Pria itu menghela nafas panjang. "Aku salah!"

"Sampai kapan kamu akan terus meminta maaf, Mas?" Nisa melipat tangannya di meja. "Nisa sudah maafin Mas Arman, kok!"

"Semudah itu?" Arman memelotot. Tidak percaya dengan ucapan Nisa barusan.

Setelah dirinya menuduh Nisa sebagai pelacur, memaksanya aborsi dan menceraikannya. Semudah itukah Nisa memberinya maaf?

"Lalu, kamu mau aku melakukan apa, Mas?" Dahi Nisa mengkerut. "Haruskah aku memintamu mengembalikan anak kita?"

Arman terdiam, sementara Nisa tersenyum tipis. "Itu tidak mungkin. Menyimpan dendam hanya akan membuatku sakit hati. Jadi, kenapa tidak merelakannya saja. Yang lalu biarlah berlalu. Aku sudah melupakan semua itu."

Senyum merekah di bibir Nisa, dan itu membuat Arman tertawa. Apa yang dikatakan Nisa memang benar.

Sekarang ini, mereka tidak bisa merubah masa lalu. Tapi kalau masa depan, seharusnya mereka masih bisa merubahnya, kan?

"Lalu?" Arman menyangga dagunya dan tanpa tahu diri mempertanyakan hubungan mereka di masa depan. "Menurutmu, apakah masih ada kesempatan hubungan kita kembali seperti dulu?"

Nisa yang saat itu meminum jus langsung mengangkat wajahnya. Wanita itu tersenyum tipis dan menggeleng. "Tidak. Kita masih bisa berteman, tapi tidak bisa menjadi suami-istri."

"Bahkan seandainya aku tidak memiliki istri?" tanya Arman.

Sekali lagi, Nisa mengangguk dan Arman tak protes dengan jawaban itu. Bagaimanapun, dialah yang salah. Nisa mau memaafkannya pun sesuatu yang sangat Arman syukuri.

"Boleh aku tahu alasannya?" Kali ini, giliran Arman yang melipat tangannya di meja. "Mungkinkah sudah ada hati yang sedang kamu jaga?"

"Hati yang ku jaga?" Untuk sesaat, Nisa diam sembari menyangga dagu. Tapi, beberapa menit kemudian seulas senyum menghiasi sudut-sudut bibirnya.

"Ada seseorang yang terus mengajakku menikah meskipun aku menolaknya." Tanpa ragu, Nisa menceritakan sosok Abiyyu. "Kalau dia tidak menyerah, mungkin aku akan menerima lamarannya."

Jujur saja, pengakuan Nisa membuat Arman cemburu berat. Tapi di saat yang sama, dia juga berbahagia. "Dia pasti orang yang baik."

"Ya, dia baik!" Nisa melirik Arman. Lalu menggodanya. "Tidak sepertimu yang menuduhku selingkuh hanya karena melihatku keluar dari kamar pria brengsek itu."

Tanpa dikomando, mereka pun tertawa bersama. Tanpa ada dendam atau pun sakit hati. Mereka benar-benar ingin berteman dan menyimpan masa lalu mereka sebagai kenangan dan pembelajaran.

"Ngomong-ngomong, bukankah sekarang kamu sudah punya banyak uang?" Tiba-tiba saja, Nisa bertanya seperti itu.

"Oh, itu?" Dahi Arman mengkerut. "Memangnya kenapa? Apa kamu membutuhkannya?"

Dari cerita mereka sebelumnya, Arman tahu Nisa sedang membuka toko kue. Arman pikir, Nisa membutuhkan modal yang cukup.

Untuk itulah dia berencana memberikan sejumlah uang kepadanya. Karena saat ini, hanya hal-hal seperti itulah yang bisa dia lakukan untuk Nisa.

"Berikan aku nomor rekeningmu?" kata Arman sembari mengeluarkan ponselnya.

"Aku tahu aku tidak punya uang." Tiba-tiba ekspresi Nisa berubah. Wanita itu terlihat sangat marah. "Tapi aku tidak minta uangmu."

Seketika, dahi Arman pun mengkerut. "L-lalu, kenapa kamu bertanya soal uang?"

"Aku lapar!" Nisa menoleh ke arah lain. "Aku mau makanan yang mahal dan enak. Kamu tidak mungkin memintaku kemari tanpa memberiku makanan enak, kan?"

"Ah, maafkan aku!" Arman memijit keningnya. Terlalu banyak bicara membuatnya lupa kalau mereka belum memesan makanan.

Pria itu pun segera memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan. Setelah itu, dia melihat Nisa dan berkata, "Aku sudah memesan makanan kesukaanmu. Tapi, kalau masih ada yang ingin kamu makan, pesanlah sesukamu!"

"Terimakasih!" kata Nisa.

Setelah sekian lama, akhirnya mereka pun makan bersama. Tertawa dan bercanda tanpa menyisakan dendam atau kecewa.

Dan di penghujung pertemuan itu, sesuatu yang terduga terjadi selama mereka di parkiran. Karena tanpa aba-aba Arman langsung memeluk Nisa.

Pria itu memeluk Nisa dengan erat. Memeluk dan mencium aroma tubuh itu untuk yang terakhir kali seraya berbisik, "Aku harap kamu mendapatkan pria yang lebih baik. Jangan lupa mengundangku saat kalian menikah nanti."

"Tidak!" Nisa menatap wajah Arman lekat-lekat. "Kamu pasti akan merusak acara sakral itu nanti. Lebih baik kamu tidak usah datang!"

Akhirnya, tawa mereka pun pecah lagi. Menandakan bahwa hubungan mereka sudah membaik meskipun tanpa status suami-istri.

Tapi, dari sudut pandang yang lain. Seseorang tak melihatnya begitu. Abiyyu, pria yang melihat Nisa dan Arman berpelukan itu tersenyum tipis dan menggumam, "Apa mereka akan rujuk?"

***

1
Jio
Luar biasa
Rina Rina
makan tu cinta plakor
retiijmg retiijmg
lanjut kak...
Merica Bubuk
🤭🤭🤭
sweetpurple
Luar biasa
Lusia Tanti
abiyu..... bikin aku gemeeees saja
ada ada saja kamu tuuuuuuuu
Lusia Tanti
kasihan si Arman.... jadi calon om yang pengertian dan siap siaga ☺☺
Lusia Tanti
aduuuuh.... aku jadikan sama abiyu... tapi aku juga pingin ketawa keras keras 🤣🤣🤣🤣
Lusia Tanti
bikin ketawa ngakak
pak darmawan bikin aku pingin cubit kamu lho pak
Bojone pak Lee
😂
Bojone pak Lee
😂🤣😂🤣
Bojone pak Lee
kami para readers berharap kamu jadi suami Nissa😊
Achmad Yuli
sudah berbab bab..tp kok gg ada crita kehidupan sarah istrinya armand
Aurora
Luar biasa
Ila Lee
Alhamdulillah Abi dan Nisa
@train
alasan saja si abi ini/Facepalm//Facepalm/
Nur Fatihah
seru
Yuli Purwati
lanjut
Ila Lee
Abi ada anak kamu tu jgn keras2 Dong
Welas Trianingsih
😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!