NovelToon NovelToon
Feathers

Feathers

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Beda Dunia / Iblis / Dunia Lain
Popularitas:799
Nilai: 5
Nama Author: Mochapeppermint

Mereka bilang aku adalah benih malaikat. Asalkan benih di dalam tubuhku masih utuh, aku akan menjadi malaikat pelindung suatu hari nanti, setelah aku mati. Tapi yang tidak aku tahu adalah bahaya mengancam dari sisi manapun. Baik dunia bawah dan dunia atas sama-sama ingin membunuhku. Mempertahankan benih itu semakin lama membuatku mempertanyakan hati nuraniku.

Bisakah aku tetap mempertahankan benih itu? Atau aku akan membiarkan dia mengkontaminasiku, asal aku bisa menyentuhnya?

Peringatan Penting: Novel ini bisa disebut novel romansa gelap. Harap bijak dalam membaca.
Seluruh cerita di dalam novel ini hanya fiksi, sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mochapeppermint, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 The Seed

Kedua mataku terbuka. Kegelapan terasa nyaman di sekelilingku. Hembusan nafas teratur Suster Nadia terdengar lembut, samar-samar. Aku menyibakkan selimutku dan menurunkan kedua kakiku. Lantai batu terasa dingin di telapak kakiku, namun aku tetap berjalan ke arah pintu dan membuka kenopnya.

   Angin luar menerpa pipiku dengan lembut dan sejuk. Tidak ada siapapun. Lorong luar terang dengan sinar lampu putih yang dipasang berjajar di langit-langit, namun sepi tidak ada satu orang pun. Kedua kakiku mulai terayun, melangkah dengan pasti. Aku tahu kemana aku pergi. 

   Lantai batu tergantikan rerumputan yang basah karena embun. Kedua bahuku bergetar karena rasa dingin mulai meresap keseluruh pori tubuhku, namun aku tetap berjalan. Aku menginjak batu, rumput, tanah lembek, tapi aku tetap mengayunkan kakiku satu per satu. Dari kejauhan aku sudah bisa melihat gerbang besi yang tertutup. Pos di sampingnya terlihat terang seperti suar di tengah lautan yang gelap, tapi sama, kosong.

   Aku melihat gerakan di luar gerbang dan langkahku langsung terhenti. Perlahan sosok itu berjalan mendekat dan aku mulai bisa melihatnya dari bawah sinar lampu gerbang. Dia sangat tinggi, kedua bahunya lebar, bahkan bayangannya pun terlihat mendominasi. Dia menarik tudung kepalanya kebelakang. Ini kedua kalinya aku melihat pria itu di dalam cahaya minim. Si pria rahasia.

   “Amy.” Tubuhku bergetar mendengar namaku disebut olehnya. Jantungku terasa berdetak satu kali lebih cepat. 

   Dia mengulurkan tangannya, aku melangkah maju dan mengulurkan tanganku. Namun tanganku tidak cukup menjangkaunya karena terhalang gerbang besi, dia masih terlalu jauh. Melihat tangannya yang masih terulur hatiku terasa sakit melihat dia masih menungguku. Aku berusaha membuka gerbang tapi entah kenapa gerbang itu tidak bisa terbuka. Aku sudah menarik dan mendorong gerbang itu, tapi besi itu tidak bergerak sama sekali. Perlahan aku mulai frustasi dengan penghalang ini, aku mendorongnya semakin kuat namun tidak ada perubahan. Aku mendengar suara derak gerbang yang semakin nyaring di malam yang sepi ini, namun aku tetap mengguncangnya sekuat tenagaku.

    “Hentikan, Amy!” Aku berhenti dan menatap Pria itu yang berdiri tak jauh dari gerbang. Aku tidak tahu kenapa dia berhenti di sana, kenapa tidak mendekat? Kedua matanya yang sehitam langit malam tanpa bintang menatapku tajam dan kedua alisnya mengerut. “Amy…” Pria itu tampak bingung. “Bagaimana kamu bisa kesini?”

   Aku mengerutkan dahiku. Bagaimana?

   “Kamu tahu aku disini?”

   Tidak, aku tidak tahu. Tapi aku tahu. Bagaimana cara menjelaskannya?

   “Amy?” Panggilnya lagi kali ini lebih mendesak. “Kamu dengar aku kan?” Dia menungguku namun aku tidak mengatakan apa-apa. “Am-” Dia menatap ke balik bahuku lalu kembali menatapku. “Amy, dengar.” Ucapnya lebih mendesak. “Aku tidak akan menyakitimu, aku bersumpah.”

   Menyakitiku? Kenapa dia bicara begitu? Kenapa dia harus bersumpah? 

   “Apapun yang akan mereka katakan padamu, percayalah aku tidak akan pernah menyakitimu, Amy.”

   Sesuatu menarikku ke belakang. Rasanya ada banyak tangan-tangan yang menarikku, mencekalku dengan kuat hingga aku tidak bisa bergerak barang sedikit pun. Sesuatu menutupi pandanganku dan aku tidak lagi bisa melihat ke arah pria tadi. Aku dengar namaku disebut oleh bermacam-macam suara namun hanya satu suara yang terdengar jelas di telingaku. Sangat frustasi. Suara pria itu.

    Aku berusaha memalingkan kepalaku sekuat tenagaku hingga rasanya leherku memprotes keras. Aku yakin kalau aku memaksanya lebih lagi, leherku pasti akan patah.

Siapa namanya?

Aku tidak bisa berbuat banyak karena kekuatanku tidak sanggup melampaui tangan-tangan yang mencekalku. Nafasku pun rasanya sudah habis. Sepasang tangan menghimpit kepalaku kuat-kuat. Terasa sangat berat seolah tangan itu sengaja mendorongku agar aku tersungkur ke bawah dan sesuatu yang kecil menusuk lenganku.

   Aku tahu apa yang akan terjadi setelahnya.

Gelap.

   ***

The Fallen

   Tenggorokanku memprotes keras saat aku berteriak sekuat tenaga menjeritkan nama Amy. Mereka berderap, mencekal Amy, berkerumun, menutupi pandanganku darinya seperti kumpulan bison panik. Dalam sekejap Amy hilang di balik jubah putih dan hitam. Mereka meneriakkan doa-doa yang menghujam kepalaku seperti pisau yang di tancapkan ke kepalaku lalu dipelintir hingga tengkorakku berderak. Aku tidak memperdulikan rasa sakit itu, yang aku khawatirkan adalah Amy. Walaupun jauh di dalam benakku aku tahu dia pasti akan aman, aku tetap takut akan keselamatan gadis itu. Dia hanya satu orang gadis dan jumlah para pria itu hampir selusin banyaknya.

   Sekilas aku melihat kedua mata Amy menatapku dari balik tubuh-tubuh itu sebelum seseorang menutup kedua matanya dengan kain seolah Amy adalah seekor korban yang menunggu untuk di sembelih dan itu membuatku semakin menggila. Aku melihat sesuatu yang mengkilat membuat tubuhku semakin menegang. Aku tidak tahu kemana mereka menyuntikkan jarum itu, namun tak lama ketegangan kerumunan itu meluruh. Perlahan tubuh-tubuh mulai berpisah dan sekali lagi aku melihat tubuh Amy terkulai dan salah seorang pria membawanya menjauh dariku. 

    Kemarahan mulai bergulung di benakku membakar setiap nadi di tubuhku. Raungan keras menggelegak di dalam dadaku. Amy adalah gadisku dan aku tidak ingin bison-bison itu menyentuh gadisku seperti itu. Aku menyugar rambutku dengan kasar dan berpikir keras bagaimana caranya agar aku bisa bersama gadis itu. Ini sudah terjadi dua kali, aku sendiri pun tidak ingin ada ketiga kalinya. Aku tidak mau mengambil resiko apapun kalau itu berarti menyakiti Amy. Walaupun itu artinya aku tidak boleh kemari lagi. 

   Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Amy atau pada kami berdua. Aku terkejut saat gadis itu menghampiriku. Aku pikir semalam yang lalu adalah kebetulan, tapi dua kali kebetulan? Itu tidak mungkin terjadi. Dan ada yang aneh dengan Amy. Kenapa gadis itu tidak berkata apapun? Apa yang terjadi dengannya? Apa yang mereka lakukan pada gadisku?

   Saat Amy dan kumpulan bison itu menghilang aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan datang untuknya tanpa ada perisai yang akan menghalangiku dan Amy. Aku tidak akan membiarkan ada apapun yang akan menghalangiku darinya. 

1
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
cerita ini benar-benar bisa menenangkan hatiku setelah hari yang berat.
Yue Sid
Gak sabar nunggu kelanjutannya thor, semoga cepat update ya 😊
Mochapeppermint: Thank you 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!