Dewi Eka Arshila, seorang gadis cantik yang sangat berperangai buruk.
Perangainya yang seperti ini terjadi karena ulah sang kekasih yang sudah mengkhianatinya. Ditambah pula ia yang baru kehilangan sosok ayah yang tega meninggalkan sang ibu dan juga dirinya. Suatu hari, Arshilla bertemu dengan Bima, pria tampan yang selalu memperhatikan dirinya. Berkat usaha gigih Bima dalam meraih cinta gadis pujaannya, Arshilla menerima lamaran Bima dengan setulus hati. Namun sesuatu terjadi yang membuat hati Arshilla terguncang. Kejadian apa yang membuat hati Arshilla seperti ini? Lalu bagaimana kelanjutan kehidupan Arshilla selanjutnya?
Terus ikuti The End Of Our Love.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Agustiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Mobil Bima memasuki perkarangan rumahnya setelah sebelumnya mengantarkan Arshilla ke rumah. Bima turun dari mobil dengan wajah yang bahagia membuat ayahnya bingung
"Kamu kenapa sih?" tanya Dion sang Ayah
"Pa, aku mau cepat-cepat nikahin Arshi," ucapnya
"Kamu pulang-pulang main minta nikah aja. Salam dulu!" ucap sang Mama
Bima tertawa lebar "Maaf Ma, Bima semangat banget buat nikahin dia,"
"Coba Mama mau liat anaknya seperti apa sih yang bikin seorang Bima tergila-gila,"
Bima mengeluarkan ponselnya lalu memperlihatkan foto Arshilla yang sedang memegang topi sambil tersenyum manis.
"Cantiknya," ucap sang Mama
"Iya cantik dan manis kan Ma," sambung Bima
Sang Mama mengangguk setuju dengan ucapan Bima
"Ya sudah Minggu depan kita lamar dia ya!" seru Dion
"Yesss!!" Seru Bima. Sungguh ia merasa bahagia. Ia pun berlari memasuki kamarnya untuk segera menghubungi Arshilla
Sedangkan wanita itu sedang diberikan pertanyaan oleh Rosa
"Kamu benar-benar mencintainya?" tanya Rosa
"I,, iya Ma," jawab Arshilla
Rosa tersenyum bahagia, akhirnya setelah lima tahun melajang kini Arshilla mulai mencintai orang lain.
"Sebelum kalian pergi, Bima memberi tahu Mama jika ia akan melamar kamu," ucap Rosa
Arshilla mengangguk sambil tersenyum malu "Dia juga bilang gitu Ma,"
"Ya sudah kamu tanyakan sama Bima, kapan dia mau melamar biar Mama mempersiapkan segalanya,"
Arshilla mengangguk "Arshi izin ke kamar ya Ma, Arshi lelah," Rosa pun mengangguk.
Arshilla mengambil tasnya lalu pergi ke kamar yang sudah beberapa hari tak ditempati. Arshilla melemparkan tasnya begitu saja dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang
"Huaa gue lelah banget!" ucapnya
Hampir saja memejamkan matanya namun dering ponselnya memaksa wanita itu membuka mata.
"Ah ganggu aja gue mau tidur!" dengusnya. Ia melihat nama Bima di layar ponselnya.
"Ck, ngapain sih gue mau tidur astaga!"
Arshilla meletakkan ponselnya di tengah bantal membiarkan panggilan video itu tersambung
"Sayang?" panggil Bima
"Heum," jawab Arshilla
"Kamu tidur?"
"Gue ngantuk Bima,"
"Masih jam 11 loh sayang,"
"Ck, lo lupa apa yang semalam kita perbuat? Gue tidur jam 5 pagi gila!" ucapnya
Bima tertawa lebar "Maaf maaf sayang, ya udah lo tidur ya,"
"Heum,"
Arshilla mulai terlelap, Bima tersenyum melihat wanita pujaan hatinya tidur dengan pulas
"Maaf sayang," lirih Bima, ia pun mengakhiri teleponnya lalu menghubungi Riyan
"Lo sibuk nggak?" tanya Bima
"Nggak, ada apa?"
"Bantuin gue nyari barang-barang buat lamar dia, yok!" ajaknya
"Kapan memangnya?"
"Malam Minggu,"
Riyan menyemburkan minumannya karena merasa terkejut
"Lo sriusan?"
"Iya gue serius!"
"Ya udah gue otw ke rumah lo!" Riyan mengakhiri teleponnya lalu bergegas menuju rumah Bima
Setelah lima belas menit Riyan sampai dan langsung dipersilahkan masuk oleh ART di rumah Bima
"Wih cepet amat lo!" ucap Bima sambil menuruni tangga
"Gue kaget Lo beneran mau melamar dia," ucap Riyan
Bima tertawa kecil "Gue juga ga nyangka loh bisa memiliki dia,"
Bima duduk berhadapan dengan Riyan lalu mengeluarkan sebuah ponsel berbentuk buku.
"Apa aja sih yang diperlukan?" tanya Riyan
"PEA! Malah nanya gue! Nanya noh ama nyokap lo!" dengus Riyan
Bima menepuk keningnya, bagaimana bisa Riyan tau sedangkan pria itu sedang jones ( jomblo ngenes )
"Ya udah kita tanya terus kita catat bareng-bareng."
********
Malam hari Bima datang ke rumah Arshilla, Bima langsung masuk ke rumah megah itu karena ketiga ART itu sudah mengetahui jika dirinya adalah calon tunangan Arshilla.
"Saya panggilkan dulu ya, Den!" salah satu ART menaiki tangga menuju kamar Arshilla
"Non, di bawah ada Den Bima!" serunya
"Ya bilang tunggu sebentar! Dan tolong buatkan minuman ya Bi!" jawab Arshilla dari dalam kamar
"Baik Non!"
Arshilla di dalam kamarnya sedang mengeringkan rambut karena baru saja mandi.
"Wahh segarnya!" ucapnya. Arshilla memoleskan tipis makeup di wajah cantiknya tak lupa dengan lipstik pink alami.
Arshilla turun dari tangga melihat Bima sedang duduk memainkan ponselnya.
"Bim?" panggil Arshilla
Bima menoleh lalu tersenyum ia melambaikan tangannya meminta Arshilla duduk di sebelahnya.
"Ada apa? Tumben malem-malem kesini?" tanya Arshilla
"Gue mau bilang kalo malam minggu,gue mau melamar lo,"
Arshilla menutupi mulutnya "Seriusan?" tanya Arshilla.
Bima mengangguk, ia menarik tangan Arshilla hingga wanita itu jatuh ke dalam pelukan Bima
"Iya, gue udah bilang sama orang tua gue. Gue juga udah beli semua keperluan yang akan dibawa ke sini,"
Arshilla merasa lega, lima tahun melajang akhirnya ia menemukan cinta sejatinya.
Ponsel Bima berdering tertera di layar hanya barisan nomor yang tak Bima kenali
"Siapa?" tanya Arshilla
"Nggak tau," Bima mengangkat panggilan itu dan mengaktifkan loudspeaker.
"Bim, ini gue Fitri!" ucapnya seorang wanita dari seberang telepon
"Lo ngapain telepon Bima, ha! Dasar ulat bulu!" bentak Arshilla. Ia merampas ponsel Bima dan memblokir nomor tersebut.
"Sayang, aku nggak tau kenapa dia punya nomorku. Aku ga pernah ngasih nomor ke dia," ucap Bima
Bima mencoba menarik ponselnya di tangan Arshilla, ia ingin menenangkan wanita itu namun Arshilla tak ingin ponsel Bima lepas dari tangannya hingga terjadilah tarik menarik ponsel. Bima dengan tenaga besar menarik ponselnya hingga membuat Arshilla juga ikut ketarik, kini tubuh Arshilla berada tepat di atas tubuh Bima.
"Jangan ngambek gitu. Sumpah demi Tuhan sayang, aku ga kasih nomorku ke dia,"
"Iya gue percaya!" Arshilla pun duduk sambil merapihkan rambutnya yang berantakan.
Bima duduk di bawah, ke dua tangannya memegang pinggang kecil Arshilla.
"Jangan marah dong," ucap Bima
"Gue nggak marah!"
"Terus kenapa jutek gini?" Bima meletakkan kepalanya pada kedua paha Arshilla.
Arshilla menghela nafasnya "Jangan gini ah,"
Bima mengangkat kepalanya lalu mendongak menatap Arshilla
"Kenapa?"
"Malu nanti ada yang liat,"
Bima kembali duduk, ia memeluk tubuh Arshilla meletakkan kepalanya pada dada wanita yang ia cintai itu.
"Kalo gini nyaman banget," Bima memejamkan matanya menikmati usapan lembut tangan Arshilla pada kepalanya.
"Yang, kamu mau anak berapa?" tanya Bima
"Ish apaan sih Bim! Tunangan aja belum dah mikirin anak!"
"Apa salahnya?" Bima mendongak
"Liat aku!" pinta Bima
Arshilla menatap Bima yang ada di dadanya, Bima meraih tengkuk Arshilla dan menciumnya dengan lembut, Arshilla membalas ciuman itu hingga keduanya terlena.
"Udah ah," ucap Arshilla setelah ciuman itu terlepas.
"Aku udah nggak sabar mau nikahin kamu, Yang!"
"Setelah pertunangan, kita akan menikah tiga bulan lagi,"
"Tiga bulan itu lama Yang! Aku nggak mau ah.. Bulan depan aja,"
"Iya deh iya.. Tapi aku masih boleh kuliah kan?"
"Tentu boleh, sayang."
Tentu saja Bima mengizinkan, karena ia tak ingin egois meminta Arshilla diam di rumah. Arshilla juga mempunyai mimpi yang harus ia capai.