NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29 Perasaan Gisel

“Makasih yah Kak, udah mau direpotkan” ucap Gisel dengan tulus pada Haikal yang kini menatapnya dengan tatapan intens

Candra yang menyadari bagaimana Gisel yang salah tingkah dengan tatapan kakaknya pun menggaruk kepalanya yang tak gatal, Ia bingung dengan kakaknya yang sangat tidak tahu memperlakukan wanita.

“Kak Gue mau ngomong sesuatu penting, kalian duluan aja yah” Candra menarik perhatian Haikal yang kini mengerutkan keningnya bingung dengan ajakan Candra yang tiba-tiba.

“Yuk kita keluar aja, Kita ke kantin makan Gue “Yuk laper” Karin menarik tangan Gisel keluar, Ia juga paham dengan maksud Candra karena sikap Gisel yang salah tingkah juga disadarinya.

Jeno yang juga ada di dalam ikut keluar mengekori Karin dan Gisel.

.

“Eh Rin, Kak Jeno tuh” Gisel berbisik pada Karin.

Kini mereka masih berada diruang BEM, bersama dengan Riza yang sibuk dengan tugas kuliahnya. Sedangkan Juan sudah ke kantin menyusul Jigar dan kawan-kawan.

“Eh, Gue belum cerita yah” Karin menggaruk kepalanya dengan salah tingkah melirik Jeno yang menatapnya dengan santai.

“Apaan?” Gisel mengerutkan keningnya bingung, pasalnya temannya itu selalu menceritakan hal sekecil apapun padanya.

“Jadi sebenarnya, yang dijodohin Mami ke Gue itu sebenar Kak Jeno” ucapnya dengan raut wajah was-was menatap Gisel.

“Ha?” Gisel terkejut dengan wajah bengong berusaha mencerna ucapan Karin yang sedikit telat tiba ke otaknya.

“Tunggu, keknya Gue butuh air putih deh, masa Gue nggak paham sama omongan Lu” Gisel mencoba berpikir dengan perlahan mencerna kalimat Karin.

“Jadi yang Lu bilang Kak Jeno udah punya calon istri itu orangnya Lu?” Tanya Gisel dengan wajah terkejutnya.

“I..iya Gi hehehe” Karin menjawab dengan cengiran.

“Udah nggak usah kaget gitu kali, ntar kemasukan lalat tuh mulut” Riza ikut menimbrung melihat ekspresi terkejut Gisel.

Gisel melihat Riza yang biasa-biasa saja yang berarti hanya dia yang belum mengetahui kabar ini.

.

Setelah makan bersama di kantin, yang mana Riza dan yang lainnya menyusul Juan ke kantin dan membahas mengenai bagaimana Karin dan Jeno yang telah dijodohkan, kini mereka kembali ke rumah masing-masing.

Haikal bersama dengan Gisel, tentu saja dengan ajakan Haikal yang menggunakan alasan sejalan.

“Kayanya Gue sering banget nebeng kakak pulang balik kampus, nanti kapan-kapan Gue yang isi bensin kali yah” Gisel membuka suara, Ia lebih nyaman berbicara dengan Haikal saat berdua.

“Emang nggak gratis sih, nanti Lu harus bayar” balas Haikal dengan wajah datar.

“Pakai cash gitu atau tf?” Tanya Gisel yang mengira ucapan Haikal serius.

“Nggak lah, Gue becanda, emang muka Gue nggak keliatan becanda?” Tanya Haikal dengan mengerutkan kening.

‘Agak lain juga nih orang yah, pake nanya lagi muka dia keliatan becanda apa nggak’ gerutu Gisel dalam hati.

“Keliatan sih dikit” Gisel memberikan senyum yang tampak tak ikhlas.

“Kenapa senyumnya gitu?” Haikal melihat senyum Gisel dari sudut matanya.

“Emang gini kak senyum Gue” balas Gisel asal sembari kembali memandang jalanan.

Beberapa saat berkendara Gisel baru menyadari arah jalan yang dituju saat ini bukan ke apartemen tempatnya tinggal.

“Kak kita mau kemana ini?” Gisel menatap wajah Haikal yang dengan santai mengemudi mobil.

“Gue pengen ngopi, temenin Gue bentar” jawabnya santai dan tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan standar

Gisel hanya menatap bingung Haikal yang membawanya tanpa meminta persetujuan, bahkan mengajaknya nongkrong.

.

“Gimana bagus nggak tempatnya?” Tanya Haikal pada Gisel yang kini masih menatap kagum matahari yang akan terbenam.

“Iya. Kok kakak tahu tempat seperti ini?” Gisel bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya pada pemandangan yang begitu indah dihadapannya saat ini.

“Gue emang sengaja nyari sih, pengen banget ngajak cewe Gue nanti kesini” Jawab Haikal dengan nada serius dan tatapannya pada Gisel.

“Jadi Kak Haikal mau jadiin Gue kambing percobaan nih, buat pastiin view ini disuka sama cewe-cewe apa nggak?” Tanya Gisel dengan nada menggoda sembari melirik Haikal.

Namun diluar dugaan Gisel, saat ini Haikal sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Gisel.

“uhuk uhuk” Gisel tersedak dan memukul pelan dadanya setelah beberapa saat terhipnotis tatapan Haikal yang begitu teduh padanya.

‘Gila kali nih jantung murahan, deg-degannya sampai segini’ Gerutu Gisel dalam hati merutuki kebodohannya.

“Lu nggak papa kan?” Tanya Haikal dengan memegang pundak Gisel yang menunduk sembari berbatuk.

“Nggak, Gue nggak papa kok Kak, tadi tiba-tiba aja leher Gue gatel” Gisel berupaya menghindari pandangan mata Haikal agar tidak salah tingkah.

.

“Duh, maaf yah jadi ngerepotin Lu, padahal tadi mobil Gue juga baik-baik aja” Ucap Nia pada Wina yang mengantarnya pulang.

“Udah santai Lu kaya sama siapa aja, dari pada Lu dianter sama tuh bocah alay” Ucap Wina dengan sarkas.

“Tapi keliatannya Lu berdua akrab deh” lanjut Wina dengan tatapan menyelidik pada Nia.

“Nggak lah, Gue juga barusan tadi dibantuin belajar, lagian Lu kenapa sih nething mulu sama orang” Nia juga tidak menganggap serious keakrabannya dengan Taufan sebelumnya.

“Gue ngingatin aja, Gue nggak mau Lu diperalat sama tuh orang buat balas dendam” Ucap Wina dengan wajah serius.

“Iya iya Gue paham kok, lagian Gue tadi emang lagi pusing aja, dan dia juga bisa banget bantu Gue belajar, makanya Gue juga harus hati-hati nolak tawarannya” Nia meyakinkan Wina tentang responnya pada Taufan.

.

“Ahkk, sorry yah, Gue nggak sengaja” Gisel menunduk dan membantu mengumpulkan barang belanjaan orang yang ditabraknya.

“Nggak papa, biar Gue aja” balasnya dengan memungut barang belanjaannya.

“Gisel?” tanya seorang Wanita yang merupakan teman kakaknya.

“Kak Riska, aduh maaf banget yah Kak, Gue nggak sengaja tadi” Gisel meminta maaf pada Riska.

“Udah nggak papa, Oh iya Gue kemarin ketemu Mark, katanya Lu juga kuliah di kampus Bunga Bangsa yah?” Tanya Riska

“Iya kak, Gue ngambil Ilmu Komunikasi” jawab Gisel dengan senyum manisnya.

“Kakak juga lanjutin S2 di sana, nanti kapan-kapan kita ngantin bareng yah” ucap Riska dengan ramah.

“Gimana kalau kita ngobrol dulu, Gue juga nggak sibuk sih” Ajak Riska yang melihat tempat kosong untuk mengobrol di minimarket tersebut.

“ayo” balas Gisel

Keduanya berjalan menuju salah satu tempat duduk yang tersedia di minimarket tersebut.

“Kakak tahu nggak Kak Selin sakit?” Tanya Gisel pada Riska dengan hati-hati.

“Iya, Selin sakit tapi Dia nggak mau serius berobat, Gue juga kuatir” Jawab Riska dengan wajah sendu

“Emang kenapa Kak Selin nggak mau serius berobat?” tanya Gisel.

“Dia nggak mau berobat sampai mantannya percaya kalai dia emang nggak selingkuh” Riska menundukkan kepalanya.

“Kasian banget yah Kak Selin, padahal kan masih banyak pria diluar sana yang akan suka sama dia” Gisel ikut sedih dengan keadaan teman kakaknya tersebut.

‘Bahkan Mark kakak Lu juga akan tetap suka sama Dia sekalipun Selin udah punya pacar’ Gumam Riska sembari memaksakan senyum dan menganggukkan kepalanya seolah mengiyakan ucapan Gisel.

“Oh iyaa, Lu, udah punya pacar nggak?, Gue penasaran, masa cantik-cantik gini jomblo sih?” Tanya Riska mengalihkan pembicaraan.

“Nggak ada kok Kak, Gue emang pengen fokus sama pendidikan aja” jawab Gisel berbohong.

Bagaimana pun Ia sudah menaruh hati pada Haikal, namun Ia masih memilih menutupinya sendiri. Ditambah dengan kejadian Haikal yang pernah memeluk wanita didepannya.

“Lu masuk BEM nggak, Kata Mark Lu suka banget sama organisasi” Tanya Riska.

“Iya kak, gabut juga kalau ngurus kuliah doang” jawab Gisel dengan cengiran khasnya.

.

Tok tok’…. Suara ketukan pintu apartemen Haikal.

Haikal berjalan membuka pintu apartemennya,

“Lu ngapain disini?” tanya Haikal dengan ketus

“Gue Cuma pengen ketemu Kal, kemarin Lu juga nggak peduli sama Gue” ucap Selin dengan wajah senduhnya.

Yah, yang datang saat ini adalah Selin, Sebelunya Selin tidak mengganggu Haikal karena sibuk dengan skripsinya yang seharusnya sudah selesai.

Haikal memperhatikan wajah Selin yang tampak pucat.

“Mendingan Lu pulang, Gue nggak mau Lu sampai pingsan disini” ucap Haikal dengan cuek dan hendak mennutup pintu rumahnya.

“Gue Cuma minta tolong Lu mau temanin Gue kemoterapi dua hari lagi” ucap Selin dengan senyum yang terpancar pada wajah pucatnya. Membuat Haikal menahan diri untu masuk

Haikal menatap Selin dengan tatapan kasihan, namun Ia masih tidak paham dengan jalan pikiran Selin yang harus berpura-pura selingkuh dan sekarang kembali ingin bersamanya.

“Gue nggak tahu tujuan Lu apa permainin Gue, tapi satu hal yang harus Lu tahu, keputusan Lu untuk berpura-pura selingkuh udah cukup buat Gue nggak kembali dengan orang yang mendrama” Ucap Haikal dan masuk kedalam rumahnya dan menutup pintunya.

‘Brengsek, Gue nggak akan biarin siapapun dapeti Lu Kal, Gue juga yakin Lu nggak mungkin nggak sepeduli itu sama Gue” ucapnya dengan menaikkan sudut bibirnya.

Selin memperhatikan kiri kananya, Ia melihat seorang Ibu yang berjalan dengan seorang anak dengan bercanda riang.

. . . Gedubrak…

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!