NovelToon NovelToon
AIRLANGGA 2 Dewaraja Ring Medang

AIRLANGGA 2 Dewaraja Ring Medang

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Fantasi Timur / Raja Tentara/Dewa Perang / Ilmu Kanuragan
Popularitas:203.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Ebez

Hancurnya Istana dan Kotaraja Wuwatan Mas oleh serangan Ratu Lodaya membuat Prabu Airlangga harus mengumpulkan kembali keluarga dan para pengikutnya yang tercerai-berai. Satu tekad nya untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Medang, membuatnya harus membuat perjanjian dengan Dewa-dewa dari Kahyangan Suralaya tentang nasib anak keturunannya kelak.



Dukungan dari seluruh rakyat Medang juga keluarga besar nya membuat semangat Prabu Airlangga kembali membara untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Medang seperti para leluhur nya.



Berhasilkah Prabu Airlangga mengembalikan Kerajaan Medang seperti dahulu? Simak selengkapnya dalam kisah AIRLANGGA 2 Dewaraja ring Medang. Di jamin seru dan mendebarkan. Selamat membaca...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penaklukan Wuratan ( bagian 2 )

Tumenggung Renggopati alias Tumenggung Renggos yang sudah mengikuti kiprah hebat Prabu Airlangga sejak awal mulanya, mengangguk cepat. Dia segera menoleh ke arah para prajurit yang membawa tameng besi.

"Prajurit tameng besi, saatnya kalian beraksi!! ", perintah Tumenggung Renggos segera.

Para prajurit tameng besi langsung menyatukan tameng besi yang berbentuk persegi panjang menjadi satu kesatuan. Sebuah lempengan besi selebar dua depa dengan panjang 8 depa pun tercipta dengan 32 orang prajurit memegangnya. Tak hanya satu, tapi ada 4 kelompok prajurit tameng besi melakukan hal senada.

Masing-masing lempengan besi di satukan. Terbentuklah dua tameng besi besar yang di pegang oleh 128 orang prajurit yang bertubuh kekar.

"Maju...!! Hancurkan gapura Istana Kambang Putih!! ", aba-aba dari pimpinan prajurit tameng besi terdengar. Dua tameng besi besar ini langsung bergerak maju.

Melihat hal ini, para prajurit pemanah Wuratan langsung melepaskan anak panah mereka ke arah tameng besi besar itu.

Shhhrrrrriiiiiiinnngggg shhhrrrrriiiiiiinnngggg..

Thhhrraaaaaaannnggggg thhhrraaaaaaannnggggg!

Hujan anak panah dari para prajurit pemanah Wuratan itu tak mampu menembus tameng besi yang digunakan sebagai perlindungan. Dua puluh lelaki bertubuh besar yang memanggul kayu gelondongan besar pun langsung menjalankan tugas mereka untuk menjebol gapura istana.

"Satu dua tiga... Bhhuuuummmmm!!

Satu dua tiga... Bhhuuuummmmm..!!! "

Pintu gerbang istana yang terbuat dari papan kayu tebal berguncang hebat terkena hantaman kayu gelondongan besar itu. Meskipun palang kayu penahan masih belum bertahan, ini tinggal menunggu waktu saja.

Ratusan prajurit istana Kambang Putih berusaha keras mempertahankan pintu gerbang istana yang terus menerus di gempur dari luar.

"Tetap tahan gempuran! Jangan biarkan orang-orang Medang itu masuk ke dalam istana kita!! ", teriak Demung Mpu Kuru memberi semangat para prajurit nya.

Meskipun hujan anak panah terus menghujani tameng besi besar itu, tapi sama sekali tak berguna. Ini memang salah satu rencana Prabu Airlangga untuk mengurangi jumlah anak panah milik para prajurit Wuratan.

Begitu, anak panah dalam persiapan mereka habis, Prabu Airlangga melihat ini sebagai sebuah kesempatan. Dia langsung menoleh ke arah Senopati Mapanji Tumanggala sembari mengayunkan tangan kanan nya. Senopati Mapanji Tumanggala mengangguk mengerti.

"Pasukan yang membawa tangga! Majuuu...!! ", begitu aba-aba Senopati Mapanji Tumanggala terdengar, ratusan prajurit berlari maju sembari menenteng tangga, memanfaatkan jeda sejenak dari para prajurit pemanah Wuratan yang menunggu kedatangan anak panah dari bawah tembok istana.

Perang pun langsung berkecamuk dengan sengit usai satu persatu prajurit Medang memanjat tembok istana Kambang Putih. Meskipun para prajurit Wuratan berusaha keras untuk menghalangi dengan melemparkan tombak, namun ini tidak mengendurkan semangat para prajurit Medang untuk secepatnya menaklukkan Istana Kambang Putih.

Suara denting senjata tajam beradu di sertai jerit jerit kesakitan dari mulut para prajurit yang menemui ajalnya mulai terdengar di seluruh tembok istana. Dalam waktu sebentar saja, tembok istana Kambang Putih telah mandi darah para prajurit.

"Satu dua tiga Bhhuuuummmmm... "

Kkkrrrraatttaaakkkk brrruuuuaaaaakkkk!!!

Terdengar suara sesuatu roboh dan itu adalah pintu gerbang barat Istana Kambang Putih. Begitu pintu gerbang istana ini roboh, gelombang prajurit Medang pun meluruk masuk ke dalam Istana Kambang Putih. Pertempuran hebat pun langsung terjadi di dalam istana.

Melihat prajurit Medang berhasil menjebol pertahanan Istana Kambang Putih, Prabu Airlangga langsung menepak punggung kuda tunggangan nya, menjadikannya sebagai tumpuan untuk melesat cepat ke arah bangunan tinggi dimana Prabu Wisnuprabhawa berada. Parahita, Tumenggung Sakri dan Tumenggung Wanabhaya pun segera mengikuti langkah sang raja. Dalam satu tarikan napas, empat orang pembesar istana Kahuripan ini mendarat di tempat tinggi ini.

Melihat itu, Prabu Wisnuprabhawa cepat memberi isyarat pada para bawahannya untuk menyerang Prabu Airlangga, Parahita, Tumenggung Sakri dan Tumenggung Wanabhaya.

Dua orang prajurit cepat menusukkan tombak nya ke arah Prabu Airlangga.

Whhhuuuuuggghhhh whhhuuuuuggghhhh!!

Mudah saja Prabu Airlangga berkelit menghindari serangan mereka. Dia dengan cepat melesakkan dua kepalan tangannya ke arah punggung dua orang prajurit Wuratan ini.

Dhhhaaaaaasssssshhh dhhhaaaaaasssssshhh..

Aaauuuuugggghhhh...!!!

Dua orang prajurit bersenjatakan tombak itu langsung meraung kesakitan. Tubuhnya pun langsung meluncur ke bawah dan menghantam tanah dengan keras.

Di sisi lain, Parahita dan dua tumenggung saudara seperguruan juga mengalami hal yang sama. Beberapa orang prajurit langsung menyerang mereka dengan senjata mereka masing-masing akan tetapi mereka bukanlah lawan seimbang untuk ketiga orang ini. Tak butuh waktu lama, masing-masing prajurit Wuratan telah terkapar bersimbah darah tak bernyawa.

Melihat Prabu Airlangga mampu menumbangkan lawan dengan mudah, Patih Jayadrata langsung mencabut keris nya dan menerjang ke arah Prabu Airlangga. Secepat kilat ia mengayunkan keris berlekuk tujuh itu ke arah leher Sang penguasa Kerajaan Medang.

Shhrrrreeeeeeeeeeetttttt. ..

Prabu Airlangga dengan renang hanya menggeser sedikit tubuhnya ke belakang hingga tebasan keris pusaka milik Patih Jayadrata hanya menyambar angin sejengkal di depan lehernya. Tak ingin buruannya lolos begitu saja, Patih Jayadrata kembali mengayunkan keris nya ke arah sang raja muda dari Medang. Pertarungan jarak dekat antara mereka berlangsung seru dan menegangkan.

Dari jarak yang agak jauh, Prabu Wisnuprabhawa terus mengamati jalannya pertarungan terutama pada pertarungan Patih Jayadrata melawan Prabu Airlangga.

Jlllleeeeeeppphhhhh....

Aaaaarrrrrgggggghhhhh!!!

Suara lengguhan tertahan terdengar dari mulut Tumenggung Wilaga kala pedang Tumenggung Sakri menembus dada kanannya. Meskipun tidak terlalu dalam, luka menganga lebar itu langsung mengeluarkan darah segar usai murid Padepokan Padas Putih itu mencabut senjata nya.

Thhuuukkk thhuuukkk!!

Tumenggung Wilaga cepat menotok jalan darahnya sambil sempoyongan mundur. Pertarungan nya dengan Sakri yang merupakan salah satu perwira tinggi prajurit Medang telah berlangsung puluhan jurus. Dan selama ini dia yang selalu menjadi pemenang dalam setiap pertarungan, harus mengakui keunggulan musuh yang jauh lebih muda darinya.

"He-hebat kau, Wong Medang!!

Baru kali ada orang yang mampu melukai ku hingga seperti ini. Tapi jangan jumawa dulu. Aku masih belum kalah! Jika kau benar-benar ksatria, ayo adu ilmu kanuragan.. ", teriak Tumenggung Wilaga sambil menyarungkan pedangnya. Dia mulai merapal mantra ajian andalannya.

" Akan ku layani semua permintaan mu, Perwira Wuratan!!", ucap Tumenggung Sakri seraya tersenyum tipis. Segera ia menyarungkan senjata ke pinggang dan mulai merapal mantra Ajian Jari Api yang merupakan ilmu turunan dari Ajian Tapak Dewa Api yang merupakan ciri khas dari Padepokan Padas Putih.

Perlahan ia mengumpulkan tenaga dalam nya pada ujung jemari tangan. Cahaya merah kekuningan seperti bara api yang sangat panas sebesar biji keluwih tercipta di ujung kedua telunjuk tangan sang murid Begawan Bagaspati.

Tumenggung Wilaga dengan cepat menghentakkan kedua tangannya yang berselimut cahaya biru ke arah Tumenggung Sakri. Dua gumpalan cahaya biru berhawa panas ini langsung menerabas cepat ke arah lawannya.

Whhhuuuuuggghhhh...

Menghadapi hal ini, Tumenggung Sakri cuma tersenyum saja dan dengan cepat mengayunkan dua jari telunjuk nya ke arah gumpalan cahaya biru itu. Dua bulatan kecil cahaya berwarna merah kekuningan langsung melesat ke arah yang dimaksud. Hebatnya, dua cahaya ini mampu menembus gumpalan cahaya biru dan terus menerabas ke arah Tumenggung Wilaga.

"BANGSAAAAT!!!! ", umpat keras Tumenggung Wilaga sembari melompat menghindari dua cahaya kecil mirip dengan mata anak panah ini.

Dia lolos dari maut akan tetapi itu bukanlah akhir dari serangan cepat Tumenggung Sakri. Belum sempat ia mendarat, dua cahaya kecil merah kekuningan kembali menderu cepat ke arah nya dan kali ini dia tidak bisa menghindar lagi.

Clllaaaassshhh clllaaaassshhh..

Aaaaaarrrrrrrrrggggggghhhhh!!!

Tubuh Tumenggung Wilaga jatuh ke tanah dengan dua luka di dada kanan dan pinggang kiri. Darah segar langsung memancar keluar dari dua luka yang menembus tubuh perwira tinggi prajurit Wuratan ini.

"K-k-kau terku-tukkk..!! ", hanya itu yang keluar dari mulut Tumenggung Wilaga sesaat sebelum kematiannya. Dia tewas bersimbah darah.

Usai berhasil menghabisi nyawa Tumenggung Wilaga, Tumenggung Sakri langsung menerjang ke arah musuh yang sedang mengeroyok Parahita dan Tumenggung Wanabhaya. Pertarungan diatas tembok Istana Kambang Putih ini berlangsung sangat menegangkan.

Sementara di sisi lainnya, Patih Jayadrata yang semula tersenyum penuh kemenangan setelah keris pusaka nya berhasil menembus dada Prabu Airlangga, langsung pucat seketika kala melihat Prabu Airlangga justru malah tersenyum lebar menatapnya.

"B-b-bagaimana mungkin...??!!! ", ucap Patih Jayadrata tanpa sadar. Ketakutan pun seketika memenuhi hati sang warangka praja Wuratan ini.

Belum hilang rasa keterkejutannya, tangan kanan Prabu Airlangga cepat menyambar lehernya dan mencengkeram nya dengan erat seraya mengangkat tubuhnya ke udara. Tentu saja Patih Jayadrata kesulitan bernafas dengan cekikan itu. Seketika itu juga, dia berupaya untuk melepaskan diri dari cekikan tangan kanan Prabu Airlangga dengan meronta-ronta sebisa mungkin.

"Le-lepas le-lepas kan aku ba-ji-ngan... Hekkkk kekkkh hekkkk le-lepaskan a-aku.. ", ucap Patih Jayadrata sembari terus meronta-ronta.

" Melepaskan mu? Huhhh, baiklah kalau itu yang kau inginkan.. ", ucap Prabu Airlangga sembari meremas batang leher Patih Jayadrata.

Krrreeeeeeekkkkkkhhh..!

Terdengar suara seperti tulang patah dalam cekikan tangan Prabu Airlangga. Kejap berikutnya, Prabu Airlangga melemparkan tubuh Patih Jayadrata yang telah lemas ke arah arca dwarapala di pintu gerbang Istana Kambang Putih. Tubuh perwira tinggi ini telak menghantam arca dan tak bergerak lagi.

Prabu Airlangga lalu mencabut keris pusaka milik Patih Jayadrata dan melemparkan nya ke arah Prabu Wisnuprabhawa yang terus menonton jalannya pertarungan. Penguasa Kerajaan Wuratan ini dengan sigap menepis nya hingga keris pusaka itu mencelat entah kemana.

Sembari menyeka keringat di dada nya yang bidang, Prabu Airlangga menunjuk ke arah Prabu Wisnuprabhawa sambil berkata,

"Wisnuprabhawa, sekarang giliran mu.. "

1
Nuno Devilito
msh blm ada klnjutannya...kayaknya airlangga sdh menang n hidup damai dgn istriny
Bunga Ghaib
Sepertinya sang Author bingung menemukan titik temu dan titik sambung ceritanya sehingga terbengkalai narasi novelnya. Kalau seperti ini, kenapa tidak dengan narasi cerita baru, jangan cerita berbentuk sequel novel² sebelumnya atau prequel. Pada tahap ini, siapa readers yg tidak kecewa. Karena tujuan dari teks naratif kan MENGHIBUR PEMBACA. Bukan berarti tidak respect kepada penulis, cuma sebagai bahan pertimbanngan saja.
Nuno Devilito
udah finish ?
Danu Wijaya
sdh tamat sampe sini aja ya....??
Ali
kang ebez
Uong Auam
lama kali updtenya
andymartyn
the end
Heryala Hery
Heaammm,,ku kira dah tamat,sampai di peram2 biar mateng ni cerita, rupanya masih gantung,dengar2 kang ebez malah buat cerita baru, waduh... 😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😁😁😁😁😁,tetap semangat.. 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾👊🏾
Umar Muhdhar
1
Nuno Devilito
msh blm tune in...
Buyut Anom
kang kapn up nya lg....
Wahyu Indra
ayo lanjutkan kang Ebez
Wahyu Indra
punya ajian panglimun enak betul jika kangen bisa lsg wus wus nyampek tujuan /Grin//Grin/
Vinski Sasa
kang gak lanjut ini
arumazam
mungkinkah ini JD calonya Sakri Ama wanabaya
Danu Wijaya
udah cape nulis om.....???
arumazam
hajar semua klo perlu
arumazam
lahirnya Samara Wijaya
arumazam
tangkap penghianat
arumazam
sepertinya ragahusada musuh dlm selimut kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!