NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:51k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Cemburu

“Harusnya Tuan tidak perlu menggendongku seperti ini,” ucap Mika sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan, sementara ekor matanya mengedar ke kiri dan kanan. Ada beberapa pasang mata yang menoleh dan menatap ke arah mereka ketika King membuka pintu mobil lalu menggendongnya menyeberang jalan menuju klinik yang berada di seberang jalan.

King mengulum senyum, menunduk melihat Mika yang tengah menyembunyikan wajah di dadanya. “Aku harus bagaimana? Kau terus menolak dan tidak mau pergi berobat denganku tadi. Aku tidak mungkin membiarkanmu berjalan sendirian dengan tumit bengkak seperti sekarang.”

“Semua gara-gara Tuan.” Bibir Mika mengerucut, dan rasa kesal itu masih terasa mengganjal di dada. Gara-gara tak terima King menepuk keras pundaknya, Mika harus berlari untuk membalas perlakuan King hingga akhirnya jatuh terpeleset dan kakinya terkilir.

“Maafkan Aku,” sahut King penuh rasa sesal. “Aku tidak ada maksud sama sekali membuatmu terluka seperti sekarang.”

Mika hanya diam, tak membalas ucapan King. Ia pun tak pernah menduga hal itu bisa terjadi padanya. Yang ada dalam pikirannya saat itu hanya ingin balas memukul King sama kerasnya. Paling tidak King sudah menyelamatkan dirinya. Apa jadinya kalau laki-laki itu tidak bergerak cepat dan menolongnya, bisa jadi ia akan terluka lebih parah dari yang ia alami sekarang. Mengingat hal itu, bibir Mika pun mengulas senyum samar.

Tiba di klinik yang dituju, King mendorong pintu di depan mereka dengan pundaknya. Seorang wanita muda yang duduk di balik meja dekat pintu masuk dan sedang asyik memainkan ponselnya, tampak terkejut melihat kedatangan mereka. Ponsel di tangannya ia letakkan begitu saja ke atas meja, dan wanita itu sontak berdiri menatap King dan Mika dengan tatap penuh selidik.

“Apa kami bisa bertemu dengan dokter James Cameron sekarang?” tanya King membaca sekilas papan nama yang terpasang di pintu ruangan yang tertutup rapat tak jauh dari tempat mereka berada saat ini. Deg! Nama itu tiba-tiba saja mengingatkannya pada seseorang.

“Silakan isi daftar pasien terlebih dahulu sebelum bertemu dengan beliau,” ucap wanita itu mengabaikan pertanyaan King lalu menyodorkan kertas dan pena ke tengah meja.

King menatap sesaat. Nama James Cameron tertera jelas di bagian atas lengkap dengan segala gelar yang diraihnya selama ini. Tidak salah lagi, memang dia orangnya. Tiba-tiba saja jantung King berdebar kencang.

“Apa dia ada di ruangannya sekarang?” King bertanya lagi dengan suara bergetar dengan telunjuk mengarah ke pintu. Ia menatap seisi ruangan, hanya ada satu orang saja yang duduk menunggu di bangku panjang sambil menonton tayangan televisi.

“Dokter James sedang bersama pasiennya sekarang. Silakan menunggu sebentar dan tolong isi data pasien yang akan berobat terlebih dulu,” kata wanita itu lagi mengulang ucapannya sambil meletakkan pena di atas kertas, sekilas matanya melirik pada Mika yang masih berada dalam gendongan lengan kuat King.

“Tuan, tolong turunkan Aku sekarang.” Sela Mika sambil menepuk pelan dada King, tak nyaman terus berada dalam gendongan King sementara ada sepasang mata yang terus menatapnya sedari tadi.

Laki-laki itu hanya menatap Mika sesaat sebelum matanya berputar, memindai sekitarnya dan berhenti di sudut ruangan. King mendudukkan Mika di kursi roda, dan memintanya untuk tetap di sana sementara ia berjalan menuju meja di depannya lagi lalu menarik kursi untuk duduk dan mulai mengisi data pasien atas nama Mika.

Tak berapa lama pintu bertulis nama dokter James itu terbuka dan memunculkan sosok laki-laki paruh baya yang berjalan keluar bersama pasien wanita yang sebaya dengannya. Lelaki itu tersenyum pada keluarga pasiennya yang sejak tadi menunggu sambil menonton televisi dan segera berdiri begitu melihat mereka keluar.

“Apa ada pasien lainnya?” tanyanya kemudian sambil melirik pada King yang duduk memunggunginya.

“Ada tambahan satu pasien lagi, Dokter. Atas nama Mikaela Arden.”

Lelaki itu melirik arloji di tangannya lalu tersenyum mengangguk. "Kalau begitu, suruh masuk pasien itu sekarang."

Mendengar suara di dekatnya itu, King langsung mendongak dan memutar badan. Tatapannya menyapu keseluruhan tubuh lelaki di depannya itu. Tanpa membuang waktu lagi, King mendekat dan mengulurkan tangan pada lelaki yang memakai jubah putih itu yang menatapnya dengan kening berkerut. Sejenak mematung beberapa saat lamanya hingga kesadarannya kembali saat King bersuara menyebut namanya.

“Dokter Jami,” sapa King dengan suara parau.

“King?” dokter James balas menjabat tangan King, menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Berulang kali seolah tak percaya pada penglihatannya. Saat King tertawa sambil menutup mulut dengan satu tangannya, lelaki itu tersadar dan segera menepuk bahu King dan menariknya masuk dalam pelukannya. “King? Benarkah ini Kau, Nak?”

“Lama tidak bertemu, Dokter.” King mengulas senyum, ada haru menyeruak dalam dada saat tangan besar itu memeluknya erat. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan dokter James, dokter yang pernah merawatnya dulu saat ia bertugas dan terluka parah hingga hampir saja kehilangan nyawanya.

Pertemuan tiba-tiba itu membuatnya sejenak lupa dengan Mika yang duduk menunggu di atas kursi roda. Suasana haru itu pun terputus begitu Mika berjalan mendekat dengan langkah tertatih, ia turun dari kursi roda karena tak betah menunggu terlalu lama sementara hari sudah menjelang sore.

“Apa masih lama Dokter akan memeriksa kaki Saya?” Mika berdiri di dekat King, berjinjit dengan satu kaki dan sebelah tangan bertumpu di tepi meja.

King terkejut dan sontak memutar tubuh. Matanya melebar melihat wajah Mika meringis menahan sakit di kakinya, tanpa banyak bicara lagi kedua lengannya langsung bergerak di pinggang dan lipatan kaki Mika. Menggendong dan membawanya segera, masuk ke dalam ruang kerja dokter James yang tersenyum lebar setelah melihat tingkahnya.

Setelah dilakukan pemeriksaan, tak ada luka serius di kaki Mika. Dokter James memberi Mika obat pereda nyeri dan memanggil perawat yang berjaga di luar untuk membantunya mengoles salep di bagian kakinya yang bengkak dan membalutnya dengan perban.

Sambil menunggu perawat menyelesaikan pekerjaannya, dokter James kembali duduk di kursinya dan berbincang dengan King. Mika yang tengah diperban kakinya di ruangan periksa yang tertutup tirai, merasa tergelitik hatinya mendengar ucapan dokter James yang menyebut nama seorang wanita pada King. Ia lalu memasang telinga baik-baik.

“Aku dengar setelah Kau di pindahkan ke rumah sakit pusat, Jesy datang untuk menggantikan tugasku merawatmu. Syukurlah saat Aku pergi, kesehatanmu sudah lebih baik. Jadi Aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkanmu lagi saat itu. Aku percaya, Jesy dokter yang andal. Dia mampu melakukan tugasnya dengan baik, dan kita semua juga tahu bagaimana hubungan kalian saat itu. Sepanjang hari dia terus mendampingimu sampai Kau sehat dan bisa kembali bertugas. Aku dan semua rekan-rekanmu tentunya berharap, hubungan kalian tetap langgeng hingga saat ini.”

Deg! Jesy? Apa dia wanita spesial King yang pernah diungkapkan lelaki itu padanya, wanita spesial yang akan diberinya rumah indah yang akan ditatanya nanti. Mengingat hal itu, Mika menghirup napas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. Mendadak ia merasakan da danya sesak.

“Nona, sudah selesai melakukannya. Saya sudah membalut kaki Nona, tapi sebaiknya Nona jangan banyak bergerak dulu. Bila perlu minta gendong lagi saja sama pacar Nona tadi. Jangan lupa obatnya diminum biar rasa nyerinya berkurang,” ucap perawat di depannya itu, membuat Mika tersentak dan bergegas berdiri.

“Terima kasih, Suster.” Mika tersenyum kecut. “Tapi tuan yang sedang bersama dokter James itu bukan pacar Saya.”

“Benarkah? Tapi kelihatannya dia sangat perhatian dan sayang dengan Nona.”

Lagi, Mika kembali tersenyum lalu melangkah keluar. Baru saja tangannya menyibak korden di depannya, langkahnya terhenti mendadak. Suara King dan jawaban lelaki itu atas semua yang diucapkan dokter James padanya barusan semakin membuat Mika percaya kalau wanita bernama Jesy itu adalah wanita spesialnya.

“Jesy memang wanita yang sangat spesial, dan hubunganku dengannya tetap baik hingga sekarang.”

Mika membeku di tempatnya, tangannya mencengkeram sisi tirai kain di dekatnya. Ada rasa perih menusuk hatinya mendengar pengakuan King. Pertanda apa ini? Apa ini yang dinamakan cemburu? Mengapa hatinya sakit mendengar King memiliki kekasih, seorang dokter andal seperti penuturan dokter James yang tentunya memiliki banyak kelebihan.

Apalah dirinya yang hanya seorang guru anak, tidak punya kelebihan lain yang bisa diandalkan dan begitu berani menaruh harapan lebih pada lelaki seperti King. Bagaimana mungkin ia mampu bersaing dengan wanita seperti Jesy untuk memperebutkan hati King?

“Nona, mari Saya bantu berjalan menemui dokter James.” Perawat itu menawarkan bantuan, tapi ditolak Mika dengan halus.

“Saya masih bisa berjalan sendiri, Suster. Terima kasih bantuannya.” Mika keluar menemui dokter James. Ia duduk sebentar dan menanyakan semua biaya pengobatannya yang ternyata sudah dibayar oleh King.

Mereka berpamitan, dan Mika menolak dibantu King lagi. Ia berkeras melakukannya sendiri dan mengabaikan pesan dari dokter untuk tak banyak menggerakkan kakinya dulu.

“Hei! Kamu kenapa, Mika? Kenapa dari tadi Kau terus saja menolak bantuanku?”

“Saya tidak ingin merepotkan Tuan terus-menerus. Tuan sudah banyak sekali membantu Saya hari ini, dan Saya sangat berterima kasih sekali akan hal itu. Saya janji akan membalas semua kebaikan Tuan pada Saya nanti. Saya juga janji akan membuat rumah baru Tuan menjadi sangat indah hingga wanita spesial Tuan akan merasa sangat tersanjung dan bahagia menerima rumah pemberian Tuan nanti.”

“Aku tidak merasa direpotkan sama sekali olehmu, dan berhenti memanggilku Tuan!” King menatap tajam Mika, ia tak nyaman mendengar Mika terus memanggilnya dengan sebutan Tuan. “Aku melakukan semua ini karena Kau terluka akibat ulahku. Jadi biarkan Aku melakukan tugasku sebagai wujud tanggung jawabku padamu atas apa yang sudah menimpamu.”

“Saya tidak meminta pertanggung jawaban apa pun dari Tuan. Ini semua karena kecerobohan Saya sendiri. Jadi, biarkan Saya mengatasi masalah Saya sendiri. Terima kasih sekali lagi, Saya akan pulang sendiri.” Mika berbalik dan berjalan keluar menapaki anak tangga klinik satu persatu.

Keringat mengembun di keningnya, matanya terpejam dan bibirnya berulang kali mengembuskan napas menahan nyeri yang terasa menggigit setiap kali kakinya menapaki lantai.

“Haish! Perse tan dengan semua masalahmu. Aku akan tetap mengantarmu pulang!” King menyambar tubuh Mika dan membawanya ke mobilnya, ia tak peduli meski Mika berontak dan terus memukuli da danya.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!