Berwajah ayu dan selalu berpakaian syar'i , lemah lembut, taat beribadah dan penurut adalah sifat yang dimiliki oleh seorang gadis bernama Cut Dara Maristha, memiliki darah kental Aceh karena kedua orangtuanya berasal dari Aceh. Gadis pemilik senyuman indah, seindah bulan purnama.
Naas, sebuah kecelakaan mobil merubah hidup Dara tiga ratus delapan puluh persen. Sang pemilik mobil yang menabrak dirinya, meminta agar Dara menikahi suaminya sebagai permintaan terakhirnya. Pria yang memiliki sifat dingin dan sangat membenci wanita alim dan lembut karena masa lalunya.
Apakah Dara akan menerima permintaan terakhir itu? Tidak ada yang tahu rencana besar sang maha pencipta untuk makhluk ciptaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Sakitku tidak lah berarti di bandingkan dengan kehilangan dirimu. Bertahan dan jadilah kekuatan untukku disini.
~Cut Dara Maristha~
Di rumah sakit terlihat seorang wanita cantik sedikit berlari dan terlihat raut cemas di wajahnya.
"Suster ruang mawar di mana ya?" tanya wanita itu pada seorang suster.
"Di sebelah kiri mbak, masuk saja lorong itu" ucap suster itu.
"Ok, terimakasih suster" ucap wanita itu yang langsung beranjak pergi, namun tepat saat wanita itu ingin masuk ke lorong rumah sakit. Ia tak sengaja menabrak seseorang hingga dirinya terjatuh ke lantai.
"Maaf" sebuah suara bariton sambil mengulurkan tangannya, wanita itu mengangkat kepalanya dan betapa terkejutnya ia saat melihat wajah pria yang ada di hadapannya.
"Kak Haikal? maaf saya tidak sengaja" ucap wanita itu langsung bangun dan merapikan pakaiannya yang kusut tanpa menerima uluran tangan Haikal.
"Syila? Kenapa kamu begitu tergesa-gesa?" tanya Haikal pada wanita itu yang ternyata adalah Syila.
"Emmm... Keponakan Syila sakit. Kalau begitu Syila duluan, Assalamualaikum" ucap Syila yang langsung beranjak pergi meninggalkan Haikal yang masih terdiam menatap kepergian Syila. Sebuah senyuman kecil tersungging di bibir Haikal, entah kenapa ia sangat senang bisa melihat wajah cantik Syila.
"Wa'alaikumusalam" ucap Haikal, Ia menggelengakan kepalanya dan langsung beranjak pergi.
***
"Akhhh... " pekik Dara saat merasakan perutnya kembali kontraksi, Ia menghentikan mobilnya ke tepi jalan karena saat ia sedang berada di perjalanan untuk pulang.
"Astagfirullahal'azim, kenapa sakit sekali. Ya Allah tolong lindungi anakku, akhhh" ucap Dara menyadarkan tubuhnya dan menarik napas dalam-dalam, ia terus mengerang kesakitan.
"Hikss... Bunda mohon sayang, tolong bertahan. Bunda ingin kamu tetap bertahan, hanya kamu harapan bunda sayang" ucap Dara mengelus perutnya yang semakin sakit, air matanya mengalir dengan deras karena tidak sanggup menahan rasa sakit yang teramat sangat.
Tak jauh dari tempat perhentian Dara, terlihat sebuah mobil merah melaju dengan kecepatan sedang. Pemilik mobil itu begitu serius menatap lurus kedepan, hingga tak sengaja pandangannya beralih pada sebuah mobil yang terparkir dan sangat ia kenali.
"Kenapa dia berhenti di sana? Kenapa dia sangat bodoh, jika terjadi sesuatu bagaimana?" ucap pemilik mobil sangat geram, dengan kesal ia meminggirkan mobilnya di depan mobil milik Dara. Ia turun dari mobil dan berjalan menghampiri mobil Dara. Ia mengetuk jendela mobil Dara dan berhasil membuat Dara terkejut.
Jantung Dara berpacu sangat kencang saat melihat wajah pria di jendela mobilnya.
'Bagaimana ini? Jika pak Arham tahu tentang masalah kehamilanku bagaimana? Tapi ini sangat sakit, aku sangat membutuhkan pertolongannya' batin Dara.
Dengan sangat takut Dara membuka pintu mobil, pria itu membuka pintu mobil Dara dengan kasar.
"Apa yang kau..." belum selesai bicara, ia langsung terkejut saat melihat wajah pucat Dara dan melihat Dara terus menyentuh perutnya.
"Perut Dara sakit pak" ucap Dara meringis.
"Kenapa kau hanya diam?" bentak Pria itu yang tak lain adalah Arham, ia langsung mengangkat tubuh Dara dan menggendong tubuh Dara ala bridal style.
"Sakit... " ringis Dara sambil mencengkram kemeja Arham dengan sangat kuat.
"Bagaimana ini bisa terjadi? Kau sangat ceroboh" ucap Arham membawa Dara masuk ke dalam mobil. Arham berlari ke mobil Dara untuk mengambil tas dan kunci mobil Dara. Dengan cepat Arham kembali ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.
"Bertahan lah" ucap Arham menyentuh perut Dara, ia juga terlihat sedikit panik. Dara memiringkan tubuhnya untuk menahan rasa sakit. Ini adalah kontraksi paling lama dari biasanya, Dara terus meringis kerena sakitnya benar-benar tak bisa ia tahan.
Sesampainya di rumah sakit, Arham kembali mengangkat tubuh Dara. Namun ia sangat terkejut saat melihat bercak darah di kursi mobilnya.
"Kau pendarahan" ucap Arham yang berhasil membuat Dara terkejut, ia sama sekali tidak tahu jika dirinya mengalami pendarahan.
"Saya tidak mau kehilangan anak ini pak" ucap Dara mencengkram baju Arham dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Arham.
"Dokter, tolong istri saya" teriak Arham, seorang suster mendorong brankar dan dengan cepat Arham menidurkan Dara di sana.
"Maaf pak, sebaiknya bapak tunggu di luar saja" ucap suster menahan agar Arham tidak masuk, Arham mengerang kesal karena ia tidak bisa menemani Dara di dalam. Arham melihat darah di tangan dan di lengan bajunya, ia semakin takut akan terjadi sesuatu pada Dara dan kandungnya.
"Tolong selamatkan mereka tuhan" ucap Arham mengusap wajahnya kasar, ia terus mondar-mandir tak jelas. Lalu tak lama seorang dokter datang dan hendak masuk ke dalam ruangan untuk menangani Dara.
"Dokter tolong selamatkan anak dan istri saya" ucap Arham begitu khawatir, sang dokter mengangguk dan langsung masuk kedalam.
Dara terus mencengkram ujung brankar untuk menyalurkan rasa sakitnya, ia sudah tidak tahan karena sakit yang ia rasakan semakin menjadi.
"Dokter, saya tidak mau kehilangan anak saya" ucap Dara saat melihat dokter menghampiri dirinya.
"Kau sangat keras kepala Dara. Kali ini aku tidak tahu bisa mempertahankan anak ini atau tidak" ujar sang dokter yang sudah mengenal Dara karena ia lah yang selama ini menangani masalah kehamilan Dara.
"Saya mohon dok" ucap Dara semakin terisak menangis.
"Berdoa lah, kita akan mengecek keadaan nya" ucap dokter yang langsung mengecek keadaan Dara. Dara memejamkan matanya dan terus melapalkan doa agar anak yang ada di dalam kandungannya baik-baik saja.
"Dokter, jangan katakan apapun tentang masalah kehamilan saya. Suami saya tidak boleh tahu dok" ujar Dara dengan sangat pelan, namun masih bisa di dengar oleh dokter.
"Maaf, untuk masalah itu... "
"Saya mohon dok" ucap Dara memotong ucapan sang dokter.
"Baik lah, kamu mengalami pendarahan yang lumayan patal. Keadaannya sangat lemah sekali, kamu harus menjalankan perawatan intensif agar keadaan janin kamu kembali pulih" ujar sang dokter, Dara mengucap syukur karena anaknya masih bisa bertahan.
"Terimakasih dok, saya sangat lelah" ucap Dara yang meraskan matanya sangat berat.
"Tidur lah, saya akan menemui suami kamu dulu" ucap sang dokter yang hendak pergi, namun dengan cepat di tahan oleh Dara.
"Saya mohon, jangan katakan apapun pada suami saya dok" ucap Dara dengan tatapan memohon.
"Baik lah, istirahat dengan baik" ucap sang dokter mengelus tangan Dara dan tersenyum.
"Terimakasih dok" ucap Dara yang, dokter itu mengangguk dan langsung pergi meninggalkan Dara yang mulai memejamkan matanya.
