"Jordan, sebaiknya kita bercerai saja. Aku bukan wanita yang sempurna untukmu, aku mandul dan tidak bisa memberimu keturunan. Mama, telah mencarikan jodoh yang terbaik untukmu, yang bisa memberimu keturunan, bukan wanita sepertiku yang tidak sempurna." (Celine)
"Bodoh!! Aku tidak peduli dengan opini orang lain tentang dirimu. Memiliki anak dalam rumah tangga memang penting, tapi bagiku tidak ada yang lebih penting daripada dirimu. Jangan menilai sendiri dirimu dengan kalimat-kalimat bodoh seperti itu, kau tidak mandul, hanya saja Tuhan belum mempercayai kita untuk menjaga titipannya. Celine, dengarkan aku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkanmu!!" (Jordan)
Celine merasakan dunianya runtuh ketika dokter mendiagnosa jika dirinya tidak akan pernah bisa hamil dan melahirkan. Hati wanita mana yang tidak hancur mendengar kabar tersebut. Dengan air mata yang bercucuran, dia meminta Jordan untuk menikah lagi, namun dengan tegas Jordan menolaknya karena dia sangat mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Membantumu Sampai Akhir
Celine berdiri di depan Jordan, membantu sang suami memasang dasinya. Pandangan Jordan tak lepas sedikit pun dari sosok jelita di hadapannya, menatapnya tanpa jengah. Celine selalu terlihat cantik di matanya.
“Kau selalu terlihat tampan dengan dasi ini,” kata Celine, tersenyum lembut sambil merapikan dasi di leher Jordan.
Jordan membalas senyum itu, matanya penuh cinta. “Itu karena kau yang memasangnya.” ucapnya tersipu. Celine tau jika suaminya bukanlah tipe pria yang pandai menggombal.
Celine terkekeh pelan, jemarinya bergerak cekatan. “Berhenti menggombal, itu tidak lucu.” ucapnya.
Jordan mengangkat dagu Celine dengan lembut, menatap dalam matanya. “Aku mengatakan yang sebenarnya sayang, dan siapa juga yang menggombal. Kau tau, Celine? Kau adalah alasanku tersenyum setiap hari.”
Celine merasakan kehangatan dalam tatapan suaminya, dan sejenak dunia seakan milik mereka berdua. Jordan menarik tengkuk Celine lalu mencium bibirnya dengan lembut. Ciuman itu penuh kasih dan keintiman, membuat keduanya tenggelam dalam momen yang sempurna, seolah waktu berhenti sejenak.
"Pagi ini aku ada rapat penting. Dan aku janji akan pulang lebih awal," ucap Jordan sambil mengusap pipi Celine. "Sebaiknya kau tetap di rumah, cuaca hari ini benar-benar tidak bersahabat."
Celine menggeleng. "Aku ada janji untuk bertemu dengan Viona Jie-Jie. Kami akan merundingkan sesuatu. Balas dendamku baru saja dimulai dan aku tidak bisa diam saja tanpa melakukan apa-apa," ujar Celine.
Jordan menatapnya sejenak, lalu menghela napas. "Baiklah, tapi hati-hati. Kau tahu aku selalu mencemaskan mu."
Celine tersenyum tipis, meraih tangan Jordan. "Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Ini penting untukku."
Jordan mengecup keningnya. "Baik, pastikan kau selalu waspada. Sampai jumpa nanti malam, sayang." Jordan mengecup kening Celine dengan lembut, menempelkan bibirnya cukup lama di sana.
Celine mengangguk, merasakan kehangatan dan ketenangan dari sentuhan suaminya. Mereka saling menatap dan tersenyum. Jordan merasa dunianya telah kembali dengan kembalinya Celine ke dalam pelukannya. "Aku pergi dulu," ucapnya. Celine mengangguk.
"Hati-hati," pesan Celine dan di balas anggukan oleh Jordan. Celine pun segera bersiap-siap, dia tidak ingin membuat Viona menunggunya terlalu lama, mereka akan bertemu siang ini.
🌺🌺🌺
Siang itu terik sekali. Matahari menyengat, membuat suasana di luar terasa sangat panas. Di dalam sebuah kafe yang nyaman, Celine dan Viona duduk di sudut, menyusun rencana balas dendam mereka dengan serius.
"Celine, kita harus pastikan mereka benar-benar merasa tertekan. Aku sudah mengatur hologramnya," ucap Viona sambil menyeruput kopinya. "Hologram ini akan muncul di tempat-tempat yang sering mereka kunjungi. Bayanganmu yang pucat dan berlumuran darah akan menghantui mereka setiap saat."
Celine mengangguk, matanya penuh determinasi. "Bagus. Aku ingin mereka melihat wajahku di mana-mana. Aku ingin mereka merasa ketakutan, tidak bisa tidur, dan selalu merasa diawasi. Mereka harus merasakan penderitaan yang sama seperti yang aku alami."
Viona tersenyum tipis. "Jangan khawatir, semua sudah diatur. Bayanganmu akan muncul di rumah, kantor, bahkan di jalan. Kita juga bisa menambahkan suara, membuat mereka mendengar suaramu yang memanggil mereka dengan penuh dendam."
Celine menatap Viona, hatinya penuh kebencian. "Bagus, Joe. Aku ingin mereka putus asa, merasa tak berdaya. Mereka harus membayar mahal atas semua yang telah mereka lakukan. Tamara, Rossa, dan Jennie tidak akan bisa lari dari bayanganku."
Viona mengangguk. "Itu pasti. Selama uang berbicara, apa yang tidak mungkin menjadi mungkin." Ujar Viona dengan tangan terkepal kuat.
Celine tersenyum puas. "Mulai sekarang, mereka akan hidup dalam ketakutan. Setiap detik, setiap menit, mereka akan melihatku dan mengingat apa yang telah mereka lakukan. Ini baru permulaan."
Celine tidak akan memberikan ampun pada mereka bertiga yang telah memisahkannya dari Jordan dan membuatnya kehilangan janin mereka. Anak yang sudah Celine dan Jordan nantikan sejak lama, tetapi sayangnya, anak itu tiada sebelum dilahirkan.
Viona menatap Celine yang matanya berkilat penuh dendam. "Celine, aku mengerti rasa sakitmu. Kita akan pastikan mereka merasakan penderitaan yang sama."
Celine menghela napas panjang, mencoba menenangkan emosinya. "Mereka harus membayar atas apa yang mereka lakukan, Jie. Aku tidak akan berhenti sampai mereka merasakan apa yang kurasakan."
Viona mengangguk setuju. "Jangan khawatir, semuanya sudah diatur. Mereka tidak akan bisa lari dari bayanganmu."
Celine tersenyum tipis, matanya penuh determinasi. "Terima kasih, Jia. Mereka akan tau jika Pembalasanku lebih mengerikan dari apa yang mereka lakukan. Mereka akan hidup dalam ketakutan, dan tidak ada tempat aman bagi mereka bertiga." ujar Celine sambil mengepalkan tangannya
Viona menepuk bahu Celine. "Aku akan membantumu sampai akhir. Mereka harus membayar mahal untuk semua kejahatan yang telah mereka lakukan padamu." Ucapnya sambil tersenyum. Celine mengangguk, dia berhutang nyawa pada Viona, jika tidak ada dia yang menolongnya saat itu mungkin saat ini dirinya hanya tinggal nama.
🌺🌺🌺
Di kantor, Jordan dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan bijaksana. Namun, siapa sangka ada topeng tersembunyi di balik sikap tenangnya. Bisa dikatakan dia adalah iblis dalam wujud manusia, menjalankan dua profesi berbeda sebagai CEO dan bos mafia.
Di siang hari, dia memimpin perusahaannya dengan tangan dingin, membuat keputusan-keputusan penting tanpa ragu. Namun, begitu malam tiba, Jordan berubah menjadi sosok yang ditakuti di dunia bawah tanah. Keahliannya dalam mengelola perusahaan sama tajamnya dengan kemampuannya mengendalikan operasi gelap. Tidak banyak yang tahu sisi gelapnya, hanya beberapa orang terdekat yang mengetahui rahasia tersebut.
Natasya memasuki ruang kerja Jordan sambil membawa dokumen yang harus segera ditandatangani. Ia mendekati meja dengan hati-hati, merasakan aura dingin yang selalu menyelimuti Jordan.
"Presdir, ini dokumen yang perlu segera ditandatangani," kata Natasya sambil menyerahkan berkas itu.
Jordan menatapnya sejenak tanpa ekspresi, lalu mengambil dokumen tersebut. "Letakkan di meja," ujarnya singkat.
Natasya mengangguk, meletakkan dokumen di meja kerja Jordan. "Apakah ada hal lain yang perlu saya lakukan, Presdir?" tanyanya, mencoba tetap profesional.
"Tidak. Kembali ke pekerjaanmu," jawab Jordan tanpa menoleh, sudah fokus pada dokumen di depannya.
Natasya segera berbalik dan meninggalkan ruangan, merasakan suhu yang semakin dingin setiap kali ia berinteraksi dengan Jordan.
Jordan melanjutkan pekerjaannya, fokus sepenuhnya pada layar komputernya. Jemarinya dengan cekatan mengetik laporan demi laporan, sesekali berhenti untuk memeriksa detail penting. Di balik wajahnya yang tenang, pikirannya terus bekerja tanpa henti, memikirkan langkah-langkah strategis untuk perusahaannya dan operasi gelapnya.
Layar komputer memantulkan cahaya biru yang dingin di ruangan, menambah kesan serius pada suasana. Setiap berkas yang dia buka, setiap angka yang dia telaah, menunjukkan betapa terampilnya dia dalam kedua dunia yang dia jalani. Tanpa memedulikan waktu, Jordan terus bekerja, membuktikan bahwa tak ada yang bisa mengalihkan fokusnya.
🌺🌺🌺
Bersambung
...biar otak'y gk macet,sgl berbuatsn ads konsekuennya
kurang ajar rossa, juga ibunya kakaknya, biar dirasakan pembalasan dr celine 😡😡